BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Keberhasilan
dalam melakukan kegiatan budidaya dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu
Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management. Namun selama ini faktor
terpenting yang menjadi kendala dan problematika dalam melakukan kegiatan
budidaya yaitu makanan atau pakan ikan. Pakan merupakan salah satu faktor
pembatas dalam melakukan kegiatan budidaya karena mempunyai peranan yang sangat
penting baik ditinjau dari faktor penentu pertumbuhan maupun dilihat dari segi
biaya produksi. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa dilihat dari total
biaya produksi dalam kegiatan budidaya, pakan (pakan buatan) memberikan
kontribusi kebutuhan biaya operasional mencapai 60% dari biaya produksi.
Tentunya dalam hal ini pakan merupakan kebutuhan termahal dari kegiatan
budidaya. Untuk itu diperlukan adanya manajemen aplikasi pakan yang baik yang
harus sesuai kondisi dengan media hidup serta jenis ikan dan tingkat kebutuhan
ikan yang dibudidayakan agar pakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup ikan tersebut.
Ikan
merupakan organisme air yang menggunakan protein sebagai sumber energi utama.
Lain halnya dengan manusia yang menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi
utamanya. Sehingga sebelum membuat suatu formulasi pakan, hal penting untuk
diketahui adalah kebutuhan nutrisi bagi organisme yang akan memanfaatkan bahan
pakan tersebut. Selain itu juga harus diketahui jenis bahan pakan apa saja yang
digunakan serta bagaimana kandungan gizi dalam bahan pakan tersebut, sehingga
dapat ditentukan berapa banyak bahan pakan yang diperlukan untuk membuat suatu
formulasi pakan.
Dalam
membuat formulasi pakan, kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan perlu diketahui
terlebih dahulu. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ikan tergantung dari
spesies, ukuran serta kondisi lingkungan ikan itu hidup. Nilai nutrisi (gizi)
pakan pada umumnya dilakukan melalui analisa proksimat. Beberapa kandungan gizi
yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan yaitu protein,
lemak, karbohidrat yang terdiri dari BETN dan serat, serta abu. Selain itu juga
perlu diketahui kandungan airnya, sehingga dapat ditentukan perlu tidaknya
ditambahkan suatu bahan antioksidan dalam suatu formulasi pakan. Dengan
mengetahui semua itu diharapkan pakan yang dibuat memiliki kualitas yang tinggi
yakni dapat meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup ikan
yang dibudidayakan. Adapun untuk dapat mengetahui semua itu, maka sangat penting
dilakukan Praktikum Nutrisi dan Teknologi Makanan Ikan ini.
1.2.
Tujuan
Ø Mahasiswa mengetahui
analisa proksimat yang dilakukan bertujuanuntuk mengetahui kandungan nutrisi
yang terdapat pada tepung kedelai.
Ø Mahasiswa mengetahui komposisi proksimat tepung
kedelai dan memahami proses analisa proksimat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Analisis Proksimat
Analisis
proksimat atau analisis Weende dikembangkan dari Weende Experiment
Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu suatu
metode analisis dan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini
dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut “analisis proksimat” (proximate
analysis). Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan
kegunaannya (Tillman et al., 1998).
1. Penetapan kadar air.
Air yang terkandung di dalam tepung ikan
akan menguap seluruhnya apabila bahan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu
pada suhu 105 sampai 110 0C dengan tekanan udara bebas.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka kadar air dapat dihitung dengan
mejumlah bobot gelas timbang dan bobot cuplikan kemudian dikurangi bobot gelas
timbang dan cuplikan setelah dioven 105 sampai 110oC, kemudian
dikali 100% dan dibagi bobot cuplikan pakan. Sampel makanan ditimbang dan
diletakan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven pada temperatur 105 0C.
Pemanasan berjalan hingga sampel sudah tidak lagi turun beratnya. Setelah
pemanasan tersebut sampel makanan disebut “sampel bahan kering” dan
pengurangannya dengan sampel makanan tadi disebut persen air atau kadar airnya
(Tillman et al., 1998).
2. Penetapan
kadar abu
Menurut
Anggorodi (1990), abu merupakan zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam
bahan makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat-zat organik
dan kemudian menimbang sisanya. Suatu bahan pakan bila dibakar pada suhu 550
sampai 600OC selama beberapa waktu maka semua zat organiknya akan
terbakar sempura menghasilkan oksida yang menguap yaitu berupa CO2,
H2O dan gas-gas lain, sedangkan yang tertinggal tidak menguap adalah
oksida mineral atau yang disebut abu.
3. Penetapan
kadar serat kasar
Tillman et al., (1998), perbedaan
antara berat endapan sebelum dibakar dan berat abu disebut serat kasar. Serat
kasar adalah bahan organik yang tidak larut saat dihidrolisis dengan H2SO4
1,25% dan NaOH 1,25%. Perebusan dengan menggunakan H2SO4
1,25% setelah itu diberi NaOH 1,25% supaya suasananya asam menjadi basa sesuai
dengan suasana pencernaan pada ruminansia yang di dalam rumen yang asam dan
usus halus suasana basa.
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass 600ml, desikator,
tang penjepit, timbangan analitik, tanur (550oC sampai 600oC),
pemanas untuk mendidihkan campuran bahan dalam beaker glass, saringan linen
yang berfungsi untuk menyaring bahan organik yang tertinggal, gelas arloji, glass
wool dan goochcrucible yang berfungsi sebagai penyaring bahan
organik yang tertinggal. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah H2SO4
1,25% (0,255N) yang berfungsi untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein,
NaOH 1,25% (0,313N) yang berfungsi untuk penyabunan lemak, dan ethyl alkohol
96%. Semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus dalam H2SO4
1,25% (0,255N) dan NaOH 1,25% (0,313N) yang berurutan masing-masing
selama 30 menit. Bahan organik yang tertinggal disaring dengan glass wool
dan goochcrucible. Hilangnya bobot setelah dibakar 550oC
sampai 600oC adalah serat kasar. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, maka kadar serat kasar dapat dihitung dengan menghitung bobot sampel
setelah dioven 105oC dikurangi bobot sisa pembakaran 550 sampai 600oC
dan dikali 100% dan dibagi bobot sampel awal.
4. Penetapan
kadar lemak kasar
Lemak
kasar merupakan campuran dari berbagai senyawa yang larut dalam pelarut lemak.
Menurut Tillman et al., (1998), sampel bahan kering diekstrasi dengan
etil eter selama beberapa jam, maka bahan yang didapatkan adalah lemak, eter
akan menguap. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan
analitik, tang penjepit, oven pengering, desikator, seperangkat alat ekstraksi
dan selongsong dari soxhlet yang berfungsi untuk ekstraksi lemak,
labu penampung yang berfungsi menampung sisa petroleum benzene yang
jatuh dari soxhlet , alat pendingin yang berfungsi untuk mengkondensari
uap hasil penguapan petroleum benzen agar tidak mencemari lingkungan, dan
kertas saring bebas lemak yang berfungsi untuk menyaring ekstrak.
Berdasarkan
data-data yang diperoleh, maka kadar lemak kasar dapat dihitung dengan
menghitung bobot sampel dan kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C
(sebelum diekstraksi), kemudian dikurangi bobot sampel dan kertas saring bebas
lemak setelah oven 105°C (setelah diekstraksi) dan dikali 100% dan dibagi bobot
sampel sebelum ditanur.
3.1. Kebutuhan nutrisi ikan
Ikan membutuhkan nutrisi yang cukup
untuk dapat hidup,tumbuh, dan berkembang dalam keadaan sehat dan sempurna. Oleh
karena itu ikan harus diberi makanan yang mengandung nutrisi yang baik dan
memadai (Anonim,2009). Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan
kebutuhan gizi untukkesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang
optimum, produksilimbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi
keuntungan yang maksimum.Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan
kunci untuk mencapaitujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya
ikan.Pengetahuan tentang giziikan dan pakan ikan berperan penting di dalam
mendukung pengembangan budidayaikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan
tersebut. Konversi yang efisiendalam memberi makan ikan sangat penting bagi
pembudidaya ikan sebab pakanmerupakan komponen yang cukup besar dari total
biaya produksi. Bagi pembudidayaikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan
pakan merupakan sesuatu yangsangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40-50%
dari biaya produksi. Didalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus mencukupi
kebutuhan gizi ikanyang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino esensial),
lemak (asam lemakesensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral.
1. Protein
Protein adalah senyawa organic yang molekulnya sangat besar
dengan susunannya kompleks serta terdiri dari rangkaian asam amino.Protein juga
merupakan faktor utama yang sangat dibutuhkanikan dalam pertumbuhan.Didalam
tubuh ikan protein berfungsi sebagai zat pembangun sel-sel jaringan
tubuh,pengganti sel-sel tubuh yang rusak,sebagai sumber kalori,pembentuk enzyme
dan hormon,mengangkut oksigen dan mengatur keseimbangan asam basa darah.
Kebutuhan protein pada ikan secara mutlak dipengaruhi oleh
keseimbangan antara asam amino yang dapat dihasilkan oleh tubuh dan asam amino
yang tidak dapat dibuat oleh tubuh.Asam-asam amino yang tidak dapat di sintesa
oleh tubuh mutlak doperlukan untuk mendukung pertumbuhan yang maksimum.Asam-asam
amino esensial sangat dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya,karena ia tidak
didapatkan atau dibentuk oleh tubuh ikan sendiri,sehingga perlu didapatkan dari
luar sebagai bahan makanan buatan.Kebutuhanprotein ikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain jenis ikan, ukuranatau stadia ikan, suhu air,
tingkat pemberian pakan (feeding rate),ketersediaan dan kualitas pakan,dan
aktifitas ikan. sumber protein pakan ikandapat berasal dari tepung darah,
tepung kopra, tepung Kedelai bebas lemak,tepung ikan,tepung daging,,tepung
udang, tepung cumi-cumi, ikan rucah danragi(Herry, 2008). Protein merupakan
boipolimer polipeptida yang tersusun darisejumlah asam amino yang dihubungkan
oleh ikatan peptida.Kebutuhan protein pada ikan yang lebih kecil, lebih besar
daripada ikan dewasa, karena protein lebih banyak dibutuhkan untuk
mempertahankan hidup dan pertumbuhan.
2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu
sumber energy dalam makanan ikan. Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan
nabati,sedangkan kadarnya dalam makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat
dibutuhkan ikan dalam jumlah yang besarsebagai sumber energi dan sebagai
pertumbuhan (Anonim 2009). Karbohidrat merupakansenyawa organik terbesar yang
biasa terdapat pada tanaman, seperti : gulasederhana, amilum (tapioka),
selulosa, gum dan zat-zat lain yang berhubunganKarbohidrat merupakan sumber
energi yang murah dan dapat menggantikan sumberenergi protein yang lebih mahal.
Pengunaan karbohidrat untuk menggantikanprotein dan lemak sebagai sumber energi
dapat dimaksimalkan untuk mengurangibiaya pakan, karena sumber energi
karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah dicernadan dimanfaatkan oleh ikan. Sumber
karbohidrat seperti tapioka, terigu,alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga
digunakan sebagai perekat pakanuntuk menjaga stabilitas kandungan air pada
pakan ikan dan udang ( Herry,2008).
Meskipun tidak berpengaruh langsung
terhadappertumbuhan, keberadaan karbohidrat sebagai unsur penyedia energi
termurahdalam pakan sangat dibutuhkan. Ketiadaannya dalam komponen pakan akan
memaksaprotein untuk dirubah fungsinya dari zat pembangun menjadi penyedia
energi.Pengalihfungsian ini akan membutuhkan energi yang besar sehingga
mengakibatkankadar buangan gas ammonia ikan meningkat. Meningkatnya buangan
ammonia dalamperairan lambat laun akan mengakibatkan tercemarnya perairan
apalagi bagiorganisme dasar seperti abalone dan udang. Tepung kanji, tepung
terigu, tepungsagu adalah bahan yang umum digunakan.Selain sebagai penyedia
energi,bahan-bahan ini juga berfungsi sebagai bahan perekat.
4. Lemak
Lemak merupakan sumber energy paling
tinggi dalam makanan ikan dan didalam tubuh ikan memegang peranan dalam menjaga
keseimbangan dan daya apung ikan di dalam air.Lemak merupakan senyawa organik
yang penting untukpenyusunan membran sel pada tanaman, hewan dan mikroba.Lemak
merupakan senyawatidak larut air tetapi dapat larut pada pelarut nonpolar
(bukan air), sepertieter dan alkohol.Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan
asam lemak esensial,membantu penyerapan dan pelarutan vitamin A,D,E dan K,
mempertahankan dayaapung tubuh ikan memelihara bentuk dan fungsi membran serta
jaringan sel. Lemakdibagi menjadi dua jenis yaitu lemak jenuh (yang tidak
memiliki ikatan rangkap)dan lemak tak jenuh (yang memiliki ikatan rangkap).
Kebutuhan setiap spesiesikan terhadap asam-asam lemak esensial berbeda-beda,
hal ini disebabkanperbedaan habitat hidup.Ikan yang hidup di laut lebih
membutuhkan asam lemaktak jenuh, sedangkan ikan air tawar membutuhkan lebih
sedikit asam tak jenuh.Hal ini disebabkan karena ikan air tawar mampu
memproduksi enzim desaturaseyang mampu merubah lemak jenuh menjadi lemak tak
jenuh dengan cara membentukikatan rangkap.Adapun kebutuhan lemak dalam pakan
ikan berkisar 4-18%.
5. Kadar Air dan Serat Kasar
Serat relatif banyak ditemui pada
tumbuhan yaitu pada pencernaan.Serat tidak baik diberikan pada ikandalam jumlah
yang banyak. Pada ikan karnivora biasanya serat tidak dapatdicerna dan pada
ikan karnivora di rekomendasikan tidak lebih dari 4 %sedangkan kadar serat pada
ikan herbivora diajurkan antara 5-10%. Di dalam tubuh ikan terdapat air dalam
jumlah yang sangat banyak bahkan dari 70-90% danmerupakan faktor yang penting
dalam jaringan tubuh.air dalam tubuh merupakanmedia yang ideal yang menyebar
karena daya larutnya dan kelarutan ionisnya
yang memudahkan reaksi-reaksi
sel.
6. Nutrisi Tepung Kedelai
Kacang-kacangan
dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro,
kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati
yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung
dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain
seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan
asam amino tersebut.
BAB III
METODOLOGI
3.1.
Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum mata kuliah Nutrisi dan
Teknik Produksi Pakan tentang “Menganalisa Proksimat Bahan Pakan Ikan dan Pakan
Ikan”, adalah sebagai berikut :
Hari, tanggal : Kamis,
06 September 2012
Waktu :
08.00 – selesai
Tempat :
Laboratorium Kimia VEDCA.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan
bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ø Pengukuran Kadar Air
ü Botol timbang bertutup/ cawan
ü Dessicator/ Eksikator
ü Oven
ü Neraca analitik
Ø Pengukuran Kadar Abu
ü Cawan porselen
ü Tanur listrik
ü Neraca analitik
ü Dessicator/ eksikator
Ø Pengukuran Kadar Lemak
ü Kertas saring
ü Kertas saring pembungkus (Thimle)
ü Labu lemak
ü Alat soxhlet
ü Neraca analitik
ü Pereaksi : larutan HCl 25%, kertas
lakmus, n-Heksana atau pelarut lemak lainnya
Ø Pengukuran kadar serat kasar
ü Neraca analitik
ü Pendingin
ü Corong Buchner
ü Pompa vakum
ü Asam sulfat H2SO4 1,25%
ü Natrium Hidroksida , NaOH 3,25%
ü Etanol 96%
ü Kertas saring Whatman 54,541
atau 41
3.3. Langkah Kerja
Pengukuran kadar air
Ø Oven botol timbang selama 1 jam pada
suhu 105 - 110ºC
Ø Dinginkan dalam eksikator selama 15
menit dan timbang (wo1)
Ø Oven selama 30 menit
Ø Dinginkan kembali dalam eksikator
selama 15 menit dan timbang (wo2),setelah ditimbang tanpa sampel kemudian
timbang dengan menggunakan sampel (ws)
Ø Kemudian oven kembali selama 3 jam
dengan suhu 105 - 110ºC
Ø Dinginkan kembali dalam eksikator
selama 15 menit
Ø Sampel kering ditimbang (wi1)
Ø Oven kembali selama 30 menit
Ø Dinginkan selama 15 menit kemudian
timbang (wi2)
Pengukuran kadar abu
Ø Tanur cawan porselen selama 1 jam
dengan suhu 550 – 600ºC
Ø Oven selama 30 menit
Ø Dinginkan dengan desikator selama 15
menit
Ø Kemudian timbang (wo1), Oven kembali
selama 1 jam
Ø Dinginkan dengan desikator selama 15
menit, Timbang (wo2) + sampel (ws)
Ø Arangkan (hilang asap), Abukan
ditanur (sampai dengan abu putih ke abu – abuan)
Ø Oven selama 30 menit dan dinginkan
dengan desikator selama 15 menit
Ø Timbang (wi) , kemudian di oven
selama 30 menit
Ø Dinginkan dengan desikator selama 15
menit dan timbang (wi2)
Pengukuran kadar lemak
Ø Labu lemak dioven selama 1jam
Ø Dinginkan dengan desikator selama 30
menit
Ø Timbang (wo1), berat labu konstan
kegiatan tersebut diulangi mendapatkan (wo2)
Ø Beaker glass ditambah 1-2 g sampel +
30 ml HCL 25% + 20 ml aquadest + 2 butirbatu didih dan didihkan selama 15 menit
Ø Saring dalam keadaan panas dan bilas
beaker glass dengan air panas sampai semua sampel terpindahkan
Ø Cuci endapan dengan air panas (100
ml), cek tetesan pada saringan dengan lakmus
Ø Kertas saring + sampel dioven sampai
kering kemudian masukkan ke paper thimble dan masukkan ke soxlet ekstraktor +
n-Hexane
Ø Ekstrasi selama 2 – 3 jam, ambil
pelarut,kemudian panaskan labu lemak dioven selama 2 jam
Ø Dinginkan dan ditimbang (wi1),oven
selama 1 jam dan dinginkan kemudian timbang (wi2)
Pengukuran kadar serat kasar
Ø Kertas saring dioven selama 1 jam,
destikator selama 15 menit kemudian timbang (wo1)
Ø Ulangi kembali kegiatan diatas (wo2)
Ø Timbang sampel selama 2 – 4 jam + 50
ml H2SO4 1,25%
Ø Didihkan dipendingin tegak selama 30
menit + 50 ml NaOH 3,25%
Ø Didihkan dipendingin tegak selama 30
menit
Ø Saring dalam keadaan panas : cuci
endapan dengan H2SO4 1,25%, air panas, etanol 96% kemudian angkat kertas saring
Ø Oven selama 1 jam dan dinginkan di
desikator selama 15 menit, timbang (wi1) ulangi kembali dan timbang (wi2).
3.4 Analisa data
Dari hasil praktikum analisa proksimat
data yang akan dianalisa yaitu kadar air, kadar lemak, kadar abu dan kadar
serat kasar seperti berikut:
Kadar air
Kadar lemak
Kadar abu
Kadar serat kasar
Dimana:
Wo: berat cawan/ botol timbang
kosong (g)
Ws: berat sampel (g)
Wi: berat botol timbang + sampel
kering( kadar air)
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel data
Kadar air
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
% kadar air
|
Kode botol
|
1. 17,2489
|
1,6732
|
1. 18,7353
|
11,16%
|
Kel.3
|
2. 17,2502
|
|
2. 18,7401
|
|
Kadar abu
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
% kadar abu
|
Kode botol
|
1. 23,6616
|
2,0345
|
1. 23,7031
|
2,03%
|
v
|
2. 23,6617
|
|
2. 23,7044
|
|
Kadar
lemak
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
%
kadar lemak
|
Kode
botol
|
1. 96,4975
|
1,0414
|
1. 96,5248
|
2,65%
|
Kel.3
|
2. 96,4960
|
|
2. 96,5236
|
|
Serat
kasar
|
Wo
|
Ws
|
Wi
|
%
serat kasar
|
Kode
botol
|
1. 41,9300
|
3,5222
|
1. 42,1929
|
7,45%
|
Kel.3
|
2. 41,9287
|
|
2. 42,1913
|
|
Hasil %
Ø %
kadar air = (Wo – Ws) – Wi × 100% ÷
Ws
= (17,2489 +
1,6732) – 18,7353 ÷ 1,6732
= 11,16%
Ø %
kadar abu = (Wi – Wo) × 100% ÷ Ws
= (23,7031 – 23,6616) × 100% ÷ 2,0345
= 2,03%
Ø %
kadar lemak = (Wi – Wo) × 100% ÷ Ws
= (96,5236 – 96,4960) × 100% ÷ 1,0414
= 2,65%
Ø %
serat kasar = (Wi – Wo) × 100% ÷ Ws
= (42,1913 – 41,9287) × 100% ÷ 3,5222
= 7,45%
4.2.
Pembahasan
1. Kadar lemak
Lemak
berperan sebagai sumber energi dan asam esensialyang dibutuhkan ikan dalam
pakan untuk tumbuh dan berkembang. Lebih lanjut lagibahwa lemak juga berfungsi
sebagai penyerap vitamin yang tidak larut dalam airyaitu vitamin A, D, E dan K
(Watanabe, 1988). Kadar lemak yang cukup dan takberlebih akan membantu pakan
dalam terjaganya kualitas yang baik karena pakantidak akan mudah teroksidasi
dan menyebabkan ketengikan. Lemak yang ditambahkan dalam pakan harus dihitung dengan
cermatkarena akan mempengaruhi kualitas pakan tersebut. Kadar lemak yang
terlalutinggi akan menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh ikan yang
akibatnyaterjadi penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan, degenerasi hati dan menurunkan
kualitas ikan pada waktu panen.
Dari praktikum yag telah kita lakukan pada proses analisa
kadar lemak tepung kedelai diperoleh kadar lemak sebesar 2,65. Namun menurut
Lie et al. 2000 kadar lemak bisa berkisar antara 0.5 – 3,5. Berarti hasil
proses pengujian kadar lemak tidak berbeda dengan apa yang disebutkan oleh
literatur lain. Namun
dalam kadar lemak yang dibutuhkan ikan dalam pakan
sebanyak 4-8%. Hal ini menunjukkan bahwa
pada tepung kedelai kadar lemaknya berada di kisaran yang tidak baik dan jauh lebih banyak dari
kadar lemak yang
dibutuhkan ikan.
2. Kadar
abu
Abu pada pakan ikan dalam budidaya
penting diketahui kadarnya karena dapat dilakukan untuk mengetahui jenis dan
mineral yang ada dalam pakan. Abu dihasilkan dari sisa proses pemanasan.
Pemanasan dapat dilakukan dengan menggunakan suhu sebesar 105-110◦C. Abu pada
ikan digunakan sebagai pembantu pertumbuhan danperkembangan ikan. Dalam
pemanasan yang dilakukan diharapkan semua air dan bahan lain yang ada dalam pakan
akan ikut menguap.
Dari analisa
yang kita lakukan kadar abu sebesar 2,03%, sedangkan menurut Dede, 2010 kadar
abu 5,03. Hasil ini berbeda jauh dari hasil yang kita praktekkan, karena pada
saat proses pengabuan abu tersebut belum berubah menjadi putih keabu-abuan,
sehingga harus dilakakun preses proses pengabuan yang kedua kalinya, mungkin
karena itulah yang menyebabkan hasil akhir dari proses pengabuan berbeda jauh
dengan literatur dari para ahli. Namun dalam kadar lemak
yang dibutuhkan ikan dalam pakan sebanyak 4-8%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tepung kedelai kadar lemaknya berada di kisaran yang
tidak baik dan jauh lebih banyak dari kadar lemak yang dibutuhkan ikan. Kelebihan kandungan lemak pada pakan dapat menyebabkan
kerusakan lever yang berakibat penyakit dan kematian.Ikan mengalami kesulitan
dalam mencerna lemak.
3. Serat kasar
Kadar serat kasar pada tepung kedelai adalah 7,45% , serat kasar ini merupakan hasil akhir dari
proses pencernaan atau pakan yang tidak dapat di cerna oleh ikan. Semakin
sedikit persentase serat kasar maka penyerapan akan kandungan gizi pada
pakan akan semakin baik.
Dari analisa yang kita lakukan kadar
serat kasar sebesar 7,45%. Menurut
Darsudi, 2008 serat kasar 7,04. Jadi hasil yang kami praktekkan tidak berbeda
jauh dengan apa yang dipraktekkan oleh para ahli. Namun Kadar serat kasaryang baik untuk
pakan ikan adalah sebesar 3,2313% ( Ernika, 2008). Kandungan serat dibutuhkan sekitar 4% pada
ikan karnivora dan sekitar 5% - 10% pada ikan herbivora. Serat juga bersifat agak sulit
dicerna oleh ikan. Maka ditinjau dari kadar serat kasar maka pakan tersebut baik digunakan. Selain
itu kadar airjuga menentukan seberapa besar kecernaan pakan ikan. Pada saat
kadar air ikandalam jumlah yang sedikit dan kecil maka teksturnya padat
sehingga susah untuk dicerna.
4. Kadar air
Dari
analisa yang kita lakukan kadar air sebesar 11,16%. Menurut Darsudi, 2008 kadar
air 10,22. Jadi hasil yang kami praktekkan tidak berbeda jauh dengan apa yang
dipraktekkan oleh para ahli. Namun pakan ini dapat belum layak untuk digunakan karena kualitas akan kurang baik dan
tidak bertahan lama. Kadar air mempengaruhi ketahanan pakan dalam
jangka waktu yang lama dan panjang. Dalam proses penyimpanan dapat diketahui
seberapa lam pakan dapat di simpan dan
dalam suhu berapa pakan di simpan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan analisa proksimat yang
dilakukan pada tepung kedelai makadiperoleh kandungan nutrisi
yang terdapat dalam pakan tersebut adalah kadar lemak sebesar 2,65 %, kadar abu sebesar 2,03%, Kadar serat kasar sebesar 7,45%,
dan kadar air sebesar 11,16%.
Praktikum uji analisa proksimat yang
dilakukan pada umumnya berhasil. Akan tetapi pada uji kadar abu mengalami
perbedaan yang signifikan sebesar 3.00. Hal ini dikarenakan human error pada
saat proses pengarangan.Kualitas bahan baku yang digunakan akan berpengaruh
terhadap komposisi Proksimat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2009.Nutrisi dankegunaan pakan buatan.15
Maret 2009. [terhubung berkala].
Effendi,
2007.Dasar – dasarAkuakultur. Penebar
Swadaya Jakarta
Enika,
2008.Kandungan SeratKasar pada Pakan
Buatan , Airlangga: Surabaya
Herry,
2008.Pengenalan BahanBaku IkanBBPBAT
: Sukabumi
JICA textbook general cause.Japan :University
of fisherier
Ophart,
C. E.,2003, Virtual Chambook . Elhurst : Collage
Poejiadi,A.
1994. Dasar-dasar Biokimia Ui Press : Jakarta
Winarno,
F,G., Kiia pangan dan Gizi . Gramedia: Jakarta
http://ashadisasongko.staff.ipdac.id/2012/04/16/analis-proksimat
Komentar
Posting Komentar