BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah satu kegiatan
proses budidaya ikan adalah pengembangbiakan ikan. Ikan yang akan dibudidayakan
merupakan ikan yang dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga kontinuitas
produksi budidaya dapat berkelanjutan. Banyak cara yang telah dilakukan
pembudidya untuk mendapatkan ikan yang
berkualitas. Mulai dari selektif breeding metode hibridisasi, sex reversal, hingga poliploidisasi.
Manipulasi kromosom
mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam pembelahan sel, dasarnya adalah
penambahan atau pengurangan sel haploid atau diploid. Pada ikan dan hewan
lainnya dengan fertilisasi eksternal proses dapat dilakukan untuk salah satu
gamet sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi pada beberapa periode
selama formasi pada zigot (Purdom, 1993). Salah satu metode manipulasi kromosom
adalah ginogenesis.
Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet
betina tanpa kontribusi dari gamet jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya
berfungsi untuk merangsang perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak
diturukan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan.
Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma
dengan sinar ultraviolet (UV) dan kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan
proses penyinaran dengan menggunakan bahan mutagen untuk menghasilkan mutan.
Sinar ultraviolet (UV) merupakan radiasi yang juga merupakan sinar tidak tampak
yang mempunyai panjang gelombang 200-380 nm.
1.2
Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara kerja ginogenesis
2. Mahasiswa dapat mempraktikannya sendiri di masyarakat
3. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang pembuahan telur
4. Mahasiswa mengetahui teknik dalam ginogenesis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (cyprinus
carpio)
Ikan Mas adalah Jenis ikan konsumsi air tawar. Nama ilmiahnya adalah cyprinus carpio dalam bahasa inggris
ikan ini dikenal sebagaicarp fish.
Klasifikasi ikan mas ( Cyprinus
carpio ) Saanin (1984) dalam Sulistio (2001) adalah sebagaiberikut:
Kingdo : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
Kingdo : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L
Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan
memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang
kumis (barbels) yang kadang-kadang satu pasang diantaranya rudimenter, ukuran
dan warna badan sangat beragam (Sumantadinata, 1983 dalam Wibawa, 2003).
2.2. Pengertian Ginogenesis
Ginogenesis
adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet
jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang
perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis
dapat terjadi secara alami dan
buatan.
Ginogenesis
adalah proses perkembangan embrio yang berasal dari telur tanpa kontribusi
material genetic jantan (Thomson, 1983).
Ginogenesis merupakan salah satu proses terjadinya
zigot tanpa materi genetik dari jantan (Purdom1993). Pada mulanya radiadi
sperma terjadi secara alami yaitu pada ikan gold fish (Golovinskaya, 1972
dalam Cerfas 1972 dalam Supiarti, 2007).
Partenogenesis
adalah satu-satunya proses reproduksi yang sama sekali tak memerlukan peran
pejantan. Keturunan partenogenesis akan betina semua jika dua kromosom yang
sama membentuk jenis kelamin betina (sistem kromosomnya XX adalah betina dan XY jantan), salah satunya adalah
ginogenesis.
Rekayasa
memainkan inti sel telur (pronukleus betina) atau inti spermatozoon dalam
proses fertilisasi dapat menciptakan individu baru. Ginogenesis adalah
perkembangan sel telur yang hanya dikomandokan oleh inti sel telur saja,
sedangkan inti spermatozoon tidak berperan karena tidak melebur menjadi
sinkarion. Sebaliknya, apabila yang mengkomandokan perkembangan hanya inti
spermatozoon saja, maka disebut androgenesis. (Mammed Sagi, 1995).
Ginogenesis (gynogenesis) merupakan pembuahan palsu yang
terjadi karena gamet jantan yang memasuki bakal telur atau ovum tidak
membuahinya sehingga akan terjadi parthenogenesis (wikipwdia: 2010)
Ginogenesis
adalah proses perkembangan embrio yang berasal dari kuning telur tanpa
kontribusi material genetik jantan (irmawan: 2009).
Ginogenesis
adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet
jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang
perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis
dapat terjadi secara alami dan buatan. Nagy et al,. 1978, menyebutkan
ginogenesis adalah terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetik gamet
jantan. Jadi gamet jantan hanya berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya
hanya merupakan perkembangan pathenogenetis betina (telur). Untuk itu sperma
diradiasi. Radiasi pada ginogenesis bertujuan untuk merusak kromososm
spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak berfungsi secara genetic
(Sumantadinata, 1981).
Bentuk
reproduksi aseksual yang berhubungan dengan partenogenesis adalah ginogenesis. Keturunan
dihasilkan dengan mekanisme yang sama seperti pada partenogenesis, tetapi
dengan ketentuan sel telur harus distilmulasi dengan keberadaan sperma sehingga
dapat berkembang. Bagaimanapun juga, sel sperma tidak memberikan kontribusi
material genetik apapun kepada hasil keturunan (Wikipedia: 2011).
Ginogenesis merupakan reproduksi
seksual yang jarang terjadi pada pembuahan, karena nukleus sperma yang masuk ke
dalam telur dalam keadaan tidak aktif, sehingga perkembangan telurnya hanya
dikontrol oleh sifat genetik betina saja. Oleh karena itu, keturunannya
merupakan replika dari induk betina baik secara marfologi maupun susunan
genetiknya (Purdon, 1983).
Rangsangan pembetukan embrio dapat dihasilkan malalui beberapa
perlakuan selama pembuahan pada awal perkembangan telur yaitu meradiasi sperma
dengan menggunakan bahan mutagen diploidisasi betina dengan kejutan panas.
Untuk memastikan sperma secara genetic dapat digunakan species ikan yang
berbedadan sperma yang tidak mampu membentuk hibrida serta syaratnya adalah
memilki ukuran sperma halus minimal dengan spcies ikan betina (Anonim 2009). Ginogenesis dibutuhkan karena
pada sebagian besar ikan baik ikan konsumsi dan ikan hias individu betina lebih
bermanfaat baik dari kendahan, harga dan pertumbuhan serta untuk memperbanyak
keturunanya.
2.3. Tujuan dan Manfaat Ginogenesis
Ø Tujuan ginogenesis
1. Untuk
mempercepat silang dalam ikan, hasilna berupa strain murni dengan homozigositas
yang tinggi.
2. Untuk
memproduksi keturuna yang semuanya betina, bila digunakan induk yang
homogametic (XX).
Ø Manfaat ginogenesis
1. Pemurnian
gen untuk mendapatkan galur murni hanya dilakukan dua kali perkawinan,
sedangkan melalui inbreeding galur murni didapatkan setelah enam kali
perkawinan.
2. Ikan
mas betina (2n) pertumbuhannya lebih cepat dibanding ikan jantan.
3. Ikan
mas triploid (3n) juga lebih cepat pertumbuhannya, karena tidak bereprodusi.
Sedangkan
menurut Sumantadinata (1997), teknologi ginogenesis memberikan banyak manfaat
diantaranya :
1. Mempercepat
proses pemurnian (homozigositas)
2. Membuat
populasi klon hanya dalam dua generasi
3. Membuat
polulasi tunggal kelmin betina, misalnya pada ikan mas
4. Mempercepat
proses seleksi ikan
5. Mendeterminasi
genotip jenis kelamin betina
2.4 Ginogenesis Alami
dan Buatan
Ginogenesis
secara alami jarang terjadi karena pada umumnya spermatozoa yang membuahi sel
telur dalam keadaan aktif (Golovinskaya, 1972). Namun, ginogenesis dapat
berlangsung secara spontan seperti Pb II yang akan keluar bertabrakan dengan
spermatozoa yang akan masuk sehingga gamet jantan tidak jadi masuk dan Pb II
tetap berada pada posisinya (double haploid). Menurut Cherfas (1981),
ginogenesis alami dapat terjadi pada ikan crusian carp (Carrasius auratus gibelio) dan vivipar kecil dari family
Poeciliidae (Poecilia dan Poeciliopsis).
Ginogenesis
buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV)
dan kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan proses penyinaran dengan
menggunakan bahan mutagen untuk menghasilkan mutan. Sinar ultraviolet (UV)
merupakan radiasi yang juga merupakan sinar tidak tampak yang mempunyai panjang
gelombang 200-380 nm.
Ginogenesis
buatan dilakukan melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal
perkembangan embrio. Perlakuan ini bertujuan :
1. Membuat supaya bahan genetik jantan
menjadi tidak aktif
2. Mengupayakan terjadinya diploisasi
agar telur dapat menjadi zigot (Nagy, et al,. 1979). Bahan genetik dalam
spermatozoa dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar X dan sinar
ultraviolet (Purdon, 1983). Sinar ultraviolet banyak digunakan, karena murah.
Ginogenesis buatan memungkinkan
untuk dilakukan pada semua spesies ikan yang telah dapat malakukan
pembuahan buatan. Ginogenesis juga pada dasarnya mengatasi dua masalah pada
pertumbuhan ikan yaitu pertumbuhan zigot. Pertama adalah menonaktifkan materi
genetik jantan dan kemudian yang ke dua merangsang diploidisasi. Ginogenesis
dibutuhkan karena pada sebagian besar ikan baik ikan konsumsi dan ikan hias
individu betina lebih bermanfaat baik dari kendahan, harga dan pertumbuhan
serta untuk memperbanyak keturunanya.
Menurut Nagy et al. (1978) dan
Sumantadinata (1997), ada dua tahap penting dalam ginogenesis buatan. Pertama
menonaktifkan bahan genetic dari gamet jantan, antara lain dapat dilakukan
dengan cara radiasi. Kedua meningkatkan jumlah zigot diploid dengan cara
pemberian kejutan panas pada fase meiosis II atau meiosis I. penggunaan sinar
UV untuk inaktivasi materi genetic lebih banyak digunakan karena selain murah,
lebih mudah dan aman digunakan dibandingkan dengan sinar gamma, sinar X dan
betta ( Lou dan Purdom 1984; Horvarth dan orban 1995). Perlakuan meradiasi
sperma tidak menyebabkan berkurangnya kemampuan sperma sebagai fungsi membuahi
telur dan sebagai trigger perkembangan embrio (Streisinger et al. 1981; Arai
2001). Menurut Chourrout (1984), keberhasilan inaktifasi materi genetic jantan
dengan cara radiasi sperma, bila membuahi betina akan menghasilkan embrio
haploid yang tidak bertahan hidup. Menurut Sumantadinata et al. (1990),
padaginogenesis ikan mas, proses radiasi sperma dapat dilakukan dengan menggunakan
dua lampu UV yang masing-masing berkekuatan 15 watt untuk meradiasi sperma dengan
jarak penyinaran 15 cm.
2.5. Perlakuan Ginogenesis
Untuk mendapatkan benih ikan yang
monosex secara ginogenesis ada beberapa perlakuan yang dapat dilakukan yakni
antara lain:
1.
Penyinaran sperma dengan sinar
ultraviolet
Sebelum
sperma dicampur dengan sel telur (pemijahan buatan) sperma tersebut diberi
perlakuan penyinaran dengan sinar UV. Hal ini dilakukan untuk merusak bahan
genetik sperma. Komposisi kimiawi sperma pada plasma inti (nukleoplasma)
diantaranya adalah DNA, Protamine, Non Basik Protein. Sedangkan seminal plasma
mengandung protein, potassium, sodium, calsium, magnesium, posfat, klarida.
Sedangkan komposisi kimia ekor sperma adalah protein, lecithin dan cholesterol
(Gusrina, 2008).
Sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang di bawah 300 nm dapat diserap secara kuat
oleh bahan biologi tertentu, terutama asam nukleat, protein, dan koenzim.
Tetapi sinar ini tidak sampai mengionisasi atom-atom dan molekulnya disamping
itu kemampuan sinar ultraviolet untuk menembus bahan sangat terbatas. Walaupun
sinar ultraviolet yang dapat masuk ke bahan biologi tersebut sedikit, tetapi
hampir semua diserap. Hal ini berarti efisiensi penyerapan sinar ultraviolet
olleh bahan-bahan biologi sangat tinggi. Pada panjang gelombang hingga 260 nm
sinar UV dapat merusak fungsi pirimidin AND yang merupakan bahan genetic
sperma. Walapun sperma diradiasi namun tidak sampai merusak kemampuannya untuk
bergerak dan membuahi telur. Dengan demikian sperma ini masih mampu untuk
memicu untuk terjadinya pembuahan dan perkembangan telur.
2.
Perlakuan kejut suhu
Setelah
sperma diberi perlakuan penyinaran kemudian dicampur dengan sel telur dan
dilepaskan dalam air agar terjadi pembuahan. Setelah pembuahan terjadi kemudian
telur yang terbuahi tersebut diberi kejutan lingkungan. Hal ini dapat berupa
kejut suhu atau dengan tekanan hidrostatis. Perlakuan dengan tekanan
hidrostatis memerlukan peralatan yang rumit, mahal sehingga suli untuk
diterapkan telur dalam jumlah banyak namun metode ini efektif untuk memproduksi
tingkat heterozigositas nol persen. Kejut suhu lebih praktis dalam
penggunaannya sehingga bisa diterapkan pada jumlah yang banyak. Kejut suhu
dimaksudkan untuk pencegahan keluarnya polar body II telur pada saat terjadi
pembelahan miosis kedua atau pencegahan pembelahan sel setelah duplikasi
kromosom pada saat terjadi pembelahan mitosis pertama sehingga jumlah kromosom
telur mengganda lagi pada awal perkembangan zigot (Nagy et al:, 1978). Kejut
suhu disini berupa kejutan panas dan kejutan dingin. Pemberian kejutan panas
lebih singkat periodenya dibandingkan dengan kejut dingin.
Pada saat
oogenesis (proses pembentukan sel telur hingga siap untuk ovulasi), sel telur
belumlah dalam keadaan 2N melainkan 4N. Saat pembelahan sel miosis I
terjadi,saat itu dikatakan sel telur telah matang. Saat itulah ada
"loncatan" polar body I (2N), sehingga sel telur yang awalnya 4N
menjadi 2N. Pembelahan sel secara miosis, ada pengurangan set kromosom menjadi setengah
dari semula. Perbedaannya dengan pembelahan sel mitosis (pembelahan yang
ditandai dengan penggandaan atau perbanyakan jumlah sel).
Satu buah
sel telur yang memiliki dua set kromosom (2N) dan satu buah sel sperma memiliki
satu set kromosom (1N). Jika keduanya kita pasangkan, maka terjadilah
pembuahan. Setelah sel telur dibuahi oleh sperma, maka satu set kromosom sperma
memasangkan diri terhadap satu set kromosom pada sel telur. Dan sebagai
akibatnya, ada satu set kromosom sel telur yang tidak mendapatkan pasangan. Itulah
yang kemudian dipahami oleh beberapa peneliti, bahwa polar body II yang berisi
satu set kromosom (1N) akan "ke luar" dari sistem. Satu set yang
tidak memiliki pasangan kromosom itu akan ter denaturasi. Dengan
terjadinya, maka sel telur yang sudah dibuahi tersebut, kembali pada kondisi
normal (2N) dan menyiapkan diri untuk melakukan proses berikutnya; yakni
pembelahan sel mitosis.
Jika proses
keluarnya polar body II kita ganggu dengan kejut suhu di atas hingga mengalami
kegagalan, maka tentu saja sel telur yang sudah dibuahi itu akan tetap memiliki
tiga set kromosom; dua set dari sel telur dan satu set dari sel sperma. Inilah
yang kemudian kita kenal sebagai triploid atau individu yang memiliki tiga set
kromosom (3N). Karena materi genetic sperma telah rusak maka yang akan
berkembang dan mengalami pembelahan hanya pada set kromosom telur dari induk
betina. Oleh karena itu ginogenesis hanya akan menghasilkan anakan yang sama
dengan sifat induknya jika metode ini berhasil.
Ginogenesis
dapat digunakan untuk pemurnian ikan menggantikan teknik perkawinan sekerabat. Menurut
Rohadi, D. S, (1996) dengan ginogenesis buatan dapat menghasilkan ikan bergalur
murni dengan sifat homozigositas. Hasil pemurnian ikan dengan metode
ginogenesis selama satu generasi sama dengan hasil tujuh sampai delapan
generasi perkawinan sekerabat sedangkan homozogositas satu generasi ikan
ginogenesis sama dengan homozigositas tiga generasi ikan hasil perkawinan
sekerabat. Keberhasilan dari metode ini ditentukan oleh umur zigot, lama waktu
kejutan dan suhu kejutan panas yang digunakan. Lamanya kejutan suhu, pemilihan
waktu yang tepat serta suhu perlakuan yang tepat adalah spesifik atau khas
untuk masing-masing jenis ikan.
BAB
III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum “Teknologi Gynogenesis pada Ikan Mas” dilakukan pada :
Tanggal : 26
September 2013
Hari :
Kamis
Waktu :
08.00 – 11.30 WIB
Praktikum dilaksanakan di Departemen Perikanan
PPPPTK Pertanian Cianjur.
3.2. Alat dan Bahan
ü Alat
- Seser
- Toples
- Akuarium
(80 x 40 x 40) cm
- Spuite
3 ml
- Timbangan
- Penggaris
- Alat
tulis
- Aerasi
- Batu
aerasi
- Selang
aerasi
- Sponge
- Gelas
ukur
- Cawan
petri
- Mangkuk
plastic
- Lempengan
kaca
- Heater
- Kotak
UV
- Bulu
ayam
- Alat
ukur kualitas air
- Mikroskop
- Objek
glass
- Cover
glass
ü Bahan
- Air
tawar
- Hormone
ovaprim
- Larutan
fisiologis
- Larutan
pembuahan
- Akuadest
- Induk
ikan mas jantan dan betina yang telah matang gonad
- Tissue
- Pakan
larva dan benih
3.3. Prosedur Pelaksanaan
ü Persiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan
ü Siapkan
wadah penampungan induk sememtara
ü Lakukan
seleksi pada induk yang akan digunakan baik jantan maupun betina
ü Lakukan
penimbangan induk untuk mengetahui bobot tubuh induk yang akan digunakan
ü Lakukan
penyuntikan pada indu betina dengan menggunakan larutan hrmon ovaprim, dosisnya
0,2 ml/kg induk dengan pengenceran 2 kali lipat menggunakan aquadest
ü Kemudian
masukkan induk dalam wadah penempungan sementara yang berbeda
ü Lakukan
striping pada induk jantan untuk mendapatkan spermanya. Kemudian diencerkan
dengan menggunakan larutan fisiologis dengan pengenceran sebanyak 100 kali ( 1
cc sperma : 99 cc larutan fisiologis)
ü Lakukan
stiping pada induk betina dengan mengurut pada bagian perut untuk mengeluarkan
telurnya setelah 12 jam dari penyuntikan. Tamping telur pada wadah mangkuk
plastic, dan usahakan mangkuk dalam keadaan kering, dan hindari telur terkena
air
ü Tuangkan
sperma yang telah diencerkan pada tahap 7 kedalam cawan petri dengan ketebalan
sperma 1 mm. lakukan radiasi atau penyinaran terhadap sperma menggunakan sinar
UV selama 2 menit.
ü Lakukan
pembuahan / fertilisasi dengan
menggunakan telur hasil striping dengan larutan sperma dan diaduk secara merata
menggunakan bulu ayam secara perlahan
ü Letakkan
/ tebar telur yang telah terbuahi pada lempengan kaca dan inkubasi di dalam
akuarium penetasan.
ü Setelah
3 menit pembuahan dilakukan diploidisasi untuk gynogenesis meitotik dan 29 menit dari fertilisasi dilakukan
diploidisasi untuk gynogenesis mitotic dengan
menggunakan kejut suhu panas (perendama menggunakan media bersuhu 40oC
selama 1,5 menit)
ü Kemudian
pindahkan telur yang sudah diberi kejut suhu pada media penetasan (berupa
akuarium yang dilengkapi dengan heater)
ü Lakukan
pengamatan perkembangan telur setiap 1 jam sekali hingga telur menetas dan
jangan lupa lakukan proses pembuahan telur dan sperma control tanpa perlakuan
ü Simpulkan
dan buat dalam bentuk laporan.
3.4. Analisis Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Kami mohon maaf atas hasil dari kelompok kami tentang
ginogensis kepada ibu dosen pengajar, sebab kami tidak memperoleh hasil yang
dapat dilaporkan (gagal), Karena terjadi kesalahan fatal yang menjadi faktor penyebab kesalahan dalam praktikum ini
seprti pada 2 induk betina ikan mas, yang 1 induk telah
melebihi batas waktu pijah sehingga induk menyerap kembali telur yang
ada di dalam tubuhnya, sedangkan yang 1
induk lagi belum matang gonad. Sehingga bisa dikatakan telur pada praktikum
kami ini tidak mendukung hingga terjadi kegagalan seperti ini.
4.2.Pembahasan
Ginogenesis adalah proses
terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan. Dalam
ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur
dan sifat-sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis merupakan keturunan yang
dihasilkan melaui mekanisme partenogenesis, tapi telur membutuhkan rangsangan
dari sperma untuk berkembang. Namun, sel sperma tidak menyumbangkan materi
genetic apapun pada anak.
Sebelum
melakukan ginogenesis buatan dengan kejutan suhu pada ikan mas , dilakukan
penyuntikan induk ikan mas (ciprinus carpio.) dengan Ovaprime, dengan
tujuan mempercepat pematangan gonad. ovaprime merupakan produk yang mengandung
20µg D-Arg6, Pro9-Net sGnRH dan 10 mg domperidone per ml propylene glycol.
Ovaprim telah teruji dan terbukti efektif pada ikan, dimana secar signifikan
mendorong pematangan tanpa mempengaruhi kemampuan hidup dan fekunditas suatu
ikan. Proses selanjutnya adalah menghancurkan materi genetik sperma dengan
sinar ultraviolet (UV), dengan tujuan menonaktifkan material genetik sperma
melalui radiasi dengan bahan mutagen sehingga sperma hanya mampu merangsang
perkembangan telur tanpa menurunkan sifat genetik. Perlakuan meradiasi sperma
tidak menyebabkan berkurangnya kemampuan sperma sebagai fungsi membuahi telur
dan sebagai trigger perkembangan embrio (Streisinger et al. 1981; Arai
2001). Dunham (2004) dalam Yusrizal
(2004) menyatakan bahwa bahan mutagen yang dapat merusak gen pada sperma ada
bermacam-macam yaitu sinar gamma, sinar ultraviolet (UV), dan sinar X.
Setelah
peradiasian sinar UV dilakukan pengecekan sperma. Hal tersebut untuk melihat
motilitas Jika sperma motil tanpa materi genetik di dalamnya maka dapat
dilakukan perlakuan ginogenesis selanjutnya. Jika sperma itu nonmotil atau mati
maka ginogenesis tidak dapat terjadi yang terjadi hanya diploidisasi biasa.Sel
sperma motil tanpa materi genetik yang di dapat dicampurkan dengan sel telur.
Tujuannya untuk melakukan pembuahan. Pada proses ini sperma bergerak mencari
sel telur yang akan dibuahi.
Kemudian
dilakukan kejutan suhu, perlakuan ini bertujuan untuk mencegah pengurangan
kromosom betina pada proses perkembangan telur yang akhirnya dapat menghasilkan
zigot yang diploid dan homozigot sebab pada dasarnya embrio ginogenetik adalah
haploid. Pembentukkan diploid ginogenetik dengan menggunakan kejutan panas
lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kejutan dingin. Lama kejutan, suhu
dan waktu awal kejutan yang diberikan setelah pembuahan untuk tiap jenis sperma
dalam tiap petridisch.
Kejutan
diberikan pada saat yang tepat setelah pembuahan (Hallebecq et al. 1986), pada
saat meiosis kedua atau pertama (Lou dan Purdom 1984; Taniguchi et al. 1988;
komen et al. 1988). Pemberian kejutan panas pada saat meiosis kedua dimaksudkan
untuk menahan keluarnya badan polar kedua sehingga menghasilkan diploid
ginogenetik. Sedangkan pada mitosis pertama, kejutan panas akan menghalangi
pemisahan genom haploid maternal yang telah mengalami segregasi total sehingga
menghasilkan zigot diploid (double haploid) (Chourrout, 1984).
Ginogenesis
secara spontan dapat terjadi akibat tertahannya polar body II oleh spermatozoa.
Hal ini disebabkan pada saat polar body II akan keluar bertabrakan dengan
spermatozoa yang akan masuk ke dalam mikrofil sehingga polar body II tidak jadi
keluar dan spermatozoa terpental keluar, akibatnya gamet jantan digantikan oleh
polar body II sehingga ploidi tetap dua. Sedangkan pada ginogenesis buatan
dilakukan dengan cara memanipulasi kromosom. Diploid ginogenetik meiotik
diperoleh dari tertahannya polar body II oleh kejutan panas pada saat meiosis
kedua sedangkan diploid ginogenetik mitotik diperoleh akibat tertahannya
pembelahan pertama sel sehingga sel yang terbentuk menjadi diploid.
Menurut Taniguchi et al. (1988),
diploid ginogenetik yang dihasilkan dari perlakuan diploidisasi pada saat
meiosis kedua dinamakan diploid ginogenetik meiotic (G2N-meiotik/meiogen),
sedangkan diploid ginogenetik yang dihasilkan pada perlakuan diplodisasi saat
mitosis pertama dinamakan diploid ginogenetik mitotic (G2N-mitotik/mitogen).
Menurut Tave (1986) dan Purdom (1993), individu ginogen dimungkinkan mengalami
penyimpangan biologis maupun fisiologis yang diduga terkait dengan proses
ginogenesis maupun munculnya gen-gen resesif yang tidak menguntungkan.
BAB
V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
·
Ginogenesis adalah
proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan,
gamet jantan hanya berfungsi untuk
merangsang perkembangan telur tanpa menurunkan sifat-sifat genetiknya.
·
Tujuan dari ginogenesis
salah satunya adalah untuk mempercepat silang dalam ikan, hasilna berupa strain
murni dengan homozigositas yang tinggi, sehingga dapat mempercepat proses
pemurnian (homozigositas).
·
Ginogenesis dapat
terjadi secara alami atau buatan, ginogenesis secara alami jarang terjadi karena pada umumnya
spermatozoa yang membuahi sel telur dalam keadaan aktif atau ginogenesis
berlangsung secara spontan. Sedangkan ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan
mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV) dan kejutan panas.
5.2 Saran
Saran saya untuk para mahasiswa yang hendak praktikum
agar menyapkan alat dan bahan yang baik, agar praktikumnya berjalan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Anonim, 2009. Triploididasi
·
Sagi, mammed. 1995.
Embriologi dari Abad sebelum Masehi sampai Abad Bayi Tabung. Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan hormon B-Estradiol untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro