BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Limnologi (dari bahasa Inggris: limnology,
dari bahasa Yunani: lymne, “danau”, dan logos, “pengetahuan”) merupakan padanan
bagi biologi perairan darat, terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya
kadang-kadang mencakup juga perairan payau (estuaria). Limnologi merupakan
kajian menyeluruh mengenai kehidupan di perairan darat, sehingga digolongkan
sebagai bagian dari ekologi. Limnologi
memiliki aspek–aspek yang berperan penting
dalam menentukan kualitas air di dalam suatu perairan khususnya perairan air
tawar. Perairan tawar tersebut melalui
aspek-aspeknya dapat mengetahui apakah perairan tersebut subur atau tidak.
Biasanya suatu perairan memiliki ciri yang khusus baik ditinjau dari parameter
kimia, fisika maupun biologinya.
Kehidupan organisme di perairan, sangat tergantung
pada kualitas air dimana tempat organisme tersebut hidup. Air yang berkualitas
baik akan sangat menunjang masa pertumbuhan pada organisme perairan, baik hewan
maupun tumbuhan, termasuk salah satunya pada kualitas air dilihat dari segi
kimia, dimana unsur kimia dalam air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara,
mineral, vitamin dan gas-gas terlarut dalam air seperti Oksigen terlarut (DO).
Karena kualitas
suatu perairan ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologis dari perairan
tersebut, maka interaksi antara ketiga sifat tersebut menentukan kemampuan
periairan untuk mendukung kehidupan organisme di dalamnya. Kualitas air
mempengaruhi jumlah, komposisi,keanekaragaman jenis, produksi dan keadaan
fisiologi organisme perairan. Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil
pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, tetapi
bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas
daerahnya, sedangkan sifat fisik, kimia, dan biologi perairan seperti suhu,
kecerahan, kedalaman, konduktivitas, pH, alkalinitas, kadaroksigen terlarut
(DO), sangat mudah berubah. Oleh karena itu diperlukan suatucara tertentu untuk
menentukan kualitas perairan baik secara kualitatif maupunkuantitatif.
1.2.
Tujuan
Agar mahasiswa dapat mempraktekkan cara pengukuran
kualitas air, baik fisika, kimia maupun biologi.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana kualitas air yang layak untuk
kegiatan budidaya ikan
pada kolam maupun di perairan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Parameter Fisika
2.1.1. Kedalaman
Kedalaman perairan akan memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada
suatu habitat aquatik tertentu. Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis
membutuhkan sinar matahari, penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara
cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman suatu perairan tersebut.
Fitoplankton sebagai produsen primer hanya didapat pada daerah atau kedalaman
dimana sinar matahari masih dapat menembus badan perairan. Sinar matahari yang
masuk ke laut akan semakin berkurang energinya karena diserap (absorbsi) dan
disebarkan (scattering) oleh molekul-molekul di laut. Selain berkurang
energinya, sinar matahari yang masuk akan mengalami pula perubahan kualitas
dalam komposisi spektrumnya (Hutabarat dan Evans, 2000).
Kedalaman dapat disebabkan oleh beberapa factor yang
mempengaruhinya, yaitu :
Menurut
Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar laut. Perubahan
kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di samping disebabkan
oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses
yang terjadi di wilayah hulu sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan
kandungan oleh aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di
perairan pantai.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi
tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar
akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari
3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari
dasar jaring (Setiawan, 2010).
2.1.2.
Kecerahan
Dalam perairan kecerahan merupakan ukuran
transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari di dalam air dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya di sebut
dengan Secchi disk. Satuan untuk nilai
kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah
cahaya yang diterima oleh fitoplankton diperairan asli bergantung pada
intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan
cahaya didalam air. Secara umum kecerahan perairan dalam media budidaya yang
baik berkisar antara 30 – 40 cm (Effendi, 2003).
Secara tidak langsung kecerahan akan
mempengaruhi komunitas hewan benthos di perairan. Interaksi antara kekeruhan
dengan faktor kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga
produktifitas alga serta mikrophyta lainnya akan terpengaruh. Keadaan ini akan
mempengaruhi komposisi hewan makrobenthos yang makanannya tergantung dari alga
dan mikrophyta lainnya (Afrianto dan Liviawaty, 1998).
kecerahan juga ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur yang
terkandung dalam perairan. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut
maka kekeruhan akan meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi
dalam perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring,
2008).
Menurut Effendi (2003), Kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan
secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada perairan yang
tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan
tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus. Sedangkan
kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh
bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang berupa lapisan
permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.
2.1.3. Warna
Perairan
MenurutMarindro
(2002). Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standart dalam
pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:
warna air tambak hijau tuayang
berarti menunjukkan adanya dominasi chloropiceae dengan sifat lebih
stabilterhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu moralitas
yangrelatif panjang.
warna air tambak kecoklatanyang berarti
menunjukkan adanya dominasi diatamoe
warna air tambak hijau
kecoklatanyang berarti menunjukkan dominasi yang terjadi merupakan perpaduan
antara chlorocyiceae.
Warna air
merupakan salah satu unsur dari parameter fisika terhadap standar persyaratan kualitas
air (Darmayanto, 2009).
Warna air
merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai panjang gelombang cahaya sejumlah
material yang berada dalam air yang tertangkap oleh mata. Material dalam air
dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (pemuji dan Anthonius,2010).
Warna perairan
pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif,sehingga
penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulanyang
bermuatan positif. Misalnya alumunium dan besi (Sawyer dan Mclarty, 1978).Warna
perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (Blooming) Fitoplankton(algae)
(Effendi, 2003).
Warna air
pada kolam dan tambak, baik sistem tradisional semi intensif maupun intensif bermacam-macam. Adanya
warna air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hadirnya
beberapa jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, larutan
tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang
terlarut dalam air (Kordi, 2009).
2.1.4. Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam seluruh zat yang larut
dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah
menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua
zat organik mengalami
oksidasi sempuma (Forch et al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Salinitas memiliki peran penting dan memiliki ikatan
erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara
fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan
tersebut.
Salinitas dipengaruhi oleh massa air oseanis di bagian utara
hingga bagian tengah perairan, dan massa air tawar dari daratan yang
mempengaruhi massa air di bagian selatan dan bagian utara dekat pantai. Kondisi
ini mempengaruhi densitas ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang ditemukan
dengan densitas tinggi (0,9 ikan/mł) pada daerah bagian selatan dengan
salinitas antara 29,36-31,84 ‰, dan densitas 0,4 ikan/mł di bagian utara
dengan salinitas 29,97-32,59 ‰ . Densitas ikan tertinggi pada lapisan kedalaman
5-15 m (0,8 ikan/mł) ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥31,5 ‰ yaitu pada
bagian utara perairan. Dibagian selatan, densitas ikan tertinggi sebesar
0,6-0,7 ikan/mł ditemukan pada daerah dengan salinitas ≤30,0 ‰. Pola pergeseran
nilai salinitas hampir sama di tiap kedalaman, dengan nilai yang makin
bertambah sesuai dengan makin dalam perairan. Pada lapisan kedalaman 15-25 m,
kisaran salinitas meningkat hingga lebih dari 32 ‰, dan konsentrasi densitas
ikan ditemukan lebih dari 0,4 ikan/mł dengan areal yang lebih besar pada konsentrasi
salinitas ≤31,5 ‰. Konsentrasi ikan yang ditemukan pada daerah dengan salinitas
≥32,0 ‰, yaitu di bagian utara perairan sebesar 0,2-0,3 ikan/mł.
Menurut
Agrifishery(2010), menyatakan bahawa salinitas deapat dilakukan dengan
pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau
salinometer.Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram
(ppt) atau promil (%).Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar
antara 6-89 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
Menurut Barus (2002), klasifikasi air
berdasarkan nilai salinitasnya,yaitu:
Jenis Air
|
Salinitas(%o)
|
Limuis(air tawar)
Mixohalin(air payau)
Euhalin(air laut)
Hyperhalin
|
<0,5ppt
0,5-30%
30-40%
>40%
|
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :
- Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
- Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
- Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
2.1.5.
2.1.6. Tipe
Substrat
Menurut Flamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, bahan lain hidup merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan tempat
hidup.
Menurut Djum 1971 dalam Sahri et al. 2000. substrat dasar yang
berupa batuan merupakan habitat yang penting baik dibandingkan dengan substrat
pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus
air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh arus air.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan kandungan
nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir Lumpur dan
tanah liat (Sembiring, 2008).
Menurut Suliati (2006), kecerahan arus sungai dipengaruhi oleh
kemiringan. Kekasanan kadar sungai. Kedalaman dan kelebaran sungai sehingga
kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya
akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai pada umumnya, tipe substrat dalam
sungai dapat berupa Lumpur, pasir, kerikil dan sampah.
2.1.7. Debit Air
Debit
air yaitu jumlah air yang masuk ke dalam kolam melalui saluran inlet. Pergantian
air tersebut diperlukan debit air yang cukup. Salah satu cara menghasilkan
debit air yang besar dilakukan dengan membuat bendungan. Cara menghitung debit
air yang lewat sungai atau saluran pengairan, yang paling praktis adalah dengan
cara menggunakan alat pengukur kecepatan air yang disebut dengan current meter (Susanto,
1991).
Debit air yaitu
jumlah air yang masuk ke dalam kolam melalui saluran inlet, pergantian air
diperlukan debit air yang cukup. Cara menghasilkan debit air yang besar dengan membuat
bendungan. Cara menghitung debit air yang lewat sungai atau saluran pengairan,
yang paling praktis adalah dengan menggunakan alat pengukur kecepatan air current
meter (Soedarsono dan Suminto,
1989).
Kuantitas air lebih dikenal dengan debit air
perlu menjadi bahan pertimbangan sebelum memulai budidaya, karena setiap kolam
pemeliharaan mulai dari pembenihan sampai dengan pembesaran memerlukan debit
air yang berbeda-beda. Kelancaran usaha
ini kualitas air harus dijamin
baik, jumlahnya
harus cukup dan kontinuitasnya harus juga terjamin. Air sebaiknya tersedia
sepanjang tahun atau minimum sembilan bulan dalam setahun, sementara saat sama
sekali tidak ada air dapat digunakan untuk perbaikan pematang kolam atau
pembuatan kolam baru (Rejeki, 2001).
Debit (discharge) dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang
waktu tertentu, biasanya dalam satuan m3/detik. Peningkatan debit,
kadar bahan – bahan alami yang terlarut ke suatu badan air akibat erosi
meningkat secara eksponensial. Konsentrasi bahan- bahan antropogenik yang
memasuki badan air tersebut mengalami penurunan karena terjadi proses
pengenceran. Suatu bahan pencemar masuk ke badan air dengan kecepatan konstan,
kadar bahan pencemar dapat ditentukan dengan membagi jumlah bahan pencemar yang
masuk dengan debit badan air (Effendi, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi debit air yaitu:
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh
kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin kuat
dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik umumnya
kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian sangat sulit
untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena arus di suatu
ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi
debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar
sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang
aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis
substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).
2.2. Parameter Kimia
2.2.1. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan salah satu unsur yang keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup. Oksigen yang terdapat di atmosfir
bumi sekitar 210 mg/liter. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang
kadarnya bervariasi dalam setiap perairan. Dalam perairan, oksigen dapat
bersumber antara lain dari aktifitas fotosintesis, tumbuhan air maupun
fitoplankton dengan bantuan energi matahari serta dari proses difusi oksigen
yang berasal dari bumi (Effendi, 2003).
Menurut Susanto (1991), oksigen juga dapat bersumber
dari adanya aliran air baru yang masuk ke dalam suatu kolam air yang terjadi
oleh adanya turbelensi dan terjadi arus sehingga kadar O2 di
perairan meningkat.
Menurut Susanto (1991), Kadar oksigen terlarut dalam
air sebanyak 5 – 6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak
ikan di kolam, sedangkan batas minimum oksigen dalam perairan adalah 3 ppm.
Namun ada beberapa jenis ikan yang mampu hidup pada konsentrasi oksigen 3 ppm.
Namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima oleh sebagian besar biota
untuk dapat tetap bertahan hidup adalah sebesar 5 ppm. Pada konsentrasi 4 ppm
beberapa jenis masih dapat bertahan hidup namun nafsu makannya mulai menurun.
Untuk konsentrasi yang baik bagi budidaya perairan yaitu antara 5 – 7 ppm.
2.2.2. pH
pH
adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar
pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH
antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air
dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat
yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan
farmasi pengapuran pada permukaan yang keras (ICLEAN, 2007).
Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar dikenal
sebagai pH. Lebih tepatnya pH menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air
dan didefinisikan sebagai logaritma asam bila pH dibawah 7 dan dasar ketika pH
di atas 7. sebagian besar nilai pH ditemui jatuh antara 0 sampai 14. pH yang
baik dalam budidaya adalah 6,5-9,0 (Mutris, 1992).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang
mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman tinggi (pH
rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air
akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam
air ) (manik, 2003).
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam
kisaran yang sempit. Biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4 pH dipengaruhi olah
kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat
yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakkan, 1992 dalam Irawan et al, 2009).
2.2.3.
Alkainitas
Alkalinitas atau yang lebih dikenal total alkalinitas adalah konsentrasi
total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan dalam
mg/ L atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO2) dalam air,
basa-basa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat
(Kordi dan Tancung, 2007).
Alkalinitas adalah jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat menyebar
(buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Total alkalinitas diungkapkan
sebagai milligram per liter atau bagian per juta kalsium karbonat (mg/l atau
ppm CaCO3-alkalinitas total 20 mg/ l atau lebih banyak diperlukan
untuk tambak yang berproduksi baik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Kordi (2009), konsentrisi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. di lahan umumnya total alkalinitas
mempunyai konsentrasi yang sama dengan total kesadahan air. Hal ini disebabkan
kesadahan atau yang disebut juga dengan konsentrasi ion-ion logam bervalensi 2.
seperti Ca2+ dan Mg2+ dipasok dalam jumlah yang sama dari
lapisan tanah dengan HCO3- dan CO32-
yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas
Di larutan alkalinitas total akan berubah karena adanya perubahan
salinitas sebagai akibat adanya konsentrasu ion na+ dan ion Cl-
lainnya (Frisetal, 2003). Selain itu yang dapat mempengaruhi perubahan
alkalinitas kalsium karbonat atau adanya produksi partikel senyawa organik oleh
mikroalga (Wolf-Gladwow. 2007 dalam Sulino dan Bayu, 2007).
2.3.
Parameter Biologi
2.3.1.
Plankton
Plankton
merupakan
organisme yang berkuran kecil yang hidupnya mengikuti aliran arus. Plankton terdiri dari jenis hewan (zooplankton) dan tumbuhan
(fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan
fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam
laut serta mampu berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Karena
organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang
mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat
pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan
fitoplankton dari zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan
plankton, yaitu : megaplankton ialah organisme plaktonik yang besarnya lebih
dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan
makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm.
Ketiga golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton
baku. Dua golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang
sangat kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran
kurang dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton dan
ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku.Untuk
dapat menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil (Nybakken, 1982).
BAB III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Limnology yang berjudul Pengaruh Aspek-Aspek
Limnology Pada Kolam Koi di laksanakan pada Hari Rabu, Tanggal 29 Mei 2013,
Waktu jam 14.00-16.00, bertempat di Departemen Perikana PPPPTK Vedca CIANJUR.
3.2. Alat dan Bahan
Alat:
§
Secchi
dick
§
Tongkat
skala/ kayu
§
Paralon
§
Refraktometer
§
Toples
§
Stopwatch
§
DO
meter
§
pH
meter/ kertas lakmus
§
Botol
sampel
§
Pipet
25 ml
§
Erlenmeyer
100 ml
§
Pipet
tetes
§
Buret
10 ml
§
Botol
sampel
§
Ember
§
Buku
identifikasi plankton
§
Plankton
net
§
Mikroskop
§
Pipet
tetes
§
Gelas
penutup
§
Gelas
objek
Bahan
§
Air
kolam budidaya
§
Substrat
perairan
§
Larutan
Na2CO3 0,0454 N atau NaOH 0,0227 N
§
Indikator
pp
§
Larutan
HCl 0,02 N
§
H2SO4
0,02 N
§
Indicator
Bromescol Green
§
Indikator
Methyl Red
§
Tissue
§
Aquade
3.3
Langkah Kerja
a) Kedalaman:
§
Tancapkan
tongkat skala/ kayu ke dalam sampai menyentuh dasar perairan
§
Ukur
kedalaman kolam tersebut.
b) Kecerahan:
§
Turunkan
Secchi dicc sampai hampir tidak terlihat, catat kedalamannya (D1)
§
Turunkan
sedikit lagi hingga tidak tampak, kemudian angkat secara perlahan, begitu
tampak catat kedalamannya (D2)
§
Nilai
Kecerahan = (D1 + D2) / 2.
c) Warna:
§
Amti
secara visual warna perairan pada kolam budidaya.
d) Salinitas:
§
Ambil
air sampel kolam budidaya
§
Teteskan
kedalam prisma refraktometer
§
Lihat
hasil pada skala.
e) Aroma:
§
Ambil
air sampel
§
Cium
aroma yang terdapat pada air sampel.
f) Tipe
substrat:
§
Tancapkan
paralon pada dasar perairan
§
Angkat
paralon dan ambil sampel substrat.
g) Debit
air:
§
Tamping
air pada saluran inlet dengan menggunakan wadah yang telah diketahui volumenya
§
Hitung
waktu yang dibutuhkan sampai air dari saluran inlet memenuhi wadah tersebut
§
Hitung
debit air dengan menggunakan rumus : Q = V/t.
h) Oksigen
terlarut:
§
Ambil
sampel air kolam dengan menggunakan botol sampel
§
Hindari
pengaruh aerasi saat pengambilan sampel
§
Ukur
kadar Oksigen Terlarut dengan menggunakan alat DO-meter.
i)
pH:
§
Ambil
sampel air kolam dengan menggunakan botol sampel
§
Ukur
pH dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus.
j) Alkalinitas:
§
Air
sampel untuk analisa alkalinitas diambil dengan botol gelas atau botol
polyethylene 300 ml. Diisi sampai penuh dan ditutup dengan rapat. Dan segera
dianalisa di lapangan
§
Pipet
air sampel sebanyak 50 ml, masukkan ke dalam erlemeyer
§
Tambahkan
2 tetes indicator pp. Bila terbentuk warna pink, lanjutkan poin 4, bila tidak
berwarna lanjutkan point 5.
§
Titrasi
dengan HCl atau H2SO4 0,02 N, hingga terjadi perubahan
warna dari pink menjadi tidak berwarna. Catat titran yang digunakan (A ml)
§
Tambahkan
indicator Bromescol Green dan Methyl Red sebanyak 3-4 tetes, kemudian titrasi
dengan titran yang sama hingga terjadi perubahan warna biru menjadi merah
kebiruan. Catat volume titran yang digunakan (B ml)
§
Perhitungan:
Alkalinitas
pp (karbonat) = A x N titran x 100/2 x 1000
ml sampel
Alkalinitas total = (A+B)
N titran x 100/2 x 1000
(ppm CaCO3) ml
sampel
k) Plankton:
§
Tentukan
lokasi pengamatan
§
Ambil
air kolam sebanyak 50 liter dengan menggunakan ember
§
Saring
dengan menggunakan plankton net
§
Bawa
sampel air kolam yang telah tersaring ke laboratorium
§
Ambil
satu tetes air sampel dan letakkan di atas gelas objek, tutup dengan gelas
penutup
§
Dengan
menggunakan mikroskop, amati dan hitung jumlah plankton yang terdapat di dalam
sampel air kolam
§
Lakukan
sebanyak 3 kali ulangan
§
Catat
hasil pengamatan ke dalam tabel
§
Hitung
kelimpahan plankton dengan menggunakan rumus :
§
N
= Oi/Op x Vt/Vo x 1/Vs x n/p
Dimana :
N = Kelimpahan
plankton (ind/liter)
Oi =Luas cover
glass
Op = Luas lapang pandang (1,306)
Vt = Volume
tersaring
Vs = Volume air yang disaring
Vo = Volume satu tetes (0,05 ml)
n = Jumlah
plankton yang ditemukan
p =∑ lapang
pandang yang diamati.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
a. Kedalaman
§ Inlet : 71
cm
§ Tengah : 66 cm
§ Outlet : 74
cm
211 cm
= 211 cm : 3 =
70, 3 cm
b. Kecerahan
§ D1 : 15 cm
§ D2 : 13 cm
28 cm
= 28 cm : 2 = 14 cm
c. Warna
§ Coklat
d. Salinitas
§ <1 ppt
e. Aroma
§ Bau Lumpur
f. Tipe
substrat
§ Lumpur
g. Debit
Air
§ Kanan : 64 detik
§ Kiri : 20
detik
Kanan : 64 detik
15 L
=
4,2 det/L
Kiri : 20
detik
15 liter
=
1, 33 det/L
=
4, 2 det/ L
1, 33 det/L
= 5, 53 det/L
= 5,53 det/L
2
= 2, 76 det/L
h. Oksigen
Terlarut
§ 8, 4
i.
pH
§ 7
j.
Alkalinitas
§ 0, 7
§ Alkalinitas pp (karbonat) A x N titran x 100/2 x
1000
ml
sampel
§
Alkalinitas
total (A+B) N titran x 100/2 x 1000
ml sampel
§
Alkalinitas
total : ( 0 + 0,7 ) . 0, 02 x 100/ 2 x 1000
50
ml
: 700
50
: 14
k. Tabel
1. Hasil Pengamatan Plankton di Kolam Koi.
N0
|
Spesies
|
Ulangan 1
|
∑
|
||||
LP 1
|
LP 2
|
LP 3
|
LP 4
|
LP 5
|
|
||
1.
|
Anabaenopsis Raciborski Wal
|
2
|
|
|
2
|
|
4
|
2.
|
Nitzshia Vermicularis
|
|
1
|
|
2
|
|
3
|
3.
|
Amphora commutate
|
|
|
1
|
|
1
|
2
|
4.2
Pembahasan
4.2.1.
Kedalaman
Kedalaman
perairan merupakan batas wilayah dimana akan berpengaruh pada keberadaan
plankton. Kedalaman
perairan akan
memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada suatu habitat aquatik
tertentu. Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis membutuhkan sinar matahari,
penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin
tingginya kedalaman suatu perairan tersebut
.
4.2.2.
Kecerahan
kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari di dalam
air dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecerahan yang biasanya di
sebut dengan Secchi disk. Kecerahan
disuatu perairan dipengaruhi oleh factor cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan,
kepadatan tersuspensi, serta ketelitian dari orang yang menelitinya.
Menurut
effendi (2003) kisaran untuk nilai kecerahan adalah 30-40 cm, akan tetapi masih
terdapat pendapat lain mengenai kisaran untuk kecerahan pada perairan budidaya.
Dalam budidaya perlu diperhatikan bagaimana kecerahan air dalam kolam tersebut,
karena apabila jumlah plankton yang terdapat di air kolam terlalu banyak atau
pekat yang dapat menyebabkan kecerahan <25 cm, perlu diwaspadai karena
memungkinkan terjadinya blooming alga di perairan itu.
Perubahan
atau perbedaan nilai kecerahan yang diperoleh bisa terjadi karena kurang
telitinya para praktikan dalam melakukan pengukuran dan juga karena lokasi
pengukuran yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
4.2.3. Warna
Perairan
Warna air di
suatu perairan dapat disebabkan oleh partikel – partikel koloid yang bermuatan
negative, sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan
koagulan yang bermuatan positif. Akan tetapi warna suatu perairan juga dapat
dipengaruhi karena adanya jenis plankton yang cukup banyak di kolam tersebut.
Plankton yang tumbuh dalam perairan tersebut dapat berupa fitoplankton dan
zooplankton.
Warna yang
disebabkan karena adanya jumlah plankton yang hidup dalam jumlah yang cukup
banyak (blooming) termasuk jenis air yang tidak baik untuk proses budidaya
karena akan menjadi racun bagi ikan yang hidup di dalamnya yang dapat
menyebabkan ikan budidaya mati.
Dalam
pengamatan warna air di pratikum ini, pratikum melihat bahwa air yang terdapat
dalam kolam ikan koi ialah berwarna coklat. Pengamatandilakukan seecara visual,
hanya dengan melihat warna air saja tanpa menggunakan alat. Warna air hijau
kecoklatan merupakan warna air yang menunjukkan dominasi yang terjadi merupakan
antara lain chlorocyiceae.
Biasanya
warna pada perairan dikelompokkan menjadi :
Warna sesungguhnya (true colour)
Wabah
sesungguhnya merupakan warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut,
karena bahan-bahan tersuspensi terpisahkan.
Warna tampak (apparent colour)
Warna tampak
merupakan warana yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga
oleh bahan tersuspensi.
4.2.4.
Salinitas
Salinitas merupakan kadar garam seluruh zat yang larut
dalam 1.000 gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah
menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua
zat organik mengalami
oksidasi sempuma (Forch et al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Hasil
pengukuran yang diperoleh saat praktikum ialah nilai salinitas < 1 ppt.
nilai ini menunjukkan bahwasannya perairan tersebut adalah perairan tawar,
karena nilai salinitas perairan tawar biasanya berkisar antara 0-5 ppt.
Setiap ikan
tentunya memiliki nilai salinitas optimum, olek karena itu dalam budidaya kita
juga harus mengetahui bagaimana salinitas yang baik untuk pemeliharaan suatu
organism. Pada air laut, akan terjadi peningkatan salinitas, hal ini disebabkan
karena suhu yang semakin tinggi. Perubahan suhu dan salinitas akan menaikan
atau mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu
terjadinya konveksi kelapisan bawah (Robert).
4.2.5. Tipe
Substrat
Substrat merupakan tempat untuk
menempelnya atau tempat untuk hidupnya suatu organisme. Dalam hasil pengamatan
yang telah dilakukan, tipe substrat yang terdapat di kolam ikan koi adalah lumpur.
Menurut Irianto (2005),
sejumlahspesies ikan dapat bertahan sementara waktu pada kandungan partikel
atau Lumpuryang tinggi. Misalnya cyprinus carpio dan arrasius quaratus dapat
bertahan seminggu atau lebih pada perairan dengan kandungan partikel
lempungontmorillonila 100.000 mg/l.
4.2.6. Debit
Air
Debit air dinyatakan sebagai volume
yang mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dala m3/detik
(Hafni Effendi, 2003). Sedangkan menurut (Slamet Soesono, 1971) yang dimaksud
debit saluran adalah jumlah riil yang mengalir dalam saluran tersebut yang
dinyatakan dengan ukuran liter per detik.
Praktikum menghitung debit aur yang
dilakukan adalah pada saluran inlet kolam koi Departemen Perikanan. Dari hasil
saat melakukan pengukuran adalah 2,76 l/detik. Debit air juga akan mempengaruhi
adanya oksigen terlarut dalam perairan, karena terjadi pergerakan air yang
menyebabka masuknya oksigen dari pergerakan air tersebut.
4.2.7.
Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan salah satu unsur yang keberadaannya
sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup. Oksigen yang terdapat di atmosfir
bumi sekitar 210 mg/liter. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang
kadarnya bervariasi dalam setiap perairan. Dalam perairan, oksigen dapat
bersumber antara lain dari aktifitas fotosintesis, tumbuhan air maupun
fitoplankton dengan bantuan energi matahari serta dari proses difusi oksigen
yang berasal dari bumi (Effendi, 2003).
Oksigen terlarut juga merupakan salah satu unsure yang
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk bernafas, proses
metabolism dan lain-lain. Oleh karena itu oksigen terlarut dalam suatu perairan
harus dalam kondisi yang stabil agar organism yang hidup di dalamnya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dari hasil praktikum yang diperoleh menunjukan bahwa
kandungan oksigen terlarut dalam air kolam ikan koi adalah 8,4 ppm. Dengan
kandungan oksigen yang demikian dapat dikatakan bahwa sudah lebih dari kadar
oksigen yang seharusnya yaitu 5-6 ppm yang dijelaskan menurut Susantu (1991).
Akan tetapi dengan kadar oksigen 8,4 ppm ikan masih tetap bisa hidup dan masih
dianggap sebagai konsentrasi yang baik untuk budidaya perairan karena menurut
Susanto (1991) dan Kordi (2005), konsentrasi yang baik untuk budidaya adalah
5-7 ppm. Dengan konsentrasi 8,4 ppm tidak menunjukan perbandingan yang jauh
dengan konsentrasi 5-7 ppm tersebut.
4.2.8. pH
pH singkatan dari (puissance negative de H) yaitu
logaritma negative dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan
dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan. Sehingga
dipakai sebagai salah satu untuk
menyatakan baik buruknya suatu perairan.
Derajat keasaman pada suatum kolam ikan sangat
dipengaruhi oleh keadaan tanah yang bisa menentukan keseburan pada suatu
perairan. Dalam budidaya perairan (ikan), pH netral sangat baik dan biasanya
berkisar antara 7-8, sedangkan pH basa tidak terlalu baik untuk bididaya karena
dapat menghambat pertumbuhan ikan. Dalam praktikum pengukuran pH yang tellah dilakukan,
hasil yang telah diperoleh dalam air sampel adalah 7. Dilihat dari kadar
optimum pH diatas, berarti nilai pH pada kolam koi adalah netral.
4.2.9. Alkalinitas
Dari
pengukuran alkalinitas yang telah dilakukan didapatkan hasil alkalinitas
sebesar 14 mg/l. Menuerut Jusuf dalam Yudha
(2005). Alkalinitas optirmun bagi pertumbuhan udang memiliki kisaran antara
75-200 mg CaCO3/ l.
Alkalinitas
dipertahankan pada nilai 90-150 Rpm. Alkanitas yang rendah atau kurang 90 ppm
harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai angka sesuai dengan
kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi PH air sehingga
pengaruh pengapuran tidak membuat PH tinggi. Jenis kapur disesuaikan dengan
keperluan dan fungsinya. Sebagai contoh kapur hidroksida Ca(OH)2 dii
aplikasikan untuk menaikan alkalinitas sekaligus menaikan PH air, bila PH air
sudah tinggi, maka untuk menaikan alkalinitas digunakan jenis kapur
carbonat (ca CO3) atau kaptan (Arifin. al, 2007).
4.2.10. Plankton
Sebagai
organisme yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan di dalam perairan,
plankton harus diperhatikan kelimpahannya, agar dapat memberikan keuntungan
bagi organisme akuatik yang hidup di dalam perairan dan tidak merugikan yang
disebabkan oleh kepadatan yang tidak terkendali.
Pada
praktikum pengukuran plankton ini terdapat beberapa jenis plankton yang hidup
dalam kolam ikan koi. dikarenakan plankton dibutuhkan sebagai pakan alami, maka
kelimpahan plankton dalam wadah budidaya harus diperhatikan. Karena apabila kepadatan
terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada organism budidaya.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Kedalaman
perairan akan
memberikan petunjuk keberadaan parameter limnologi pada suatu habitat aquatik
tertentu.
2.
Kecerahan disuatu perairan
dipengaruhi oleh factor cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, kepadatan
tersuspensi, serta ketelitian dari orang yang menelitinya.
3.
Dalam pengamatan warna air di
pratikum ini, pratikum melihat bahwa air yang terdapat dalam kolam ikan koi
ialah berwarna coklat. Pengamatandilakukan seecara visual,
4.
Hasil pengukuran yang diperoleh saat
praktikum ialah nilai salinitas < 1 ppt. nilai ini menunjukkan bahwasannya
perairan tersebut adalah perairan tawar, karena nilai salinitas perairan tawar
biasanya berkisar antara 0-5 ppt.
5.
Substrat merupakan tempat untuk
menempelnya atau tempat untuk hidupnya suatu organisme. Dalam hasil pengamatan
yang telah dilakukan, tipe substrat yang terdapat di kolam ikan koi adalah
lumpur.
6.
Dari hasil saat melakukan pengukuran
adalah 2,76 l/detik. Debit air juga akan mempengaruhi adanya oksigen terlarut
dalam perairan, karena terjadi pergerakan air yang menyebabka masuknya oksigen
dari pergerakan air tersebut.
7.
Dari hasil praktikum yang diperoleh menunjukan bahwa
kandungan oksigen terlarut dalam air kolam ikan koi adalah 8,4 ppm. Dengan
kandungan oksigen yang demikian dapat dikatakan bahwa sudah lebih dari kadar
oksigen yang seharusnya yaitu 5-6 ppm yang dijelaskan menurut Susantu (1991).
8. pH singkatan dari (puissance negative
de H) yaitu logaritma negative dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam
suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme
perairan. Sehingga dipakai sebagai salah
satu untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan.
9.
Alkalinitas
dipertahankan pada nilai 90-150 Rpm. Alkanitas yang rendah atau kurang 90 ppm
harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai angka sesuai dengan
kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi PH air sehingga
pengaruh pengapuran tidak membuat PH tinggi.
10.
Pada
praktikum pengukuran plankton ini terdapat beberapa jenis plankton yang hidup
dalam kolam ikan koi. dikarenakan plankton dibutuhkan sebagai pakan alami, maka
kelimpahan plankton dalam wadah budidaya harus diperhatikan. Karena apabila
kepadatan terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada organism budidaya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan praktikum
Limnologi selanjutnya adalah :
1.
Sebaiknya air yang masuk (inlet) dan air yang keluar (outlet) diperhatikan supaya terjadi
aliran oksigen dari aliran inlet dan outlet kolam tersebut.
2.
Menjaga
kualitas air pada perairan tersebut.
3.
Dalam
pratikum hendaknya dilakukan dengan teliti agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
hariyadianapriliyanto.blogspot.com/2012/01/laporan-limnologi.html
Komentar
Posting Komentar