BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Perkembangan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan
luar dari ikan (lingkungan dan pakan). Pengaruh faktor lingkungan terhadap
gametogenesis dibantu oleh hubungan antara poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad
melalui proses stimulisasi atau rangsangan. Hormon-hormon yang ikut dalam
proses ini adalah GnRH dan Steroid. Keadaan ini memungkinkan untuk perlakuan
pemberian hormone baik melaui penyuntikan, implantasi dan
pakan.
Hormon sangat penting dalam pengaturan reproduksi dan sistem endocrine yang ada
dalam tubuh, yang reaksinya lambat untuk menyesuaikan dengan keadaan luar.
Hasil
kegiatan sistem endocrine adalah terjadinya keselarasan yang baik antara
kematangan gonad dengan kondisi di luar, yang cocok untuk mengadakan perkawinan.
Aktivitas gonadotropin terhadap perkembangan gonad tidak langsung tetapi
melalui biosintesis hormon steroid gonad pada media stadia gametogenesis,
termasuk perkembangan oosit (vitelogenesis) pematangan oosit, spermato-genesis
dan spermiasi.
Hormon
gonadotropin dengan glicoprotein rendah dapat mengontrol vitelogenesis,
sedangkan yang tinggi mengakibatkan aksi ovulasi. Hormon tiroid akan aktif
bersinergi dengan gonadotropin untuk mempengaruhi perkembangan ovari dan
kemungkinan lain juga untuk meningkatkan sensitivitas pengaruh gonadotropin.
Sel target hormon gonadotropin adalah sel teka yang merupakan
bagian luar dari lapisan 105 folikel. Pada ikan goldfish dan rainbowtrout
dihasilkan 17α-
hidrokxy-20β-dihidroxyprogresterone
(17 α,
20β-Pg) oleh
lapisan folikel sebagai respon terhadap aktifitas gonadotropin untuk merangsang
kematangan telur. Teori yang lain kontrol endokrin terhadap kematangan oosit
dan ovulasi pada teleostei adalah GTH merangsang (a) sintesa steroid pematangan
pada dinding folikel (ovari) dan (b) sekresi mediator ovulasi.(Gusrina,2008).
1.2.Tujuan
Praktikum
a) Mahasiswa
Mampu melakukan pembedaan untuk pengamatan organ-organ reproduksi dan kelenjar
hifopisa.
b) Mengetahui
organ-organ reproduksi ikan jantan
teleoste
c) Mengetahui
organ-organ reproduksi ikan betina teleoste
d) Mengetahui
struktur hipothalamus-hifopisadan gonad ikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelenjar
Hypothalamus
Kelenjar
endokrin pada ikan menurut Lagler et al (1962) terdapat pada beberapa organ
antara lain adalah pituitary, pineal, thymus, jaringan ginjal, jaringan
kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannous, thyroid, ultibranchial,
pancreatic islets, intestinal tissue, interstitial tissue of gonads dan
urohypophysis. Kelenjar
endokrin pada ikan
menghasilkan
jenis hormone tertentu, seperti pada kelenjar utama pada ikan adalah pituitary
dimana pada kelenjar tersebut menghasilkan sembilan macam sel penghasil hormone
yaitu prolactin (PL), corticotrophs (CT), Gonadotrophs (GTH), Somatotrophs
(STH), Thyrotrophs (TSH), Melanotrophs (MSH) dan Neurosecretory nerve ending
(NS). Hormon yang terdapat pada kelenjar pituitary antara lain adalah Oxytocin
yang berfungsi merangsang konstraksi urine dan kelenjar susu, Anti Diuretic
Hormone (ADH) yang berfungsi menaikkan tekanan darah lewat aksinya
padaarteriola dan menggiatkan reabsorbsi air dari tubuli ginjal serta hormon
ini sangat penting dalam osmoregulasi yaitu pengaturan tekanan osmosis
cairan
tubuh. Hormon
selanjutnya yang dihasilkan dari anterior pituitary adalah Follicle Stimulating
Hormone (FSH) yang merangsang produksi gamet oleh gonad atau merangsang
pematangan
gonad (vitellogenesis), Luteinezing Hormone (LH) yang merangsang produksi sex
hormone yaitu testosterone, estrogen, progesterone atau merangsang pematangan
akhir.
2.2.
Kelenjar Hipofisa
Kelenjar
hipofisa banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan
dengan perkembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin
yaitu GTH I dan GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan
sebagai
perangsang pematangan gonad. Letak kelenjar hipofisa ini terdapat pada bagian
otak sebelah depan. Kelenjar ini menempel pada infundubulum dengan suatu
tangkai
yang pendek,
agak panjang atau pipih bergantung pada jenis ikannya.
2.3. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Nila
Kordy K.(2000) membuat catatan
tentang bentuk tubuh (morfologi) seekor ikan nila (Oreochromis niloticus) secara umum, yaitu mempunyai bentik badan
pipih ke samping memenjang, warna putih kehitaman, makin ke perut makin terang.
Ikan nila mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Mata ikan
nila tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau
kebiru-biruan. Letak mulut ikan terminal, posisi sirip perut terhadap sirip
dada thorocis, garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua
bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk 34
buah dan tipe sisik stenoid.
Penamaan ikan nila dan mujair di
Indonesia menjadi Oreochromis nilotikus
dan Oreochromis mossamicus (Sugiarto,
1988). Sehingga klasifikasi ikan nila sebagai berikut :
Kelas :
Pisces
Ordo :
Percomorphi
Famili :
Cichlidae
Genus :
Oreochromis
Spesies :
Oreochromis nilotikus
Ikan nila
termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebut omnivore. Namun larva
ikan nila tidak sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia makanan
cadangan berupa kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang baru
menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang sesaat setelah
menetas lubang mulut sudah terbuka. Setelah rongga mulut terbuka, larva ikan
nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan air berupa plankton. Jenis-jenis
plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel tunggal maupun
benthos dan krustase berukuran kecil. Makanan ini diperoleh dengan cara
menyerapnya dalam air (Djarijah, 1995).
2.4.
Morfologi Dan
Klasifikasi Ikan Lele
Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang
licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga
panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti
sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang
kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat
pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang
gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insangnya. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai
pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah
lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur
memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang
maksimum mencapai 400 mm.
Pada
ikan lele, gonad ikan lele jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang
memiliki gerigi pada salah satu sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki
ukuran gonad lebih kecil dari pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele
berwarna lebih kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya,
dan kedua bagian sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya
dari ikan lele itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati,
lambung dan anus (Fujaya, Y. 2004).
Kingdom : Animalia
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysoidei
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies :
Clarias gariepinus
2.5.
Ikan Mas (cyprinus carpio)
Ikan Mas
adalah Jenis ikan konsumsi air tawar. Nama ilmiahnya adalah cyprinus carpio dalam bahasa inggris
ikan ini dikenal sebagaicarp fish.
Klasifikasi ikan mas ( Cyprinus
carpio ) Saanin (1984) dalam Sulistio (2001) adalah sebagaiberikut:
Kingdo : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
Kingdo : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan
memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang
kumis (barbels) yang kadang-kadang satu pasang diantaranya rudimenter, ukuran
dan warna badan sangat beragam (Sumantadinata, 1983 dalam Wibawa, 2003).
BAB III
METODELOGI
3.1.
Waktu dan Tempat
Waktu
yang digunakan selama praktikum selama 2 x 30 menit, mulai dari jam 13:30
sampai selesai, bertempat di Depertemen Budidaya Perikanan Jawa Barat (Vedca)
.
3.2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan
2) Penggaris
3) Peralatan Bedah
4)
Nampan
5) Tissue
6) Lap
7) Gelas Objek
8) Lup
9) Mikroskop
b. bahan
1)
sampel calon induk ikan jantan
2)
sampel calon induk ikan betina
3.3. Langkah Kerja
a) Siapkan
peralatan dan bahan yang akan digunakan
b) Ukur
panjang dan berat masing-masing ikan sampel
c) Amati
ciri-ciri morfologi (alat kelamin sekunder ikan) pada masing-masing ikan sampel
d) Bedah
bagian perut ikan secara perlahan dan hati-hati dari anus ke arah sirip perut
e) Regangkan
kedua dinding tubuh ikan pada bagian rongga perut sehingga organ dalam terlihat
jelas!
f) Uraikan
seluruh organ dalam ikan hingga nampak seluruh bagian organ tanpa merusak organ
g) Amati
dan identifikasi organ-organ yang berperan dalam sistem reproduksi (gonad,
saluran reproduksi hingga genital pore), gunakan bantuan lup atau mikroskop
jika diperlikan.
h) Untuk
pengamatan struktur hipotalamus-hipofisa lakukan pemotongan kepala ikan dan
menyingkap otak ikan sehingga kelenjar hipotalamus-hipofisa terlihat dengan
jelas !
i)
Gambarlah/dokumentasi bagian struktur
organ hipotalamus-hipofisa ikan dan bagian-bagian yang berdekatan dengan organ
tersebut !
j)
Gambarlah/dokumentasikan bagian
jaringan-jaringan/saluran yang berhubungan dengan organ gonad ikan
k) Ambil
seluruh bagian organ, letakan pada cawan petri atau nampan, buat potongan
melintangpada bagian pangkal, tengah dan ujung gonad.
l)
Amati perbedaan pada masing-masing
bagian gonad
m) Lakukan
kegiatan a-h untuk sampel ikan
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Organ sekunder ikan jantan (teleostei)
|
Nama : Ikan Mas
Berat Ikan : 275 gr
Panjang ikan : 24 cm
Ciri-ciri morfologi: perut ikan
mengeluarkan sperma kelamin memerah.
|
2
|
Anatomi ikan jantan / organ primer
(teleostei)
|
Nama : Ikan Mas
Berat gonad : 17,94 gr
Panjang gonad : 7 cm
Ciri-ciri morfologi: perut
membuncit, alat kelamin memerah, alat kelamin membulat
|
3
|
Organ sekunder ikan betina (teleostei)
|
Nama : Ikan Mas
Berat Ikan : 225 gr
Panjang ikan : 25,7 cm
Ciri-ciri morfologi : perut ramping,
alat kelamin berbentuk lonjong, dan warna tubuhnya lebih cerah.
|
4
|
Anatomi ikan betina / organ primer
(teleostei)
|
Nama : Ikan Lele
Berat
gonad : 19,28 gr
Panjang
gonad : 7 cm
Ciri-ciri
morfologi: perut membuncit, alat kelamin memerah.
|
5
|
Struktur hipotalamus-hipofisa dan
gonad
|
Organ: terletak di
bawah otak
Ukuran:seperti
butiran kecil di bawah otak
Ciri-ciri:bulat seperti
butiran kecil
Fungsi
organ: sebagai tempat atau titik rangsangan pada ikan untuk memijah dan
hormon LH-RH
|
6
|
Anatomi ikan jantan/organ primer
(teleostei)
|
Nama : Ikan Lele
Berat
gonad: 0,72 gram
Panjang
gonad : 4 cm
Ciri-ciri
morfologi: warna putih pucat
|
7
|
Organ sekunder ikan jantan
|
Nama: Ikan Lele
Berat
ikan: 250 gr
Panjang
ikan: 33 cm
Ciri-ciri
morfologi: alat kelamin memerah, bentuk kelamin membundar
|
8
|
Organ sekunder ikan jantan (teleostei)
|
Nama: Ikan Nila
Berat
Ikan: 250 gr
Panjang
ikan: 21,5 gr
Ciri-ciri
morfologi: pangkal ujung kelamin memerah
|
9
|
Organ sekunder ikan betina (teleostei)
|
Nama: Ikan Nila
Berat
Ikan: 200 gr
Panjang
ikan: 21,5 gr
Ciri-ciri
morfologi: perut membuncit, alat kelamin memerah.
|
10
|
Anatomi ikan jantan/ organ primer
(teleostei)
|
Nama: Ikan Nila
Berat gonat: 0,60 gr
Panjang gonad: 7 cm
Ciri-ciri morfologi: warnanya
merah kehitam-hitaman
|
11
|
Anatomi ikan betina/ organ primer
|
Nama: Ikan Nila
Berat
ikan:
Panjang
ikan:
Ciri-ciri
morfologi: bentuk sedikit memanjang, berwarna kemerah-merahan.
|
Gambar .1
Pengambilan Kelenjar Hipofisa pada ikan Mas
Gambar .2
Gonad Pada Ikan lele jantan
Gambar .3
Pengambilan Kelenjar Hipofisa Pada ikan lele
4.2. Pebahasan
Sistem
reproduksi pada ikan merupakan
system yang meliputi proses yang akhirnya menghasilkan keturunan ( individu
baru ) untuk mempertahankan kelestarian spesiesnya. System reproduksi terkait
dengan sistem saraf dan hormon. Untuk menghasilkan keturunan secara alamiah
diperlukan sel – sel kelamin, yaitu gonad jantan (sperma) dan gonad betina
(ovarium).
Dalam mempelajari sistem reproduksi, selain melihat jenis kelaminnya juga penting diketahui tingkat kematangan gonadnya (TKG). Mengidentifikasi tingkat kematangan gonad dapat dilakukan pendugaan tentang waktu atau musim pemijahan, tempat pemijahan, dan persiapan induk ikan untuk dipijahkan. Penentuan tingkat pematangan gonad dapat berdasarkan ukuran, bentuk, serta warna gonad atau berdasarkan pengamatan histologi (Tim Asisten ABI).
Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penambahan berat gonad (ovarium) pada ikan betina adalah antara 10 - 25% dari berat tubuh, sedangkan gonad (testis) ikan jantan 5 - 10%. Pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad ini diperlukan untuk membedakan antara ikan yang akan memijah atau tidak, serta untuk menduga bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau selesai memijah. Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara histologi dan morfologi.
Dalam mempelajari sistem reproduksi, selain melihat jenis kelaminnya juga penting diketahui tingkat kematangan gonadnya (TKG). Mengidentifikasi tingkat kematangan gonad dapat dilakukan pendugaan tentang waktu atau musim pemijahan, tempat pemijahan, dan persiapan induk ikan untuk dipijahkan. Penentuan tingkat pematangan gonad dapat berdasarkan ukuran, bentuk, serta warna gonad atau berdasarkan pengamatan histologi (Tim Asisten ABI).
Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penambahan berat gonad (ovarium) pada ikan betina adalah antara 10 - 25% dari berat tubuh, sedangkan gonad (testis) ikan jantan 5 - 10%. Pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad ini diperlukan untuk membedakan antara ikan yang akan memijah atau tidak, serta untuk menduga bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau selesai memijah. Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara histologi dan morfologi.
Kelenjar endokrin pada ikan menghasilkan jenis
hormone tertentu, seperti pada kelenjar utama pada ikan adalah pituitary dimana
pada kelenjar tersebut menghasilkan sembilan macam sel penghasil hormone yaitu
prolactin (PL), corticotrophs (CT), Gonadotrophs (GTH), Somatotrophs (STH),
Thyrotrophs (TSH), Melanotrophs (MSH) dan Neurosecretory nerve ending (NS).
Hormon yang terdapat pada kelenjar pituitary antara lain
adalah
Oxytocin yang berfungsi merangsang konstraksi urine dan kelenjar susu, Anti
Diuretic Hormone (ADH) yang berfungsi menaikkantekanan darah lewat aksinya pada
arteriola
dan menggiatkan reabsorbsi air dari tubuli ginjal serta hormon ini sangat
penting dalam osmoregulasi yaitu pengaturan tekanan osmosis cairan tubuh. Kedua
hormon tersebut terdapat pada bagian posterior pituitary. Hormon selanjutnya
yang dihasilkan
dari
anterior pituitary adalah Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang merangsang
produksi gamet oleh gonad atau merangsang pematangan gonad (vitellogenesis),
Luteinezing Hormone (LH) yang merangsang produksi sex hormone yaitu
testosterone, estrogen,
progesterone
atau merangsang pematangan akhir. Teori lain untuk pematangan sel telur
adalah
adanya hubungan erat antara poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad. Hipotalamus akan
melepas GnRH jika dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah merangsang keluarnya
GtH (Gondotropin) yang berada pada Hipofisa. Jika GtH keluar maka hormon
Testosteron yang berada pada sel theca keluar, sedangkan hormon Testosteron
akan merangsang dikeluarkannya hormon Estradiol-17β yang berada pada sel
granulose. Hormon Estradiol-17β ini akan menggertak kerja liver untuk memproses
precursor kuning telur (vitellogen) untuk dikirimkan ke sel telur
sebagai kuning telur. Dengan demikian pertumbuhan telur terjadi.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari Hasil Praktikum kami tentang
Gonad Pada ikan Mas,Lele,dan Nila. Dengan cara histologi
dilakukan di laboratorium dengan mengamati anatomi perkembangan gonad secara
mendetail.
Berdasarkan hasil gambar diatas, terlihat tingkat kematangan gonad jantan dan gonad betina dari TKG I – IV. TKG I pada gonad jantan terlihat keadaan gonad masih kosong transparan dan bentuknya mendekati seperti benang, TKG II keadaan gonad mulai sedikit terisi sel sperma, TKG III bentuk gonad mulai terlihat dan mulai banyak terisi sel sperma, sedangkan TKG IV bentuk gonad mulai mendekati sempurna dan lebih banyak terisi sel sperma. Untuk TKG I pada induk betina, keadaan gonad masih kosong transparan, TKG II keadaan gonad mulai sedikit terisi sel telur, TKG III bentuk gonad mulai terlihat dan mulai banyak terisi sel telur, apabila TKG IV bentuk gonad mulai mendekati sempurna dan lebih banyak terisi sel telur.
Berdasarkan hasil gambar diatas, terlihat tingkat kematangan gonad jantan dan gonad betina dari TKG I – IV. TKG I pada gonad jantan terlihat keadaan gonad masih kosong transparan dan bentuknya mendekati seperti benang, TKG II keadaan gonad mulai sedikit terisi sel sperma, TKG III bentuk gonad mulai terlihat dan mulai banyak terisi sel sperma, sedangkan TKG IV bentuk gonad mulai mendekati sempurna dan lebih banyak terisi sel sperma. Untuk TKG I pada induk betina, keadaan gonad masih kosong transparan, TKG II keadaan gonad mulai sedikit terisi sel telur, TKG III bentuk gonad mulai terlihat dan mulai banyak terisi sel telur, apabila TKG IV bentuk gonad mulai mendekati sempurna dan lebih banyak terisi sel telur.
Kelenjar hipofisa banyak sekali mengandung hormon
terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan pematangan gonad.
Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan GTH II,
sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang
pematangan gonad. Letak kelenjar hipofisa initerdapat pada bagian otak sebelah
depan. Kelenjar ini menempel pada infundubulum dengan suatu tangkai yang
pendek, agak panjang atau pipih bergantung pada jenis ikannya.
5.2. Saran
5.2. Saran
Praktikum yang dilakukan sudah cukup bagus dan
membantu mahasiswa dalam mengerti dan mengutahui histologi pada ikan dan
skaligus letak hipothalamus dan hipofisa dari berbagai jenis ikan.
DAFTAR
PUSTAKA
v
GUSRINA Budidaya Ikan untuk SMK jilid 1 /oleh Gusrina. ----
Jakarta:Pusat Perbukuan,
Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Komentar
Posting Komentar