I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, Oksigen sangat di perlukan
untuk bernapas maupun di perlukan untuk proses biologi, kimia dan fisika. Di
dalam suatu suatu perairan oksigen di perlukan oleh organisme yang
mempunyai ukuran tubuh yang besar maupun yang kecil dimana penggunaan oksigen
tergantung pada kondisi tubuhnya dan aktivitasnya. Oksigen mempunyai peranan
penting dalam kehidupan seluruh makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Makhluk
darat menghirup oksigen yang terdapat pada udara bebas, Sedangkan makhluk yang
hidup di dalam air menghirup oksigen yang terlarut di dalam air (terikat).
Kebutuhan oksigen pada biota air mempunyai dua aspek kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan
metabolisme (Asmawi, 1986).
Kadar oksigen dalam air laut yang normal biasanya antara 4-6 ppm. Sedangkan
kadar oksigen di udara bebas yaitu 20 % (200.000 ppm). Kadar O2 dalam
air dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari organisme yang ada di
dalam air tersebut. Makin banyak organisme (ikan, plankton, tanaman air) di
dalam air makin banyak pula pemakaian O2 untuk pernapasan berarti
makin sedikit kandungan O2 dalam air. Apabila organisme tersebut
berupa fitoplankton atau tanaman air maka pada siang hari makin banyak
kandungan O2 dalam air, karena fitoplankton dan tanaman air tersebut
menghasilkan O2 sebagai sisa proses fotosintesa (Bayard, 1983).
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui kadar oksigen terlarut
(O2) yang terdapat dalam suatu perairan. Adapun kegunaan dari
praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengukur dan mengetahui kadar oksigen
(O2) terlarut yang baik untuk budidaya dan cara penanggulangannya
apabila kekurangan maupun kelebihan dalam suatu perairan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat fisika air
2.1.1 Kecerahan
Kecerahan
air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari
didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan lempengan/kepingan Secchi
disk.Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut
adalah satuan meter.Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan
asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan
air dan daya perambatan cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh
kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat
optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan
oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan.Definisi yang sangat mudah
adalah kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu
perairan.Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga
kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air.
2.1.2 Suhu
Suhu
air menjadi faktor pembatas utama yang menentukan pertumbuhan dan kehidupan
ikan. Suhu yang tinggi akan meningkatkan jumlah konsumsi oksigen sehingga dapat
menyebabkan kematian .
Suhu berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas di dalam
air dan kehidupan organisme di dalamnya.semakin tinggi suhu di perairan maka
semakin tinggi pula metabolisme ikan sehingga dalam proses tersebut maka ikan
membutuhkan banyak energi untuk kelangsungan kehidupannya. energi dapat
diperoleh dari pakan yang akan digunakan untuk bergerak mencari pakan,
bereproduksi dll.
2.2 Sifat kimia
air
2.2.1
Oksigen
terlarut
2.2.1.1 Sumber
– sumber Oksigen dalam Air
Oksigen merupakan salah satu gas yangterlarut dalam air, di perairan kadar
oksigen yang larut sangat bervariasi ini di sebabkan dari faktor suhu,
salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Apabila suhu dan ketinggian
(altitude) besar dan tekanan atmosfer kecil maka oksigen terlarut semakin kecil
kadarnya ( Jerffries dan
Mills,1996 dalam Effendi, 2003).
Kadar oksigen terlarut di pengaruhi juga dengan kegiatan fotosintesis,
dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik. Tanaman air yang
memerlukan CO2 dalam proses fotosintesis yang kemudian akan
menghasilkan oksigen namun dalam kegiatan dekomposisi dan oksidasi kadar
oksigen yang terlarut dapat berkurang (Effendi,
2003).
2.2.1.2 Kadar Oksigen yang Baik
dan Kurang Baik bagi Organisme
Kebutuhan oksigan untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari
jenisnya dan kemampuan untuk mentolelir naik turunnya oksigen. Pada umumnya
semua biota yang dibudidayakan tidak mampu mentolelir perubahan oksigen yang
mendadak. Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10
mg/liter. Oksigen terlarut dalam air 5-6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh
dan berkembangbiak ikan, plankton, dan tanaman air (Gufran, 2004).
2.2.1.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan
O2 di perairan
Rendahnya O2 dalam air
menyebabkan ikan atau hewan air memompa sejumlah besar CO2 menuju ke
alat respirasinya untuk mengambil O2 yangterkandung dalam air. O2
yang rendah dapat mencegah ikan untuk menggunakan alat pernapasan
dibagian permukaan karena dapat merubah osmuregulasi yang telah tersusun
(Fujaya, 2004).
Besarnya kandungan oksigen yang perlu
dipertahankan untuk menjamin kehidupan ikan yang baik adalah tidak kurang dari
3 ppm. Jika kandungan oksigen turun menjadi kurang dari 2 ppm, beberapa jenis
biota yang hidup di perairan akan mengalami kematian (Susanto, 1987).
2.2.1.4 Hubungan Oksigen dengan Suhu, pH, Kesadahan, CO2 dan
Alkalinitas
Suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen, apabila suhu pada perairan
meningkat maka oksigen dalam air akan berkurang karena dengan meningkatnya
suhu, maka organisme banyak membutuhkan oksigen dalam menyesuaikan perubahan
dalam air ( Lesmana, 2001).
Pada pH kurang dari 4, sebagian besar tumbuhan air tidak dapat mentoleril
keadaan air seperti pH lebih dari 5, keanekaragaman plankton dan produktivitas
dalam air baik tanaman air yang hidup akan melakukan fotosintesis yang
menghasilkan oksigen dimana dalam proses biologi tersebut memerlukan CO2
sehingga kadarnya dalam perairan akan berkurang
sedangkan pada pH yang netral dan alkalinitas proses dekomposisi berjalan lebih
cepat yang membutuhkan oksigen sehingga kadarnya dalam perairan akan berkurang
(Effendi, 2003).
2.2.1.5 Pada Saat Bagaimana O2 Tinggi
dan Rendah dan Perairan
Perairan dengan
populasi fitoplankton yang tinggi akan memilki fluktuasi konentrasi oksigen
terlarut yang tajam, karena pada siang hari melalui fotosintesa di produksi
oksigen, sedangkan pada malam hari fotosintesa berhenti dan proses respirasi
oleh fitoplankton akan menggunakan oksigen dalam jumlah besar ( Boyd dalam
Irianto, 2004).
Kandungan oksigen dalam air akan sangat menurun akibat peningkatan suhu,padat
tebaran ikan terlalu tinggi,kelebihan pakan, dan kandungan bahan organik pada
badan air tinggi ( Irianto, 2004).
Kandungan
nitrit yang tinggi akan menurunkan konsentrasi oksigen dalam air. Pengurangan
oksigen dalam air pun tergantung pada banyaknya partikel dalam air yang
membutuhkan perombakan oleh bakteri melalui proses oksidasi. Makin banyak
partikel organik makin banyak aktivitas bakteri perombak dan makin banyak
oksigen yang di konsumsi sehingga makin berkurang oksigen dalam air ( Lesmana,
2001).
2.2.2
PH
Organisme air
yang dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan
kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi
organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang
sangat asam maupun yang sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi
( Baur,1987 dalam Barus 2002).
Keasaman air
atau pH air sangat berperan penting bagi kehidupan ikan, pada umumnya pH yang
sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,7 – 8,6. Namun begitu ada
beberapa jenis ikanyang karena lingkungan hidup aslinya di rawa – rawa,
mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat
rendah ataupun tinggi yaitu antara 4 – 9 ( Susanto,1991).
2.3 Sifat biologi
2.3.1 Flora
Tumbuhan air atau hidrofolik ialah
golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup di air Bersauh (berakar dalam
lumpurr dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe mikroskopik yang
mengapung bebas dan berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukan
kategori tersendiri yang di sebut plankton.Golongan hidrofolok cenderung
melintas memotong golongan lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari
spectrum biologi (Polunin, 1994).
Flora di suatu wilayah yang biasanya
dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman
hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke
satu sama lain di lingkungan juga.
2.3.1 Fauna
Pada perairan danau, hewan yang paling umum mendominasi
danau adalah hewan dari golongan hewan bertulang belakang (hewan vertebrata)
yakni ikan.Ikan-ikan tersebut berada pada setiap lapisan perairan baik pada
zona litoral dan zona limnetik.Hal ini di sebabkan oleh kemampuan gerak ikan.
Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antar zona litoral dan limnetik, akan tetapi
bagian besar ikan-ikan meenghabiskan waktunya di derah litoral dan kebanyakan
daei mereka berkembang biak di daerah tersebut (Odum, 1996).
2.3.1 Produktifitas
primer
Besar kecilnya produktivitas primer
suatu perairan ditentukan oleh beberapafaktor
antara lain besarnya cahaya, kedalaman dan kekeruhan, disamping faktor lainseperti suhu, pH, dan kadar CO2terlarut. Semakin dalam suatu perairan makakemampuan menangkap intensitas cahaya semakin
berkurang, hal ini menyebabkanperbedaan tingkat produktivitas di tiap
kedalaman
III. METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu da Tempat
Praktikum
mata kuliah Limnologi tentang Oksigen Terlarut di perairan dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 2 Desember 2010 dimulai pada pukul 13:30 Wita sampai
selesai. Bertempat di Laboratarium Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum
limnologi tentang oksigen terlarut yaitu :
- Botol BOD 250 – 300 ml
- Labu Erlenmeyer 50 – 125 ml
- Gelas ukur 50 ml
- Pipet tetes dan pipet skala
- Karet penghisap
- Alat tulis menulis
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Air sampel 50 ml
- Larutan MnSO4 (Mangano
Sulfat)
- Larutan H2SO4 pekat (Alkali -
iodida)
- Larutan NaOH ( Natrium Hidroksida)
- Larutan Buffer Na2S2O3 ( Sodium
Thiosulfat)
- Amylum dan aquades.
3.3
Prosedur Kerja
Ø Untuk sampel yang terdapat organisme dan sampel yang tidak terdapat
organisme.
o
Mengambil air sampel dengan menggunakan gelas ukur dan kemudian
memasukannya ke dalam botol BOD hingga penuh tanpa terdapat gelembung udara.
o
Menambahkan larutan MnSO4sebanyak 1
ml dengan menggunakan pipet skala sampai mencapai dasar botol.
o
Menambahkan larutan NaOH sebanyak 1 ml, hingga terjadi perubahan warna
orange, kemudian menutup botol dengan hati-hati agar tidak terjadi gelembung
udara, dan kemudian membolak balik botol hingga terbentuk endapan dan
mendiamkannya beberapa menit hingga endapan menetap ke dasar botol ( + ½ volume
botol).
o
Menambahkan H2SO4pekat
sebanyak 1 ml kemudian membolak balikkan kembali botol sampai semua
endapan larut kembali.
o
Memindahkan larutan dari botol BOD ke dalam Erlenmeyer
sebanyak 50 ml kemudian menetrasi dengan larutan Sodium
thiosulfate (Na2S2O3) hingga
terjadi perubahan warna dari kuning tua menjadi kuning muda, dan mencatat
volume Na2S2O3yang terpakai
(p1).
o Menambahkan
beberapa tetesan amilum sampai larutan berwarna biru tua.
o Mentitrasi
kembali larutan tersebut dengan menggunakan larutan Na2S2O3hingga larutan
menjadi warna bening. Dan menghitung kembali volume penetrasi yang terpakai (p2).
3.4 Analisa Data
Ø Kadar Oksigen Terlarut dalam air di hitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Mg/l O2 terlarut =
Dimana
:1000 = ml per liter air
8 =
jumlah mg/l O2 setara 0.025 N Na2S2O3
V = volume
air sampel yang di titrasi
N =
Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)
P =
volume titran ( Na2S2O3) yang di gunakan.
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1
Pembahasan
4.2.1 Perbandingan
dengan Hasil dengan Literatur
Hasil yang di dapatkan di Laboratorium
pada sampel yang terdapat organisme yaitu berkisar antara 16,2 – 40,2 mg/l.
Sedangkan hasil yang di dapatkan pada sampel yang tidak terdapat organisme
yaitu berkisar antara 6 – 32,8 mg/l. Pada sampel yang terdapat organisme
mempunyai kadar oksigen yang lebih tinggi, karena terdapat aerator yang
berfungsi sebagai penyuplai oksigen dan juga di sebabkan oleh kesalahan
pengambilan sampel pada waktu praktikum. Namun semestinya pada sampel yang
tidak terdapat organismelah yang lebih tinggi kadar O2 terlarutnya,
karena di sampel yang terdapat organisme proses dekomposisi bahan organik dan
oksidasi bahan anorganik, juga tanaman air yang menggunakan oksigen terlarut
untuk proses fotosintesis sehingga dapat mengurangi kadar oksigen
terlarut dalam air hingga
mencapai nol (anaerob).
Beberapa jenis ikan dapat bertahan
hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3-4 ppm akan tetapi nafsu
makannya rendah atau tidak sama sekali, sehingga pertumbuhannya menjadi
terhambat. Ikan akan mati atau mengalami stres bila konsentrasi oksigen
mencapai nol. Namun konsentasi minimum yang masih dapat di terima oleh sebagian
besar spesies ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm ( Afrianto dan Liviawaty,1992).
4.2.2
Sumber – sumber Oksigen di Perairan
Di dalam perairan kadar O2 sangat tergantung pada faktor fisika,
kimia, dan aktifitas biokimia yang terjadi di dalam suatu perairan. Ada dua
metode yang dapat digunakan untuk menganalisa kandungan O2 dalam
perairan, yaitu metode ilmiah Winkler atau iodometric serta modifikasinya, dan
metode elektrometrik dengan menggunakan membran elektoda. Metode iodometrik
merupakan suatu prosedur titrimetrik berdasarkan pada properti oksidasi O2 terlarut.
Sementara, prosedur membran elektroda didasarkan pada laju difusi molekul O2 yang melintasi
suatu membran (Effendi, 2004).
4.2.3 Kadar
Oksigen yang Baik dan Kurang Baik bagi Organisme
Kebutuhan oksigen untuk tiap
jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk
mentolelir naik turunnya oksigen. Pada umumnya semua biota yang dibudidayakan
tidak mampu mentolelir perubahan oksigen yang mendadak. Kadar oksigen terlarut
pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter. Oksigen terlarut dalam
air 5-6 ppm di anggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembangbiak ikan,
plankton, dan tanaman air ( Effendi, 2003).
4.2.4 Dampak Kekurangan dan Kelebihan O2 di Perairan
Menurut Sitanggang dan Sarwono (2001), apabila O2 dalam air
berkurang maka akan mengganggu sistem pernapasan dan memperlambat proses
metabolisme pada tubuh ikan. Ikan membutuhkan O2 tergantung dari
aktivitas, umur, dan jenisnya.
Oksigen dalam air merupakan salah satu faktor yang harus ada diperairan,
sehingga ketersediaannya sangat di butuhkan oleh ikan yang digunakan dalam
aktivitas. Bila O2 kurang, aktivitas ikan akan terhambat dan
pertumbuhan ikan akan terhambat (Kordi, 2004).
4.2.5 Hubungan O2 dengan suhu, pH, kesadahan, CO2
dan alkanitas
Tanaman air dalam satu perairan hanya dapat tumbuh pada pH tertentu,
tanaman air akan melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen. Kadar
oksigen yang terlarut diperairan sangat bervariasi tergantung pada suhu,
salinitas, dan turbulensi air. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara
harian dan musiman tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air,
aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air.
Semakin tinggin suhu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain semakin berkurang
dengan meningkatnya salinitas. Pada siang hari CO2 dapat berkurang
karena digunakan untuk fotosintesis, sedangkan pada malam hari CO2
berlimpah karrena mikroorganisme melakukan dekomposisi yang menggunakan O2
dengan banyaknya CO2 dalam perairan dapat mempengaruhi nilai
alkanitas dan kesadahan (Effendi, 2003).
Suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen, apabila suhu pada perairan
meningkat maka oksigen dalam air akan berkurang karena dengan meningkatnya
suhu, maka organisme banyak membutuhkan oksigen dalam menyesuaikan perubahan
dalam air ( Lesmana, 2001).
4.2.6
Pada Saat kapan Oksigen Terlarut Tinggi atau Rendah di Perairan
Oksigen dalam air dapat bertambah apabila proses difusi yang di bantu oleh
angin dan ombak dari atmosfer sangat besar dan hasil dari fotosintesis tumbuhan
laut dan fitoplankton. Sedangkan oksigen dapat berkurang karena suhu yang
meningkat dan pada malam hari yang tidak terjadi fotosintesis. Kekurangan
oksigen dalam perairan dapat juga di pengaruhi dari padatnya penebaran ikan dan
banyaknya plankton yang membutuhkan oksigen (Effendi,2003).
Kadar oksigen terlarut di perairan berada pada kesetimbangan dengan kadar
oksigen di atmosfir, transfer oksigen dari udara ke perairan terjadi melalui proses
difusi dan penghilangan oksigen dari perairan ke udara akan terjadi jika
kondisi jenuh belum tercapai. Kekurangan dan kelebihan oksigen di perairan akan
menjadikan kelarutan oksigen dari udara ke dalam perairan tawar alami pada
tekanan udara normal ( Boyd, dalam
Effendi,2003).
4.2.7 Penanggulangan Kelebihan
atau Kekurangan O2 Terlarut di Perairan
Suatu perairan yang memiliki kelebihan
ataupun kekurangan oksigen terlarut maka berakibat fatal organisme yang ada di
perairan. Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan berlangsung terus setiap hari
karena dapat menghambat pertumbuhan dan bahkan mengakibatkan kematian masal.
Cara menceganya yaitu dengan memasang sistem aerasi untuk memasukan O2 dengan cepat
serta pemupukan ( Kordi, 2004).
Apabila akuarium atau kolam
budidaya mengalami kekurangan oksigen terlarut yang di cirikan ikan berkumpul
di permukaan air maka perlu di tambahkan dengan melalui difusi oksigen,
melalui proses fotosintesis yakni pada saat penyinaran sinar matahari lebih
lama dan penetrasi lebih dalam, serta melalui proses aearasi yaitu memasukkan
udara atau oksigen ke dalam air. (Jangkaru,1999).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang di lakukan
mengenai oksigen terlarut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. O2 terlarut dalam
air 5-6 ppm dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembangnya
organisme dan kandungan oksigannya rendah sekitar 2 ppm tetapi pertumbuhannya
tidak optimal.
2. Kadar Oksigen terlarut yang kurang
ataupun lebih di dalam air dapat membahayakan organisme air yang di budidaya
dan akhirnya akan mengakibatkan kematian pada ikan.
3. Oksigen terlarut dalam air dapat
berkurang di sebabkan oleh banyaknya organisme “ ikan “ yang di tebar,
banyaknya dekomposisi bahan organik, oksidasi bahan anorganik, serta banyaknya
tanaman air yang melakukan fotosintesis.
4. Dari hasil Laboratarium
oksigen terlarut pada sampel yang terdapat organisme yaitu berkisar
antara 16,2 – 40,2 mg/l dan pada sampel yang tidak terdapat organisme yaitu
berkisar antara 6 – 32,8 mg/l, dalam hal ini kondisi tersebut tidak cocok untuk
budidaya.
5.2 Saran
Agar mendapat hasil yang maksimal di
perlukan kekompakan dalam satu kelompok agar mendapat hasil yang memuaskan.
Komentar
Posting Komentar