Pengaruh Aspek-Aspek Limnologi Pada Kolam Ikan Koi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Limnologi (dari bahasa Inggris: limnology, dari bahasa Yunani: lymne, “danau”, dan logos, “pengetahuan”) merupakan padanan bagi biologi perairan darat, terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga perairan payau (estuaria). Limnologi merupakan kajian menyeluruh mengenai kehidupan di perairan darat, sehingga digolongkan sebagai bagian dari ekologi. Limnologi memiliki aspek–aspek yang berperan penting dalam menentukan kualitas air di dalam suatu perairan khususnya perairan air tawar.  Perairan tawar tersebut melalui aspek-aspeknya dapat mengetahui apakah perairan tersebut subur atau tidak. Biasanya suatu perairan memiliki ciri yang khusus baik ditinjau dari parameter kimia, fisika maupun biologinya.
Kehidupan organisme di perairan, sangat tergantung pada kualitas air dimana tempat organisme tersebut hidup. Air yang berkualitas baik akan sangat menunjang masa pertumbuhan pada organisme perairan, baik hewan maupun tumbuhan, termasuk salah satunya pada kualitas air dilihat dari segi kimia, dimana unsur kimia dalam air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, mineral, vitamin dan gas-gas terlarut dalam air seperti Oksigen terlarut (DO).
Karena kualitas suatu perairan ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologis dari perairan tersebut, maka interaksi antara ketiga sifat tersebut menentukan kemampuan periairan untuk mendukung kehidupan organisme di dalamnya. Kualitas air mempengaruhi jumlah, komposisi,keanekaragaman jenis, produksi dan keadaan fisiologi organisme perairan. Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya, sedangkan sifat fisik, kimia, dan biologi perairan seperti suhu, kecerahan, kedalaman, konduktivitas, pH, alkalinitas, kadaroksigen terlarut (DO), sangat mudah berubah. Oleh karena itu diperlukan suatucara tertentu untuk menentukan kualitas perairan baik secara kualitatif maupunkuantitatif.





1.2.         Tujuan
Agar mahasiswa dapat mempraktekkan cara pengukuran kualitas air, baik fisika, kimia maupun biologi.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana kualitas air yang layak untuk kegiatan budidaya ikan pada kolam maupun di perairan lainnya.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Parameter Fisika
2.1.1. Kedalaman
           Kedalaman perairan akan memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada suatu habitat aquatik tertentu. Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis membutuhkan sinar matahari, penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman suatu perairan tersebut. Fitoplankton sebagai produsen primer hanya didapat pada daerah atau kedalaman dimana sinar matahari masih dapat menembus badan perairan. Sinar matahari yang masuk ke laut akan semakin berkurang energinya karena diserap (absorbsi) dan disebarkan (scattering) oleh molekul-molekul di laut. Selain berkurang energinya, sinar matahari yang masuk akan mengalami pula perubahan kualitas dalam komposisi spektrumnya (Hutabarat dan Evans, 2000).
Kedalaman dapat disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhinya, yaitu :
    Menurut Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010).

2.1.2. Kecerahan
Dalam  perairan kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari di dalam air dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya di sebut dengan  Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh fitoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air. Secara umum kecerahan perairan dalam media budidaya yang baik berkisar antara 30 – 40 cm (Effendi, 2003).
Secara tidak langsung kecerahan akan mempengaruhi komunitas hewan benthos di perairan. Interaksi antara kekeruhan dengan faktor kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktifitas alga serta mikrophyta lainnya akan terpengaruh. Keadaan ini akan mempengaruhi komposisi hewan makrobenthos yang makanannya tergantung dari alga dan mikrophyta lainnya (Afrianto dan Liviawaty, 1998).
kecerahan juga ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur yang terkandung dalam perairan. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).
Menurut Effendi (2003), Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.

2.1.3. Warna Perairan
MenurutMarindro (2002). Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standart dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:
*      warna air tambak hijau tuayang berarti menunjukkan adanya dominasi chloropiceae dengan sifat lebih stabilterhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu moralitas yangrelatif panjang.
*      warna air tambak kecoklatanyang berarti menunjukkan adanya dominasi diatamoe
*      warna air tambak hijau kecoklatanyang berarti menunjukkan dominasi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorocyiceae.
Warna air merupakan salah satu unsur dari parameter fisika terhadap standar persyaratan kualitas air (Darmayanto, 2009).
Warna air merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai panjang gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap oleh mata. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (pemuji dan Anthonius,2010).
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif,sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulanyang bermuatan positif. Misalnya alumunium dan besi (Sawyer dan Mclarty, 1978).Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (Blooming) Fitoplankton(algae) (Effendi, 2003).
Warna air pada kolam dan tambak, baik sistem tradisional semi intensif maupun intensif bermacam-macam. Adanya warna air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi,  2009).

2.1.4. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempuma (Forch et al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Salinitas memiliki peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.
Salinitas dipengaruhi oleh massa air oseanis di bagian utara hingga bagian tengah perairan, dan massa air tawar dari daratan yang mempengaruhi massa air di bagian selatan dan bagian utara dekat pantai. Kondisi ini mempengaruhi densitas ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang ditemukan dengan densitas tinggi (0,9 ikan/mł) pada daerah bagian selatan dengan salinitas antara 29,36-31,84 ‰, dan densitas 0,4 ikan/mł di bagian utara  dengan salinitas 29,97-32,59 ‰ . Densitas ikan tertinggi pada lapisan kedalaman 5-15 m (0,8 ikan/mł) ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥31,5 ‰ yaitu pada bagian utara perairan. Dibagian selatan, densitas ikan tertinggi sebesar 0,6-0,7 ikan/mł ditemukan pada daerah dengan salinitas ≤30,0 ‰. Pola pergeseran nilai salinitas hampir sama di tiap kedalaman, dengan nilai yang makin bertambah sesuai dengan makin dalam perairan. Pada lapisan kedalaman 15-25 m, kisaran salinitas meningkat hingga lebih dari 32 ‰, dan konsentrasi densitas ikan ditemukan lebih dari 0,4 ikan/mł dengan areal yang lebih besar pada konsentrasi salinitas ≤31,5 ‰. Konsentrasi ikan yang ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥32,0 ‰, yaitu di bagian utara perairan sebesar 0,2-0,3 ikan/mł.
Menurut Agrifishery(2010), menyatakan bahawa salinitas deapat dilakukan dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau salinometer.Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (%).Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 6-89 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
Menurut Barus (2002), klasifikasi air berdasarkan nilai salinitasnya,yaitu:
Jenis Air
Salinitas(%o)
Limuis(air tawar)
Mixohalin(air payau)
Euhalin(air laut)
Hyperhalin
<0,5ppt
0,5-30%
30-40%
>40%






Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :                                   
  1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
  2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
  3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
2.1.5.
2.1.6. Tipe Substrat
Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat hidup.
Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air.


 Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008).
Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe substrat dalam sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.

2.1.7. Debit Air
            Debit air yaitu jumlah air yang masuk ke dalam kolam melalui saluran inlet. Pergantian air tersebut diperlukan debit air yang cukup. Salah satu cara menghasilkan debit air yang besar dilakukan dengan membuat bendungan. Cara menghitung debit air yang lewat sungai atau saluran pengairan, yang paling praktis adalah dengan cara menggunakan alat pengukur kecepatan air yang disebut dengan current meter (Susanto, 1991).
   Debit air yaitu jumlah air yang masuk ke dalam kolam melalui saluran inlet, pergantian air diperlukan debit air yang cukup. Cara menghasilkan debit air yang besar dengan membuat bendungan. Cara menghitung debit air yang lewat sungai atau saluran pengairan, yang paling praktis adalah dengan menggunakan alat pengukur kecepatan air current meter (Soedarsono dan Suminto, 1989).
             Kuantitas air lebih dikenal dengan debit air perlu menjadi bahan pertimbangan sebelum memulai budidaya, karena setiap kolam pemeliharaan mulai dari pembenihan sampai dengan pembesaran memerlukan debit air yang berbeda-beda. Kelancaran usaha ini kualitas air harus dijamin baik, jumlahnya harus cukup dan kontinuitasnya harus juga terjamin. Air sebaiknya tersedia sepanjang tahun atau minimum sembilan bulan dalam setahun, sementara saat sama sekali tidak ada air dapat digunakan untuk perbaikan pematang kolam atau pembuatan kolam baru (Rejeki, 2001).
             Debit (discharge) dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dalam satuan m3/detik. Peningkatan debit, kadar bahan – bahan alami yang terlarut ke suatu badan air akibat erosi meningkat secara eksponensial. Konsentrasi bahan- bahan antropogenik yang memasuki badan air tersebut mengalami penurunan karena terjadi proses pengenceran. Suatu bahan pencemar masuk ke badan air dengan kecepatan konstan, kadar bahan pencemar dapat ditentukan dengan membagi jumlah bahan pencemar yang masuk dengan debit badan air (Effendi, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi debit air yaitu:
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).
2.2. Parameter Kimia
2.2.1. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan salah satu unsur yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup. Oksigen yang terdapat di atmosfir bumi sekitar 210 mg/liter. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi dalam setiap perairan. Dalam perairan, oksigen dapat bersumber antara lain dari aktifitas fotosintesis, tumbuhan air maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari serta dari proses difusi oksigen yang berasal dari bumi (Effendi, 2003).
Menurut Susanto (1991), oksigen juga dapat bersumber dari adanya aliran air baru yang masuk ke dalam suatu kolam air yang terjadi oleh adanya turbelensi dan terjadi arus sehingga kadar O2 di perairan meningkat.
Menurut Susanto (1991), Kadar oksigen terlarut dalam air sebanyak 5 – 6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di kolam, sedangkan batas minimum oksigen dalam perairan adalah 3 ppm. Namun ada beberapa jenis ikan yang mampu hidup pada konsentrasi oksigen 3 ppm. Namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar biota untuk dapat tetap bertahan hidup adalah sebesar 5 ppm. Pada konsentrasi 4 ppm beberapa jenis masih dapat bertahan hidup namun nafsu makannya mulai menurun. Untuk konsentrasi yang baik bagi budidaya perairan yaitu antara 5 – 7 ppm.
2.2.2. pH
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras (ICLEAN, 2007).
Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar dikenal sebagai pH. Lebih tepatnya pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma asam bila pH dibawah 7 dan dasar ketika pH di atas 7. sebagian besar nilai pH ditemui jatuh antara 0 sampai 14. pH yang baik dalam budidaya adalah 6,5-9,0 (Mutris, 1992).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2  dalam air akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam air ) (manik, 2003).
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit. Biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4 pH dipengaruhi olah kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakkan, 1992 dalam Irawan et al, 2009).

2.2.3. Alkainitas
Alkalinitas atau yang lebih dikenal total alkalinitas adalah konsentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam mg/ L atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO2) dalam air, basa-basa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat (Kordi dan Tancung, 2007).        
Alkalinitas adalah jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat menyebar (buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Total alkalinitas diungkapkan sebagai milligram per liter atau bagian per juta kalsium karbonat (mg/l atau ppm CaCO3-alkalinitas total 20 mg/ l atau lebih banyak diperlukan untuk tambak yang berproduksi baik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Kordi (2009), konsentrisi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. di lahan umumnya total alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan total kesadahan air. Hal ini disebabkan kesadahan atau yang disebut juga dengan konsentrasi ion-ion logam bervalensi 2. seperti Ca2+ dan Mg2+ dipasok dalam jumlah yang sama dari lapisan tanah dengan HCO3- dan CO32- yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas
Di larutan alkalinitas total akan berubah karena adanya perubahan salinitas sebagai akibat adanya konsentrasu ion na+ dan ion Cl- lainnya (Frisetal, 2003). Selain itu yang dapat mempengaruhi perubahan alkalinitas kalsium karbonat atau adanya produksi partikel senyawa organik oleh mikroalga (Wolf-Gladwow. 2007 dalam Sulino dan Bayu, 2007).
2.3. Parameter Biologi
2.3.1. Plankton
Plankton merupakan organisme yang berkuran kecil yang hidupnya mengikuti aliran arus. Plankton  terdiri dari jenis  hewan (zooplankton) dan  tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu : megaplankton ialah organisme plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm.                   Ketiga golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku.Untuk dapat menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil (Nybakken, 1982).







BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Limnology yang berjudul Pengaruh Aspek-Aspek Limnology Pada Kolam Koi di laksanakan pada Hari Rabu, Tanggal 29 Mei 2013, Waktu jam 14.00-16.00, bertempat di Departemen Perikana PPPPTK Vedca CIANJUR.

3.2. Alat dan Bahan
*      Alat:

§  Secchi dick
§  Tongkat skala/ kayu
§  Paralon
§  Refraktometer
§  Toples
§  Stopwatch
§  DO meter
§  pH meter/ kertas lakmus
§  Botol sampel
§  Pipet 25 ml
§  Erlenmeyer 100 ml
§  Pipet tetes
§  Buret 10 ml
§  Botol sampel
§  Ember
§  Buku identifikasi plankton
§  Plankton net
§  Mikroskop
§  Pipet tetes
§  Gelas penutup
§  Gelas objek


*      Bahan

§  Air kolam budidaya
§  Substrat perairan
§  Larutan Na2CO3 0,0454 N atau NaOH 0,0227 N
§  Indikator pp
§  Larutan HCl 0,02 N
§  H2SO4 0,02 N
§  Indicator Bromescol Green
§  Indikator Methyl Red
§  Tissue
§  Aquade





3.3 Langkah Kerja
a)      Kedalaman:
§  Tancapkan tongkat skala/ kayu ke dalam sampai menyentuh dasar perairan
§  Ukur kedalaman kolam tersebut.

b)     Kecerahan:
§  Turunkan Secchi dicc sampai hampir tidak terlihat, catat kedalamannya (D1)
§  Turunkan sedikit lagi hingga tidak tampak, kemudian angkat secara perlahan, begitu tampak catat kedalamannya (D2)
§  Nilai Kecerahan = (D1 + D2) / 2.

c)      Warna:
§  Amti secara visual warna perairan pada kolam budidaya.

d)     Salinitas:
§  Ambil air sampel kolam budidaya
§  Teteskan kedalam prisma refraktometer
§  Lihat hasil pada skala.
                   
e)      Aroma:
§  Ambil air sampel
§  Cium aroma yang terdapat pada air sampel.

f)       Tipe substrat:
§  Tancapkan paralon pada dasar perairan
§  Angkat paralon dan ambil sampel substrat.

g)      Debit air:
§  Tamping air pada saluran inlet dengan menggunakan wadah yang telah diketahui volumenya
§  Hitung waktu yang dibutuhkan sampai air dari saluran inlet memenuhi wadah tersebut
§  Hitung debit air dengan menggunakan rumus : Q = V/t.

h)     Oksigen terlarut:
§  Ambil sampel air kolam dengan menggunakan botol sampel
§  Hindari pengaruh aerasi saat pengambilan sampel
§  Ukur kadar Oksigen Terlarut dengan menggunakan alat DO-meter.

i)        pH:
§  Ambil sampel air kolam dengan menggunakan botol sampel
§  Ukur pH dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus.
                                                
j)       Alkalinitas:
§  Air sampel untuk analisa alkalinitas diambil dengan botol gelas atau botol polyethylene 300 ml. Diisi sampai penuh dan ditutup dengan rapat. Dan segera dianalisa di lapangan
§  Pipet air sampel sebanyak 50 ml, masukkan ke dalam erlemeyer
§  Tambahkan 2 tetes indicator pp. Bila terbentuk warna pink, lanjutkan poin 4, bila tidak berwarna lanjutkan point 5.
§  Titrasi dengan HCl atau H2SO4 0,02 N, hingga terjadi perubahan warna dari pink menjadi tidak berwarna. Catat titran yang digunakan (A ml)
§  Tambahkan indicator Bromescol Green dan Methyl Red sebanyak 3-4 tetes, kemudian titrasi dengan titran yang sama hingga terjadi perubahan warna biru menjadi merah kebiruan. Catat volume titran yang digunakan (B ml)
§  Perhitungan:
Alkalinitas pp (karbonat) = A x N titran x 100/2 x 1000
                                                                                    ml sampel

Alkalinitas total                = (A+B) N titran x 100/2 x 1000
(ppm CaCO3)                                     ml sampel
k)     Plankton:
§  Tentukan lokasi pengamatan
§  Ambil air kolam sebanyak 50 liter dengan menggunakan ember
§  Saring dengan menggunakan plankton net
§  Bawa sampel air kolam yang telah tersaring ke laboratorium
§  Ambil satu tetes air sampel dan letakkan di atas gelas objek, tutup dengan gelas penutup
§  Dengan menggunakan mikroskop, amati dan hitung jumlah plankton yang terdapat di dalam sampel air kolam
§  Lakukan sebanyak 3 kali ulangan
§  Catat hasil pengamatan ke dalam tabel
§  Hitung kelimpahan plankton dengan menggunakan rumus :
§  N    = Oi/Op x Vt/Vo x 1/Vs x n/p
Dimana :                     
N   = Kelimpahan plankton (ind/liter)
Oi  =Luas cover glass
Op = Luas lapang pandang (1,306)
Vt  = Volume tersaring
Vs = Volume air yang disaring
Vo = Volume satu tetes (0,05 ml)
n   = Jumlah plankton yang ditemukan
p   =∑ lapang pandang yang diamati.











BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a.      Kedalaman
§  Inlet      : 71 cm
§  Tengah : 66 cm
§  Outlet   : 74 cm
               211 cm
=  211 cm : 3 = 70, 3 cm
b.      Kecerahan
§  D1 : 15 cm
§  D2 : 13 cm
       28 cm      
                            = 28 cm : 2 = 14 cm
c.       Warna
§  Coklat
d.      Salinitas
§  <1 ppt
e.       Aroma
§  Bau Lumpur
f.       Tipe substrat
§  Lumpur
g.      Debit Air

§  Kanan : 64 detik
§  Kiri     : 20 detik

Kanan : 64 detik           
                15 L
                        = 4,2 det/L

Kiri      : 20 detik
               15 liter
                        = 1, 33 det/L



= 4, 2 det/ L
   1, 33 det/L
= 5, 53 det/L
= 5,53 det/L
         2
                 = 2, 76 det/L




h.      Oksigen Terlarut
§  8, 4
i.        pH
§  7
j.        Alkalinitas
§  0, 7
§  Alkalinitas pp (karbonat) A x N titran x 100/2 x 1000
                                                            ml sampel

§   Alkalinitas total (A+B) N titran x 100/2 x 1000
                                           ml sampel
§   Alkalinitas total : ( 0 + 0,7 ) . 0, 02 x 100/ 2 x 1000
                                                      50 ml
: 700
   50
: 14

k.      Tabel 1. Hasil Pengamatan Plankton di Kolam Koi.

N0
Spesies
Ulangan 1
LP 1
LP 2
LP 3
LP 4
LP 5

1.
Anabaenopsis Raciborski Wal
2


2

4
2.
Nitzshia Vermicularis

1

2

3
3.
Amphora commutate


1

1
2

4.2 Pembahasan
4.2.1. Kedalaman
            Kedalaman perairan merupakan batas wilayah dimana akan berpengaruh pada keberadaan plankton. Kedalaman perairan akan memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada suatu habitat aquatik tertentu. Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis membutuhkan sinar matahari, penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman suatu perairan tersebut
.

4.2.2. Kecerahan
            kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari di dalam air dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya di sebut dengan  Secchi disk. Kecerahan disuatu perairan dipengaruhi oleh factor cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, kepadatan tersuspensi, serta ketelitian dari orang yang menelitinya.
Menurut effendi (2003) kisaran untuk nilai kecerahan adalah 30-40 cm, akan tetapi masih terdapat pendapat lain mengenai kisaran untuk kecerahan pada perairan budidaya. Dalam budidaya perlu diperhatikan bagaimana kecerahan air dalam kolam tersebut, karena apabila jumlah plankton yang terdapat di air kolam terlalu banyak atau pekat yang dapat menyebabkan kecerahan <25 cm, perlu diwaspadai karena memungkinkan terjadinya blooming alga di perairan itu.
Perubahan atau perbedaan nilai kecerahan yang diperoleh bisa terjadi karena kurang telitinya para praktikan dalam melakukan pengukuran dan juga karena lokasi pengukuran yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.

4.2.3. Warna Perairan
Warna air di suatu perairan dapat disebabkan oleh partikel – partikel koloid yang bermuatan negative, sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif. Akan tetapi warna suatu perairan juga dapat dipengaruhi karena adanya jenis plankton yang cukup banyak di kolam tersebut. Plankton yang tumbuh dalam perairan tersebut dapat berupa fitoplankton dan zooplankton.
Warna yang disebabkan karena adanya jumlah plankton yang hidup dalam jumlah yang cukup banyak (blooming) termasuk jenis air yang tidak baik untuk proses budidaya karena akan menjadi racun bagi ikan yang hidup di dalamnya yang dapat menyebabkan ikan budidaya mati.
Dalam pengamatan warna air di pratikum ini, pratikum melihat bahwa air yang terdapat dalam kolam ikan koi ialah berwarna coklat. Pengamatandilakukan seecara visual, hanya dengan melihat warna air saja tanpa menggunakan alat. Warna air hijau kecoklatan merupakan warna air yang menunjukkan dominasi yang terjadi merupakan antara lain chlorocyiceae.
Biasanya warna pada perairan dikelompokkan menjadi :

*         Warna sesungguhnya (true colour)
Wabah sesungguhnya merupakan warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, karena bahan-bahan tersuspensi terpisahkan.
*         Warna tampak (apparent colour)
Warna tampak merupakan warana yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.

4.2.4. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempuma (Forch et al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Hasil pengukuran yang diperoleh saat praktikum ialah nilai salinitas < 1 ppt. nilai ini menunjukkan bahwasannya perairan tersebut adalah perairan tawar, karena nilai salinitas perairan tawar biasanya berkisar antara 0-5 ppt.
Setiap ikan tentunya memiliki nilai salinitas optimum, olek karena itu dalam budidaya kita juga harus mengetahui bagaimana salinitas yang baik untuk pemeliharaan suatu organism. Pada air laut, akan terjadi peningkatan salinitas, hal ini disebabkan karena suhu yang semakin tinggi. Perubahan suhu dan salinitas akan menaikan atau mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu terjadinya konveksi kelapisan bawah (Robert).

4.2.5. Tipe Substrat
Substrat merupakan tempat untuk menempelnya atau tempat untuk hidupnya suatu organisme. Dalam hasil pengamatan yang telah dilakukan, tipe substrat yang terdapat di kolam ikan koi adalah lumpur.
Menurut Irianto (2005), sejumlahspesies ikan dapat bertahan sementara waktu pada kandungan partikel atau Lumpuryang tinggi. Misalnya cyprinus carpio dan arrasius quaratus dapat bertahan seminggu atau lebih pada perairan dengan kandungan partikel lempungontmorillonila 100.000 mg/l.

4.2.6. Debit Air
Debit air dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dala m3/detik (Hafni Effendi, 2003). Sedangkan menurut (Slamet Soesono, 1971) yang dimaksud debit saluran adalah jumlah riil yang mengalir dalam saluran tersebut yang dinyatakan dengan ukuran liter per detik.
Praktikum menghitung debit aur yang dilakukan adalah pada saluran inlet kolam koi Departemen Perikanan. Dari hasil saat melakukan pengukuran adalah 2,76 l/detik. Debit air juga akan mempengaruhi adanya oksigen terlarut dalam perairan, karena terjadi pergerakan air yang menyebabka masuknya oksigen dari pergerakan air tersebut.

 4.2.7. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan salah satu unsur yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup. Oksigen yang terdapat di atmosfir bumi sekitar 210 mg/liter. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi dalam setiap perairan. Dalam perairan, oksigen dapat bersumber antara lain dari aktifitas fotosintesis, tumbuhan air maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari serta dari proses difusi oksigen yang berasal dari bumi (Effendi, 2003).
Oksigen terlarut juga merupakan salah satu unsure yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk bernafas, proses metabolism dan lain-lain. Oleh karena itu oksigen terlarut dalam suatu perairan harus dalam kondisi yang stabil agar organism yang hidup di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dari hasil praktikum yang diperoleh menunjukan bahwa kandungan oksigen terlarut dalam air kolam ikan koi adalah 8,4 ppm. Dengan kandungan oksigen yang demikian dapat dikatakan bahwa sudah lebih dari kadar oksigen yang seharusnya yaitu 5-6 ppm yang dijelaskan menurut Susantu (1991). Akan tetapi dengan kadar oksigen 8,4 ppm ikan masih tetap bisa hidup dan masih dianggap sebagai konsentrasi yang baik untuk budidaya perairan karena menurut Susanto (1991) dan Kordi (2005), konsentrasi yang baik untuk budidaya adalah 5-7 ppm. Dengan konsentrasi 8,4 ppm tidak menunjukan perbandingan yang jauh dengan konsentrasi 5-7 ppm tersebut.

4.2.8. pH
pH singkatan dari (puissance negative de H) yaitu logaritma negative dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan. Sehingga dipakai  sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.

Derajat keasaman pada suatum kolam ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah yang bisa menentukan keseburan pada suatu perairan. Dalam budidaya perairan (ikan), pH netral sangat baik dan biasanya berkisar antara 7-8, sedangkan pH basa tidak terlalu baik untuk bididaya karena dapat menghambat pertumbuhan ikan. Dalam praktikum pengukuran pH yang tellah dilakukan, hasil yang telah diperoleh dalam air sampel adalah 7. Dilihat dari kadar optimum pH diatas, berarti nilai pH pada kolam koi adalah netral.
4.2.9. Alkalinitas
Dari pengukuran alkalinitas yang telah dilakukan didapatkan hasil alkalinitas sebesar 14 mg/l. Menuerut Jusuf dalam Yudha (2005). Alkalinitas optirmun bagi pertumbuhan udang memiliki kisaran antara 75-200 mg CaCO3/ l.
Alkalinitas dipertahankan pada nilai 90-150 Rpm. Alkanitas yang rendah atau kurang 90 ppm harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai angka sesuai dengan kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi PH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat PH tinggi. Jenis kapur disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Sebagai contoh kapur hidroksida Ca(OH)2 dii aplikasikan untuk menaikan alkalinitas sekaligus menaikan PH air, bila PH air sudah tinggi, maka untuk menaikan  alkalinitas digunakan jenis kapur carbonat (ca CO3) atau kaptan (Arifin. al, 2007).

4.2.10. Plankton
Sebagai organisme yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan di dalam perairan, plankton harus diperhatikan kelimpahannya, agar dapat memberikan keuntungan bagi organisme akuatik yang hidup di dalam perairan dan tidak merugikan yang disebabkan oleh kepadatan yang tidak terkendali.
Pada praktikum pengukuran plankton ini terdapat beberapa jenis plankton yang hidup dalam kolam ikan koi. dikarenakan plankton dibutuhkan sebagai pakan alami, maka kelimpahan plankton dalam wadah budidaya harus diperhatikan. Karena apabila kepadatan terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada organism budidaya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

1.      Kedalaman perairan akan memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada suatu habitat aquatik tertentu.
2.      Kecerahan disuatu perairan dipengaruhi oleh factor cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, kepadatan tersuspensi, serta ketelitian dari orang yang menelitinya.
3.      Dalam pengamatan warna air di pratikum ini, pratikum melihat bahwa air yang terdapat dalam kolam ikan koi ialah berwarna coklat. Pengamatandilakukan seecara visual,
4.      Hasil pengukuran yang diperoleh saat praktikum ialah nilai salinitas < 1 ppt. nilai ini menunjukkan bahwasannya perairan tersebut adalah perairan tawar, karena nilai salinitas perairan tawar biasanya berkisar antara 0-5 ppt.
5.      Substrat merupakan tempat untuk menempelnya atau tempat untuk hidupnya suatu organisme. Dalam hasil pengamatan yang telah dilakukan, tipe substrat yang terdapat di kolam ikan koi adalah lumpur.
6.      Dari hasil saat melakukan pengukuran adalah 2,76 l/detik. Debit air juga akan mempengaruhi adanya oksigen terlarut dalam perairan, karena terjadi pergerakan air yang menyebabka masuknya oksigen dari pergerakan air tersebut.
7.      Dari hasil praktikum yang diperoleh menunjukan bahwa kandungan oksigen terlarut dalam air kolam ikan koi adalah 8,4 ppm. Dengan kandungan oksigen yang demikian dapat dikatakan bahwa sudah lebih dari kadar oksigen yang seharusnya yaitu 5-6 ppm yang dijelaskan menurut Susantu (1991).
8.      pH singkatan dari (puissance negative de H) yaitu logaritma negative dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan. Sehingga dipakai  sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.
9.      Alkalinitas dipertahankan pada nilai 90-150 Rpm. Alkanitas yang rendah atau kurang 90 ppm harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai angka sesuai dengan kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi PH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat PH tinggi.
10.  Pada praktikum pengukuran plankton ini terdapat beberapa jenis plankton yang hidup dalam kolam ikan koi. dikarenakan plankton dibutuhkan sebagai pakan alami, maka kelimpahan plankton dalam wadah budidaya harus diperhatikan. Karena apabila kepadatan terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada organism budidaya.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan praktikum Limnologi selanjutnya adalah :
1.      Sebaiknya air yang masuk (inlet) dan air yang keluar (outlet) diperhatikan supaya terjadi aliran oksigen dari aliran inlet dan outlet kolam tersebut.
2.      Menjaga kualitas air pada perairan tersebut.
3.      Dalam pratikum hendaknya dilakukan dengan teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal.
















DAFTAR PUSTAKA
hariyadianapriliyanto.blogspot.com/2012/01/laporan-limnologi.html

Komentar