PENGAMATAN TERHADAP HAMA YANG MENYERANG IKAN DAN MENGINDENTIFIKASI GEJALA SERANGAN PENYAKIT TERHADAP TINGKAH LAKU IKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam
usaha budidaya ikan. Adanya penyakit ikan erat hubungannya
dengan lingkungan dimana ikan itu berada. Untuk itu dalam pencegahan dan
pengobatan penyakit ikan, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan
juga perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan itu
sendiri.
Dengan adanya informasi ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui secara
dini gejala awal serangan penyakit, serta dapat melakukan langkah-langkah
pencegahan dan pengobatan terhadap timbulnya penyakit ikan secara benar.
Organisme
aquatik hidup pada lingkungan yang seringkali kondisinya berbeda dengan
lingkungan tubuhnya (kondisi media internal), bahkan kondisi lingkungan
tersebut seringkali berubah – ubah dari waktu kewaktu. Perubahan – perubahan
inilah yang harus dihadapi dan disiasati sehingga organisme aquatik mampu
bertahan hidup dihabitatnya. Adanya perubahan lingkungan ini harus direspon
oleh ikan dan bentuk responya beragam bergantung pada jenis variabel lingkungan
yang berubah, besarnya perubahan, lamanya perubahan berlangsung, dan kemampuan
adaptasi dari ikan itu sendiri. Dengan melakukan perubahan – perubahan pada
indiviu ikan (misalnya : perubahan biokimia, proses fisiologis, struktur sel,
organ, bahkan struktur tubuh dan pola tingkah laku), maka ikan akan mampu
menghadapi perubahan lingkungan tersebut. Jadi pada dasarnya hewan (ikan) harus
melakukan upaya untuk mempertahankan kondisi tubuhnya pada keadaan yang stabil
agar dapat bertahan hidup. Besarnya upaya untuk mempertahankan kondisi yang
stabil (homeostasi) melawan perubahan – perubahan lingkungan melibatkan
berbagai organ tubuh dengan kontrol sistem integrasi dan tentunya membutuhkan
energi. Proses penyesuaian kondisi tubuh terhadap kondisi lingkungan yang
selalu berubah ubah ini disebut adaptasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum adalah sebagai berikut :
1.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi ikan yang terserang hama
2.
Mahasiswa dapat membedakan ikan yang sakit
3.
Mahasiswa dapat mengetahui gejala-gejala penyakit
ikan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Morfologi ikan Koi
Sebagai “bentuk lain” dari ikan mas, pada da-sarnya
hampir seluruh organ tubuh koi
sama dengan ikan mas lauk tersebut. Hanya ada
beberapa perbe-daan pokok seperti
bentuk tubuh ideal, warna ideal, dan beberapa
hal
yang sifatnya sangat khusus.
Koi mempunyai
badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip.
Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip
punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan
sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk
berpindah tempat. Ibarat manu-sia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada
bisa diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut sebagai kaki. Hanya
bedanya dengan manusia, tangan dan kaki tidak baka) tumbuh lagi ketika patah
(Jika tidak disambung), sirip-sirip pada ikan koi umumnya akan tumbuh Jika
patah atau di-potong.
Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip
ini terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang
dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika
di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika
dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput sirip
merupakan “sayap” yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat
apabila bere-nang. Selaput inilah yang sering dibabat habis para-sit dan penyakit
sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya
mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20
jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9
buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Ikan Nila
Kordy K.(2000)
membuat catatan tentang bentuk tubuh (morfologi) seekor ikan nila (Oreochromis niloticus) secara umum,
yaitu mempunyai bentik badan pipih ke samping memenjang, warna putih kehitaman,
makin ke perut makin terang. Ikan nila mempunyai garis vertikal 9-11 buah
berwarna hijau kebiruan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dengan
bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan terminal, posisi
sirip perut terhadap sirip dada thorocis,
garis rusuk (linea lateralis) terputus
menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada
garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid.
Penamaan ikan nila dan mujair di Indonesia menjadi Oreochromis nilotikus dan Oreochromis mossamicus (Sugiarto, 1988).
Sehingga klasifikasi ikan nila sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis
nilotikus
Ikan nila termasuk golongan ikan
pemakan segala atau lazim disebut omnivore. Namun larva ikan nila tidak sanggup
memakan makanan dari luar selama masih tersedia makanan cadangan berupa kuning
telur yang melekat di bawah perut larva yang baru menetas. Hal ini berbeda
dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang sesaat setelah menetas lubang
mulut sudah terbuka. Setelah rongga mulut terbuka, larva ikan nila memakan
tumbuh-tumbuhan dan hewan air berupa plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa
dimakan antara lain yaitu alga bersel tunggal maupun benthos dan krustase
berukuran kecil. Makanan ini diperoleh dengan cara menyerapnya dalam air
(Djarijah, 1995).
2.3. Hama
Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya
ikan tersebut, terdapat pula beberapa masalah yang mengganggu,
sehingga menghambat perkembangan usaha budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan.
Apabila keadaan tersebut tidak segera ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan
budidaya ikan tersebut akan terganggu, akibatnya ikan akan menurun karena tingkat kematiannya
tinggi. Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan
pengobatan terhadap hama dan penyakit ikan.
Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka
dalam menangani masalah ini,tindakan penanggulangannya dilakukan secara
hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan.Ada
beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:
A.
Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:
1.
Perubahan salinitas air secara mendadak;
2. pH
yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
3.
Kekurangan oksigen dalam air;
4. Zat
beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
5.
Perubahan suhu air yang mendadak;
6.
Kerusakan mekanis (luka-luka);
7.
Perairan terkena polusi.
B.
Makanan yang tidak baik :
1.
Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;
2. Bahan
makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
C.
Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.
D. Stres
yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan
tersebut.Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan
psikologi dalamdiri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan
diakibatkan perubahanlingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya
akibat pengangkutan/transportasiikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring
apung di laut daritempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti
makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
E. Kepadatan IkanKepadatan ikan
yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akanmenimbulkan
persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan
sisametabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres
dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam
faktor intern (dari dalam), maksudnya penyebab penyakit itu masih di
sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal di
sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budidayakan.Jika pertumbuhan mikroorganisme inimelimpah
terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air
disekeliling perusahaan hatchery (Anonim, 2004)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Kegiatan
praktikum HAMA PENYAKIT IKAN ( Melakukan pengamatan terhadap Hama yang
menyerang ikan dan. Mengidentifikasi Gejala Serangan Penyakit terhadap Tingkah Laku Ikan) Dilaksanakan
pada hari Selasa, tanggal 23 April 2013, pukul 13.00 – 16.00 WIB. Dan praktikum
ini bertempat di Laboratorium dan Hatchery dan kolam Departement Budidaya
Perikanan PPPPTK VEDCA Cianjur.
3.2. Alat dan Bahan
Dalam pengamatan terhadap Hama yang menyerang ikan adalah
a. Alat
·
Scoope
net
·
Baskom/
ember
·
Alat
tulis
b. Bahan
·
Areal
budidaya
3.3 Langkah kerja
·
Lakukan
indentifikasi jenis hama yang menyerang ( Melalui udara, darat dan air) ikan
pada kolam
·
Catat
gambarkan jenis hama yang menyerang kolam budidaya ikan tersebut ke dalam tabel
yang telah disediakan pada hasil praktikum
·
Kelompokkan
hama yang menyerang ikan tersebut berdasarkan sifatnya dan arah penyerangannya.
Catat hasilnya kedalam tabel yang telah disediakan pada lembar praktikum
·
Buatlahlah
laporan hasil praktikum
Dalam praktikum
mengenditifikasi Gejala serangan penyakit terhadap tingkah laku ikan:
Alat dan bahan praktikum mengindentifikasi Gejala Serangan
Penyakit Terhadap Tingkah Laku Ikan
a. Alat
·
Timbangan
·
Penggaris
ukur
·
Seperangkat
alat kualitas air
·
Serokan
·
Ember/
baskom
·
Botol
sampel
b. Bahan
·
Kolam budidaya
ikan
·
Alat
tulis
·
Alat
hitung
3.4 Langkah kerja
- Lakukan pengamatan terhadap kualitas air lingkungan budidaya yang diamati dan catat hasilnya ke dalam tabel yang disediakan pada hasil praktek
- Ambil sampel beberapa ikan yang dibudidayakan pada kolam tersebut secara acak, kemudian hitung dan tentukan faktor kondisinya. Faktor kondisi dihitung menggunakan rumus:
Ikan mempunyai nilai K yang berbeda- beda
tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan dikatakan sakit.
Pada ikan mas sehat K = 1,9 sedangkan yang sakit K= 1,6 ikan yang mempunyai
K<1,4 ikan yang tidak dapat hidup lagi.
- Lakukan pengamatan terhadap tingkah laku ikan dan terhadap konsumsi pakan dengan memberikan pakan pada ikan yang dibudidayakan dan amati nafsu makan ikan
- Catat hasil pengamatan tersebut kedalam tabel yang telah disediakan di hasil praktek
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil praktikum (pengamatan Terhadap Hama yang
Menyerang Ikan) adalah
istilah data yang berhubungan dengan kolam yang
akan diamati berikut ini:
Luas kolam yang di amati : 30 x 8,85
Jenis kolam yang dibudidayakan : Ikan koi
Jenis budidaya :
Semi intensif
Sumber air :
Air sungai
Keadaan salur inlet : Kurang efektif(
karena debit air kedalam kolam
kurang efektif debit air terlalu rendah sehingga DO ke kolam kurang
Keadaan saluran Outlet : Kurang efektif ( karena
saluran yang sebenarnya tidak berfungsi saluran yang berfungsi bukan dari pipa
pengeluaran melainkan dari saluran
penyaringan outlet pada kolam
Llain-lain :
Pengamatan ikan lincah warna ikan cerah, ukuran besar dan aktif.
Tabel hasil pengamatan jenis
hama yang menyerang ikan :
No
|
Nama hama
|
Jenis penyerangan
|
Sifat penyerangan
|
Jumlah
|
Gambar
|
1
|
Larva serangga air
|
Penyerangan pada larva ikan
|
Penyaing terhadap oksigen
|
37
|
|
2
|
Ikan seribu
|
Penyerang pada larva ikan dan penyaingh pada
oksigen
|
Penyaing terhadap pakan dan oksigen
|
50 ekor
|
|
3
|
Keong
|
|
Penyaing terhadap oksigen
|
3
ekor
|
|
- Tabel pengamatan kualitas air
No
|
Prametar
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
Optimum
|
Pengamatan
|
sesuai
|
tidak sesuai
|
||
1
|
Suhu air
|
25-28
|
30 oC
|
||
2
|
pH air
|
6,8-8,2
|
|||
3
|
Do air
|
>5
|
55
|
||
4
|
Kecerahan (cm)
|
>30
|
9
|
||
5
|
|||||
- Tabel Hasil Pengamatan Kondisi Budidaya
No
|
Prameter
|
Keterangan
|
|
1
|
Kondisi awal kolam
|
500 ekor
6,8,4 / kg
|
|
Padat tebar awaql (ekor/m2)
Bobot ikan awal penebaran ( g)
|
|||
2
|
Pakan
|
Pelet
3 %
2 kali sehari
|
|
Jenis pakan yang diberikan
Feeding rate (%)
Feeding time ( waktu)
|
|||
3
|
Kondisi akhir
|
500 ekor
6,8,4 / ekor
2 ekor
|
|
Padat tebar ( ekor/m2)
Bobot tubuh ikan (g)
Persentase mortalitas ( %)
|
|||
- Tabel pengamatan kelainan Tingkahlaku ikan dan Konsumsi Pakan
No
|
Tingkah laku ikan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Terdapat
ikan yang megap-megap di permukaan air
|
ü
|
|
2
|
Terdapat
ikan yang berenang dengan tidak normal
|
|
ü
|
3
|
Terdapat
ikan yang berlendir dalam jumlah banyak
|
|
ü
|
4
|
Terdapat
ikan yang berwarna pucat
|
|
ü
|
5
|
Terdapat
ikanyang mengalami kerusakan organ luar
|
|
ü
|
6
|
Nafsu
makan ikan menurun
|
|
ü
|
Hasil praktikum Mortalitas
Ikan NIla
Panjang ikan Berat ikan
ikan 1 = 21 cm : 2,5 ons
ikan
2 = 19 cm : 2
ons
ikan
3 = 16,5 cm : 1
ons
Ciri-ciri ikan yang sakit
Ø Bagian
ekor mengalami luka parah
Ø Pergerakan
lambat
Ø Mata
kurang cerah
Ø Sisik
badan mengelupas
Ø Ikan
sudah berenang terbalik
Ø Warna
ikan pucat
keterangan
- Ikan Nila 1
~
Panjang 21 cm
~Berat
2,5 ons
= 2,6
- Ikan Nila ke 2
~ Panjang 19 cm
~ Berat 2 ons
= 2,9
- Ikan Nila 3
~ Panjang
16,5 cm
~ Berat
1 0ns
= 2,22
4.2
Pembahasan
Hama dan Penyakit
Kusumah dalam Mairita (1999), menyatakan
serangan patogen pada ikan dikenal dengan ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit yaitu parasit yang hidup pada tubuh bagian luar organisme yang
ditumpanginya. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ tubuh
bagian dalam suatu organisme yang ditumpanginya.
Penyakit Ichthyophthiriosis menyebabkan kematian
masal baik pada ikan stadia larva, ikan kecil maupun ikan dewasa. Larva dan
ikan kecil adalah stadia yang paling rentan. Kematian masal terjadi secara
bertahap, dan kurang dari satu minggu lebih dari 70% ikan akan mati.
Penyakit Ichthyophthiriosis memiliki tanda klinis yang khas, yaitu adanya
bercak putih pada permukaan kulit dan insang dari ikan yang terinfeksi.
Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan pada
jaringan integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit, ephitelial
sel rusak, pembuluh darah di daerah infeksi pecah dan jaringan akan diselimuti
oleh sel darah.
Ikan dikatakan sakit
bila terjadi suatu kelainan baik secara
anatomis maupun fisiologis. Secara anatomis terjadi kelainan bentuk
bagian-bagian tubuh ikan seperti bagian badan, kepala, ekor, sirip dan perut.
Secara fisiologis terjadi kelainan fungsi organ seperti; penglihatan,
pernafasan, pencernaan, sirkulasi darah dan lainlain. Gejala yang diperlihatkan
dapat berupa kelainan perilaku atau penampakan kerusakan bagian tubuh ikan.
Adapun ciri-ciri ikan sakit adalah sebagai berikut;
Behaviour (perilaku ikan)
Ikan sering berenang di permukaan air dan
terlihat terengah-engah (megap-megap).
Ikan sering menggosokgosokan tubuhmya pada
suatu permukaan benda.
Ikan tidak mau makan (nafsu makan menurun).
Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, maka
ikan yang sakit akan memisahkan diri dan berenang secara pasif.
2. Equilibriun
Equibriun artinya keseimbangan, ikan yang
terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan
loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak.
3. External lesion
Adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu
karena adanya serangan penyakit. External lesion pada ikan antara lain:
* Discoloration
Pada ikan sehat mempunyai warna tubuh normal
sesuai dengan pigmen yang dimilikinya. Kelainan pada warna yang tidak sesuai
dengan pigmennya adalah suatu discoloration. Seperti warna gelap menjadi pucat
dan lain-lain.
* Produksi lendir
Lendir pada ikan sakit akan berlebihan bahkan
sampai menyelimuti tubuh ikan tergantung pada berat tidaknya tingkat infeksi.
* Kerusakan organ luar
Kelainan bentuk organ ini disebabkan oleh
parasit tertentu yang menyebabkan kerusakan organ seperti pada kulit, sirip,
insang dan lainlain. Pada insang dapat menyebabkan insang terlihat pucat atau
adanya bercak merah.
4. Faktor kondisi
Pada ikan sehat mempunyai
korelasi antara bobot (M) dan panjang (L) ikan yang seimbang yaitu dengan rumus
sebagai berikut.
Dimana :
M :
berat ikan (gr)
L :
panjang ikan (cm)
Ikan mempunyai nilai K yang
berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan
dikatakan sakit. Pada ikan mas sehat K = 1,9 sedangkan yang sakit K = 1,6 ikan
yang mempunyai K < 1,4 ikan tidak dapat hidup lagi.
Sebaiknya melakukan penanganan
ikan sakit harus hati agar tidak mati dan pengendalian hama di kolam tempat
budidaya harus benar- benar di perhatikan dan di awasi agar kolam dan ikan yang
kita budidayakan tidak terserang hama yang dapat merugikan budidaya yang kita
lakukan oleh sebab itu pelihara pematang kolam dan perairan kolam dengan bersih
agar ham tidak masuk kedalam kolam budidaya yang kita lakukan dan hasil pengamatan yang di lakukan di kolam
koi kondisi kolam yang jenis budidayanya bersifat semi intensif kurang baik untuk
wadah budidaya baik karena pramter prairannya kurang optimal melakukan tahap-
tahap budidaya dengan sempurna kondisi pearairan yang keruh dan suhu pada perairan termasuk tinggi yaitu 30
oC sedangkan yang optimal ialah 25-28 oC dan kondisi inlet dan outlet yang
kurang baik kondisi inlet yang pemasukan aiar ke dalam kolam atau debit air
yang masuk kedalam kolam sangat rendah maka oksigen yang larut dalam kolam juga
rendah.Dan kondisi kolam yang outletnya kurang baik karena 2 pipa outlet tidak
berpungsui hanya satu pintu pengeluaran yang berfungsi itupun kurang optimal
untuk pintu pengeluaran air dalam kolam. dan dilam kolam terdapat hama yang
sangat mengganggu budidaya yang terdiri dari ikan seribu yang dapat mengganggu
dalam penyaingan oksigen dalam kolam dan pakan pada larva dan keong yang
terdapat dalam kolam juga sangat mengggu kondisi ikan dalam kolam karena juga
dapat mempersaingi oksigen dalam kolam dan hama larva serangga dapat juga
menyerang larva ikan dan penyaing oksigen dalam kolam oleh sebab itu hama –
hama yang terdapat dalam kolam harus di basmi untuk kelancaran melakukan
budidaya dengan baik untuk menghasilkan ikan yang berkualitas bebas dari hama
dan penyakit.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Serangan
patogen pada ikan dikenal dengan ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit yaitu
parasit yang hidup pada tubuh bagian luar organisme yang ditumpanginya.
Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ tubuh
Penyakit
merupakan suatu keadaan dimana organisme tidak dapat mempertahankan keadaan
normal karena adanya gangguan fungsi fisiologi yang dapat disebabkan oleh
organisme patogen maupun faktor lainnya. Dengan demikian timbulnya serangan
penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun keadaan
lingkungan.
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik sebaiknya kerjasama
sesama praktikan bisa berjalan dengan lancar. Dan juga diharapkan kepada
asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi praktikan yang tidak serius selama
praktikum berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 2003. Pengendalian
hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta
Dana. D dan S. L. Angka. 1990. ‘Masalah Penyakit Dan Bakteri Pada Ikan Air
Tawar Serta Cara Penanggulangannya’. Makalah Pada Seminar Nasional II Penyakit
Ikan Dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor. 121 hal
Djuhanda,
T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology, an Outline. Polish Scientific
Publisher. Poland, p: 3-22; 29-31
Susanto, H. 1987. Budaya Ikan di Pekarangan., Penerbit Penebar Swadaya.,
Jakarta.
Sutriawati, H. 1997. ‘Identifikasi Dan Pengendalian Parasit Pada Ikan Mas
Di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor. 32 hal
Irawan .2004. Budidaya Ikan Ait Tawar. Ikan Gurame, Ikan Nila. Kanisius.
Yogyakrta.
Kordi .2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. C.V. Aneka.
Solo. Kusumamihardja S. 1989. Diktat Parasitologi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. Yanong RPE. 2002. Nematode (Roundworm) Infection in Fish. Sirkular
911:33570-3434.
Kottelat, M., A. J, Whitten, S. N. Kartika Sari dan Wirjoatmojo. 1993.
‘Ikan Air Tawar Tawarv Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi’. Jakarta . 293 hal.
Lingga, P dan H. Susanto. 1987. ‘Ikan Hias Air Tawar’. Penebar Swadaya.
Jakarta. 236 hal.
Komentar
Posting Komentar