LAPORAN
PRAKTIKUM
“Respon
Organisme Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan(Suhu dan Salinitas)”
DisusunOleh :
Amril Mukminin
Mata
Kuliah :Fisiologi
Hewan Air
PROGRAM PENDIDIKAN D4
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
(PPPPTK) PERTANIAN CIANJUR
JOINT PROGRAM
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Syukur
AlhamdulillahpenulispanjatkankehadiratTuhan Yang
MahaEsa yang telahberkesempatandalammemberikanlimpahankesehatan,
rahmatdankarunia-Nyasehinggalaporan hasil
praktikum yang berjudul“ResponOrganismeAkuatikTerhadapVariabelLingkungan (SuhudanSalinitas)”inidapatdiselesaikandenganbaik.
Makalahinidisusundalamhaltugas
Mata KuliahFisiologi Hewan
Air.Atastersusunnyalaporanini,
penulisucapkanterimakasihkepada :
1. BapakLaode M. Abdi Poto,
S.St Pi, M.SidanIbu Leli Lisnawati, SPi dan Ibu Yuli ,SPi selakudosen
Mata KuliahFisiologi Hewan Air.
2. Kedua
orang tuatercinta yang selalaumemberikando’adandukungannya`.
3. Semuapihak
yang telahmendukungdalampenyelesaianmakalahini.
Penulismenyadaribahwadalampenyusunanmakalahinimasihterlalubanyakkekurangan.Olehkarenaitu,
sayaharapkritikdan saran yang membangundariberbagaipihakagar laporanini dan selanjutnyabisalebihbaiklagi.Penulisjugaberharapsemogalaporan hasil praktikuminidapatbermanfaatdalamdalamhalilmupengetahuanbagikitasemua.
Cianjur,
14 Desember 2012
penulis
Amril Mukminin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1.LatarBelakang.................................................................................................. 1
1.2.Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 3
2.1.
IkanLele......................................................................................................... 3
2.2.
IkanNila.......................................................................................................... 4
2.3.
Salinitas............................................................................................................5
2.4.
Suhu.................................................................................................................6
BAB III. METODOLOGI................................................................................................ 7
3.1.
WaktudanTempat......................................................................................... 7
3.2.
AlatdanBahan.............................................................................................. 8
3.3.
ProsedurPercobaan....................................................................................... 8
3.4.
Analisa Data................................................................................................. 10
BAB IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN........................................................................ 11
4.1.
Hasil............................................................................................................. 11
4.2.
Pembahasan.................................................................................................. 21
BAB V. PENUTUP........................................................................................................... 24
5.1.
Kesimpulan..................................................................................................... 24
5.2.
Saran............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 25
BAB
1
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Melalui
matakuliah Fisiologi Hewan Air, kita dapat mempelajari berbagai perubahan
fisiologis hewan air terhadap perubahan lingkungan.
Perubahan fisioolgis ini tentunya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku
organisme terhadap perubahan parameter fisik, kimia, maupun biologis dari suatu
lingkungan. Parameter fisik yang dapat diamati pada lingkungan perairan antara
lain jumlah padatan, kekeruhan, salinitas, suhu, warna, dan bau. Parameter
kimia antara lain nilai pH, keasaman, DO, BOD, COD, dan bahan pencemar.
Sedangkan parameter biologis perhubungan langsung dengan interaksi organisme
dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu nya dengan mengetahui parameter
kualitas air secara kimia yaitu seperti salinitas atau kadar garam dan
parameter kualitas air secara fisika yaitu seperti suhu.
Salinitas atau kadar garam adalah jumlah
kandungan bahan padat dalam satu kilogram air laut, seluruh karbonat telah
diubah menjadi oksida, brom dan yodium telah disetarakan dengan klor dan bahan
organik telah dioksidasi. Secara langsung, salinitas media akan mempengaruhi
tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Apabila osmotik lingkungan (salinitas)
berbeda jauh dengan tekanan osmotik cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka
osmotikmedia akan menjadi beban bagi ikan sehingga dibutuhkan energi yang
relatif besar untuk mempertahankan osmotik tubuhnya agar tetap berada pada keadaan
yang ideal. Pembelanjaan energi untuk osmoregulasi, akan mempengaruhi tingkat
konsumsi pakan dan konversi menjadi berat tubuh (Sharaf et al , 2004).
Suhu merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan suatu proses budidaya, suhu akan berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan ikan yang
dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu rendah maka proses metabolisme
ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan menurun. suhu harus tepat yaitu
kisaran optimum 25 - 30⁰C.
Begitu juga sebaliknya, jika suhu terlalu tinggi maka kadar oksigen dalam air
akan menipis, sehingga ikan akan bersaing dalam merebut oksigen terlarut
didalam air.
Tentunya dalam mempelajari suatu perubahan tingkah laku fisiologis organisme,
tidaklah cukup melalui teori saja. Praktikum merupakan suatu cara pembelajaran
yang sangat efektif dimana melalui pengamatan langsung, setiap teori dapat
diaplikasikan sehingga mahasiswa mampu menganalisis setiap teori yang telah
diperoleh dengan kondisi sebenarnya saat pengamatan.
1.2. Tujuan
Laporan
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui respon organisme akuatik terhadap
variabel lingkungan (suhu, salinitas) serta mengetahui kisaran toleransi
organisme akuatik terhadap variabel lingkungan. Selain ditujukan sebagai hasil
dari uji coba yang telah dilakukan, juga terdapat tujuan lain adalah sebagai
berikut :
Ø
Mahasiswa dapat mengetahui kisaran
salinitas dan suhu yang optimum bagi kehidupan ikan.
Ø
Mahasiswa dapat mengetahui kisaran
salinitas dan suhu yang dapat ditoleransi oleh ikan lele dan nila
Ø Mengetahui
Survival rate atau derajat kelangsungan hidup ikan selama uji coba dilakukan
Ø Agar
mengetahui respon akuatik( ikan)
terhadap suhu sebesar 40⁰C dan salinitas
seebesar 10 ppt
Ø Menambah
wawasan kita tentang suhu dan salinitas yang ideal untuk ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan media bagi usaha
budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam
pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimia dan fisika. Dalam hal
ini akan dibahas mengenai pengelolaan air secara kimia, khususnya salinitas
(kandungan garam) suatu peraira.
2.1. Ikan Lele
Morfologi Dan Klasifikasi Ikan Lele
Ikan-ikan marga Clarias ini dikenali dari tubuhnya yang
licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga
panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti
sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang
kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat
pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang
gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insangnya. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai
pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari, dua buah
lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip punggung dan dubur
memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, panjang
maksimum mencapai 400 mm.
Pada ikan lele, gonad ikan lele
jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu
sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari
pada betinanya. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih kuning,
terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian
sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele
itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan
anus (Fujaya, Y. 2004).
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysoidei
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies :
Clarias gariepinus
2.2. Ikan Nila
Morfologi Dan Klasifikasi Ikan Nila
Kordy
K.(2000) membuat catatan tentang bentuk tubuh (morfologi) seekor ikan nila (oreochromis niloticus) secara umum,
yaitu mempunyai bentik badan pipih ke samping memenjang, warna putih kehitaman,
makin ke perut makin terang. Ikan nila mempunyai garis vertikal 9-11 buah
berwarna hijau kebiruan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dengan
bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan terminal, posisi
sirip perut terhadap sirip dada thorocis,
garis rusuk (linea lateralis) terputus
menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada
garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid.
Penamaan
ikan nila dan mujair di Indonesia menjadi Oreochromis
nilotikus dan Oreochromis mossamicus
(Sugiarto, 1988). Sehingga klasifikasi ikan nila sebagai berikut
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo :
Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis nilotikus
2.3. Salinitas
Menurut Boyd (1982) salinitas adalah
kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi
ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion
tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium.
Salinitas sangat berpengaruh
terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas semakin besar pula
tekanan osmotiknya Semua ikan nila lebih toleran terhadap lingkungan
payau,tetapi berbanding terbalik dengan ikan lele.
Menurut Andrianto (2005) Ikan nila tergolong ikan yang
dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0 – 35 ppt. Ikan nila
merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan
diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu
secara bertahap sekitar 1 – 2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya
sekitar 2- 3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto,
2005).
2.4. Suhu
Menurut
Ghufran (2007), suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh
suhu di perairan tersebut. Secara umum laju pertumbuhan meningkat seiring
dengan kenaikan suhu, karena dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhunya sampai ekstrim (drastis). Suhu
air dapat mempengaruhi biota air secara langsung maupun tidak langsung, yaitu
melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu
air maka semakin rendah daya larut oksigen didalam air, begitupun sebaliknya.
Pada suhu 36o C dan salinitas 36 ppt nilai kelarutan oksigen dalam
air sebesar 5,53 ppm, sedangkan pada suhu
30o C dan 25o C serta salinitas yang sama kelarutan
tersebut berturut – turut adalah setinggi 6,14 ppm dan 6,71 ppm (Boyd, 1981.
Dan saenong, 1992. Dalam Ghufran, 2007).
Oleh
karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat
di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu.
Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut
bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut
bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu
mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang
hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang
berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
BAB
III
METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan
praktikum Respon Organisme Akuatik
Terhadap Variabel Lingkungan (Suhu dan Salinitas), dilakukan secara tidak
bersamaan. Praktikum Respon Organisme
Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan (Suhu) dilakukan pada tanggal 19
Nopember 2012, sedangkan Praktikum Respon
Organisme Akuatik Terhadap Variabel Lingkungan (Salinitas), dilakukan pada
tanggal 26 Nopember 2012.
Praktikum
dilaksanakan pada tempat yang sama, yaitu di Departemen Perikanan Sebelah Barat
PPPPTK Pertanian Cianjur.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat dan Bahan untuk Suhu
Alat
1. 2
buah toples
2. 2
buah selang aerasi
3. 2
buah batu aerasi
4. Aerator
5. Thermometer
6. Stopwach/handphone
7. Timbangan
8. Lap/tissu
9. Alat
tulis
10. Kompor
11. Seser
12. Ember
Bahan
1. 5
ekor ikan lele
2. 5
ekor ikan nila
3. Garam
4. Es
batu
5. Air
tawar
3.2.2. Alat dan Bahan untuk
Salinitas
Alat
1. 2
buah toples
2. 2
buah selang aerasi
3. 2
buah batu aerasi
4. Aerator
5. Stopwach/handphone
6. Timbangan
7. Lap/tissu
8. Alat
tulis
9. Kompor
10. Seser
11. Ember
Bahan
1. 5
ekor ikan lele
2. 5
ekor ikan nila
3. Garam
4. Air
tawar
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Adaptasi Organisme Akuatik Terhadap Suhu
1.
Siapkan dua buah toples (toples A dan toples B)sebagai wadah uji coba yang selanjutnya
di isi dengan air tawar, kemudian air dinaikkan atau diturunkan suhunya sesuai
dengan suhu yang akan di uji
2.
Toples A untuk perlakuan suhu panas (400C) sedangkan toples B untuk
perlakuan gradual dingin (29-170C)
3.
Siapkan media air tawar yang selanjutnya akan di campur es (es batu) atau air panas sesuai dengan masing-masing
perlakuan.
4.
Masing-masing toples di isi air 5 liter
5.
Masukkan air panas ke dalam toples A sampai suhu sesuai dengan yang diinginkan
dan masukkan es batu ke dalam toples B sampai sesuai dengan suhu dingin yang
diinginkan
6.
Selanjutnya masukkan ikan uji coba ke dalam toples A dan toples B, terlebih
dahulu ikan uji coba di timbang bobot awalnya menggunakan timbangan digital
7.
Lakukan pengamatan perubahan tingkah laku ikan. Upayakan suhu dalan toples
tetap stabil sesuai dengan perlakuan
8.
Terus amati tingkah laku ikan uji coba. Untuk perlakuan gradual dingin (toples
A), setiap 10 menit suhu diturunkan 50C sedangkan untuk suhu panas
400C (toples B), suhu dibiarkan konstan.
9.
Setelah waktu praktikum selesai, timbang kembali ikan uji coba untuk mengetahui
bobot akhirnya.
10.
Selanjutnya hitung berapa ekor ikan uji yang hidup dan berapa ekor pula ikan
uji yang mati untuk mengetahui survival rate.
3.3.2. Adaptasi Organisme
Akuatik Terhadap Salinitas
1.
Siapkan dua buah toples (toples A dan toples B) sebagai wadah uji coba yang
selanjutnya di isi dengan air tawar, kemudian air dinaikkan atau diturunkan
salinitasnya sesuai dengan salinitas yang akan di uji
2.
Toples A untuk perlakuan salinitas 10 ppt sedangkan toples B untuk perlakuan
gradual salinitas di mulai dari salinitas 5 ppt
3.
Siapkan media air tawar yang selanjutnya akan di campur dengan garam sesuai
dengan masing-masing perlakuan.
4.
Masing-masing toples di isi air 10 liter
5.
Masukkan garam ke dalam toples A maupan toples B sesuai dengan keadaan
salinitas yang diinginkan. Setiap 1 liter air, membutuhkan 5 gr garam. Jadi
untuk menciptakan selinitas 10 ppt di dalam 10 liter air, membutuhkan 100 gr
garam. Begitu pula selanjutnya, untuk menciptakan salinitas 5 ppt dalam 10
liter air, membutuhkan 50 gr garam.
6.
Selanjutnya masukkan ikan uji coba ke dalam toples A dan toples B, terlebih
dahulu ikan uji coba di timbang bobot awalnya menggunakan timbangan digital
7.
Lakukan pengamatan perubahan tingkah laku ikan. Upayakan salinitas dalan toples
tetap stabil sesuai dengan perlakuan
8.
Terus amati tingkah laku ikan uji coba. Untuk perlakuan gradual salinitas
(toples B), setiap 10 menit salinitas dinaikkan 5 ppt sedangkan untuk salinitas
10 ppt (toples A), salinitas dibiarkan konstan.
9.
Setelah waktu praktikum selesai, timbang kembali ikan uji coba untuk mengetahui
bobot akhirnya.
10.
Selanjutnya hitung berapa ekor ikan uji yang hidup dan berapa ekor pula ikan
uji yang mati untuk mengetahui survival rate
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1.
Hasil Praktikum Suhu
Tabel.
1 Tingkah Laku Ikan Pada Gradual Suhu Dingin 29-170C
Waktu (menit)
|
Menit ke
|
Suhu (0C)
|
Tingkah Laku Ikan
Nila
|
Tingkah Laku Ikan Lele
|
10
|
1
|
29˚C
|
|
|
2
|
|
|
||
3
|
|
|
||
4
|
|
Kekurangan
oksigen dan berdiri ke permukaan
|
||
5
|
|
|
||
6
|
|
|
||
7
|
|
|
||
8
|
|
|
||
9
|
|
Lemas
|
||
10
|
|
|
||
20
|
11
|
260C
|
|
|
12
|
|
|
||
13
|
|
|
||
14
|
|
|
||
15
|
Mulut
terbuka cepat
|
|
||
16
|
Sirip
dada bergerak cepat
|
|
||
17
|
|
Berenang
berdiri ke permukaan
|
||
18
|
|
Mulut
berwarna merah
|
||
19
|
|
Tubuh
berwarna merah
|
||
20
|
Tidak
aktif berenang
|
1
ekor pinsan
|
||
30
|
21
|
230C
|
|
|
22
|
|
|
||
23
|
|
|
||
24
|
Berenang
di dasar
|
Berenang
di dasar
|
||
25
|
Mulut
terbuka cepat
|
Berenang
tidak stabil dan lambat
|
||
26
|
|
|
||
27
|
|
|
||
28
|
Overculum
tidak terbuka
|
Overculum
tidak terbuka
|
||
29
|
Mengambil
oksigen ke permukaan
|
|
||
30
|
|
Melompat
ke permukaan
|
||
40
|
31
|
200C
|
|
|
32
|
|
Berenang
di bawah aerasi
|
||
33
|
|
|
||
34
|
Mengambil
oksigen ke permukaan
|
Melompat
ke permukaan
|
||
35
|
|
|
||
36
|
Berenang
tidak aktif
|
|
||
37
|
Warna
tubuh semakin hitam
|
|
||
38
|
|
2
ekor berdiri ke permukaan dan 3 ekor berenang di dasar
|
||
39
|
4
ekor berenang di dasar dan 1 ekor menabrakan mulutnya ke toples
|
Berenang
ke permukaan
|
||
40
|
|
|
||
50
|
41
|
170C
|
5
ekor berenang di dasar
|
|
42
|
|
|
||
43
|
|
1
ekor berenang di permukaan dengan mulut terbuka
|
||
44
|
|
Dada
semakin memerah
|
||
45
|
1
ekor berenang di bawah aerasi
|
|
||
46
|
|
|
||
47
|
|
|
||
48
|
|
|
||
49
|
Warna
semakin hitam
|
4
ekor berenang ke permukaan dengan badan melengkung
|
||
50
|
Berenang
di bawah aerasi dengan tubuh menyamping
|
|
Tabel.
2 Tingkah Laku Ikan Pada Suhu 400C
Waktu (menit)
|
Menit ke
|
Suhu (0C)
|
Tingkah Laku Ikan Nila
|
Tingkah Laku Ikan Lele
|
10
|
1
|
40˚C
|
|
|
2
|
|
Pergerakan
sangat agresif
|
||
3
|
|
Mulai
terlihat lemas
|
||
4
|
|
|
||
5
|
|
Mulutnya
megap-megap
|
||
6
|
|
|
||
7
|
|
|
||
8
|
|
Banyak
mengeluarkn feses
|
||
9
|
|
|
||
10
|
|
|
||
20
|
11
|
Warna
tubuh terlihat pucat
|
|
|
12
|
|
Gerakannya
lambat
|
||
13
|
|
|
||
14
|
Berenang
menabrak dinding
|
|
||
15
|
|
1
ekor pinsan
|
||
16
|
|
|
||
17
|
|
|
||
18
|
|
Mulai
stress
|
||
19
|
|
Bibirnya
merah
|
||
20
|
|
|
||
30
|
21
|
Melompat-lompat
ke permukaan
|
|
|
22
|
|
Berenang
berbalik badan
|
||
23
|
Belang
ikan Nila terlihat jelas
|
|
||
24
|
Overculum
terbuka dan menutup dengan cepat
|
Mulut
terbuka lebar
|
||
25
|
|
|
||
26
|
|
|
||
27
|
|
|
||
28
|
|
|
||
29
|
|
|
||
30
|
|
|
||
40
|
31
|
Melompat
ke permukaan
|
|
|
32
|
Kondisi
ikan lemas
|
|
||
33
|
|
|
||
34
|
Melompat
lebih cepat kepermukaan
|
|
||
35
|
Ikan
terlihat lemas
|
|
||
36
|
|
|
||
37
|
|
|
||
38
|
|
|
||
39
|
|
Melompat
ke permukaan dan menabrak dinding
|
||
40
|
|
|
||
50
|
41
|
400
|
|
|
42
|
Seluruh
ikan Nila mulai menabrak dinding
|
Seluruh
ikan Lele berwarna hitam pekat
|
||
43
|
|
5
ekor mengumpul di aerasi
|
||
44
|
|
|
||
45
|
|
5
ekor mati
|
||
46
|
|
|
||
47
|
|
|
||
48
|
|
|
||
49
|
|
|
||
50
|
|
|
Tabel.
3 Perubahan Bobot Ikan
Suhu
|
Jenis Ikan
|
Bobot Awal
|
Bobot Akhir
|
Δ Bobot
|
29-170C
|
Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)
|
6,5 gr/ekor
|
Gradual
↓
4,38
gr/ekor
|
Gradual
↓
2,12
gr/ekor
|
400C
|
Perlakuan
400C
1,04
gr/ekor
|
Perlakuan
400C
5,46
gr/ekor
|
||
29-170C
|
Ikan
Lele
(Clarias
sp)
|
12,2 gr/ekor
|
Gradual
↓
12,1
gr/ekor
|
Perlakuan
400C
0,1
gr/ekor
|
400C
|
Perlakuan
400C
10,57
gr/ekor
|
Perlakuan
400C
1,63
gr/ekor
|
Keterangan
: Pada perlakuan 400C, menit ke-40 ikan Lele mati 5 ekor dengan
bobot akhir 10,57 gr/ekor.
Tabel.
4 Jumlah Ikan yang Hidup
Perlakuan
|
∑ Ikan Nila yang Hidup
|
∑ Ikan Lele yang Hidup
|
Gradual ↓ 29-170C
|
5 ekor
|
5 ekor
|
Perlakuan 400C
|
5 ekor
|
-
|
4.1.1.2.
Rumus Mencari Mortalitas
1. Ikan Lele
·
Perlakuan
400C
= 100%
·
Gradual
29-170C
= 0%
2.
Ikan
Nila
·
Perlakuan
400C
= 0%
4.1.1.3. Rumus Mencari Survival Rate
·
Gradual
29-170C
= 0%
1.
Ikan
Lele
·
Perlakuan
400C
= 0%
·
Gradual
29-170C
= 100%
2.
Ikan
Nila
·
Perlakuan
400C
= 100%
·
Gradual
29-170C
= 100%
4.1.2.
Hasil Praktikum Salinitas
Tabel.
1 Tingkah Laku Ikan Pada Salinitas Gradual 5-25 ppt
Waktu (menit)
|
Menit ke
|
Salinitas
|
Tingkah Laku Ikan Nila
|
Tingkah Laku Ikan Lele
|
10
|
1
|
5 ppt
|
Diam
di dasar
|
Operculum
bergerak cepat
|
2
|
Warna
tubuh semakin memucat
|
Megap-megap
dan berwarna pucat
|
||
3
|
Sirip
ekor berwarna merah
|
Bergerak
aktif
|
||
4
|
|
|
||
5
|
|
Menabrak
dinding
|
||
6
|
Sirip
punggung bergarak cepat
|
1
ekor mengambang
|
||
7
|
|
1
ekor berenang berdiri
|
||
8
|
|
|
||
9
|
Semua
ikan berenang di dasar
|
|
||
10
|
|
Lele
mulai stress
|
||
20
|
11
|
10 ppt
|
Sirip
ekor memerah
|
Berputar-putar
dan bergerak cepat
|
12
|
|
1
kor pinsan
|
||
13
|
|
Bergerak
cepat
|
||
14
|
Tubuh
semakin memucat
|
|
||
15
|
Mata
semakin memerah
|
|
||
16
|
Berenang
dipermukaan
|
|
||
17
|
|
2
ekor stress
|
||
18
|
|
|
||
19
|
|
|
||
20
|
|
|
||
30
|
21
|
15 ppt
|
|
Melompat-lompat
kepermukaan
|
22
|
Lingkaran
hitam mata membesar
|
Melompat
kepermukaan
|
||
23
|
|
Tubuh
bebercak putih dan berenang kepermukaan
|
||
24
|
|
3
ekor pinsan
|
||
25
|
|
Melompat
kepermukaan
|
||
26
|
|
Mata
kelihatan pucat
|
||
27
|
|
|
||
28
|
|
|
||
29
|
|
|
||
30
|
|
Seluruh
lele kelihatan pucat
|
||
40
|
31
|
20 ppt
|
|
Berenang
kepermukaan
|
32
|
|
|
||
33
|
|
|
||
34
|
Bergerak
semakin aktif
|
|
||
35
|
|
|
||
36
|
|
|
||
37
|
|
Bergerak
aktif dan menabrak dinding
|
||
38
|
Menabrak
dinding
|
|
||
39
|
|
|
||
40
|
|
Berenang
di permukaan
|
||
50
|
41
|
25 ppt
|
Menguap-nguap
kepermukaan
|
|
42
|
|
|
||
43
|
|
Mengambang
kepermukaan
|
||
44
|
|
|
||
45
|
|
|
||
46
|
Masih
berenang aktif
|
2
ekor berenang dipermukaan
|
||
47
|
|
|
||
48
|
1
ekor megap-megap ke permukaan
|
3
ekor berenang dipermukaan
|
||
49
|
|
4
ekor berenang dipermukaan
|
||
50
|
Banyak
mengeluarkan veses dan tubuh kelihatan pucat
|
Tubuh
semakin memerah
|
Tabel.
2 Tingkah Laku Ikan Pada Salinitas 10 ppt
Waktu (menit)
|
Menit ke
|
salinitas
|
Tingkah Laku Ikan Nila
|
Tingkah Laku Ikan Lele
|
10
|
1
|
10 ppt
|
Warna
pucat berenang di dasar
|
Sering
ke permukaan
|
2
|
|
Berenang
menabrak dinding
|
||
3
|
|
1
ekor melompat
|
||
4
|
|
Mulut
mulai memerah
|
||
5
|
|
|
||
6
|
|
|
||
7
|
|
1
ekor melompat ke luar
|
||
8
|
Mulut
terbuka cepat
|
1
ekor berenang berdiri
|
||
9
|
Operculum
terbuka lebar tetapi lambat
|
1
ekor mengejar 2 ekor ikan Nila
|
||
10
|
|
Menabrakan
mulutnya ke dinding
|
||
20
|
11
|
Sirip
dada bergerak cepat
|
Berenang
aktif
|
|
12
|
|
4
ekor kepermukaan
|
||
13
|
Mulut
terbuka lebar dan menabrak ke dinding
|
|
||
14
|
|
|
||
15
|
|
|
||
16
|
|
3
ekor kepermukaan
|
||
17
|
Sirip
ekor bergerak
|
|
||
18
|
|
5
ekor ke permukaan
|
||
19
|
|
|
||
20
|
|
|
||
30
|
21
|
|
|
|
22
|
|
|
||
23
|
|
4
ekor mengumpul ke permukaan
|
||
24
|
|
|
||
25
|
|
|
||
26
|
|
|
||
27
|
Mulut
ikan terbuka lebar, sirip dada dan sirip ekor bergerak cepat
|
Lele
sering melompat keluar
|
||
28
|
|
|
||
29
|
Berenang
di dasar air
|
|
||
30
|
|
|
||
40
|
31
|
2
ekor berenang ke permukaan sambil membuka mulutnya mengambil oksigen
|
Terus
berusaha melompat keluar
|
|
32
|
|
|
||
33
|
|
|
||
34
|
|
|
||
35
|
|
Berenang
berdiri di dinding
|
||
36
|
1
ekor mengeluarkan veses
|
2
ekor berdiri kepermukaan
|
||
37
|
|
5
ekor berdiri kepermukaan
|
||
38
|
Mulut
terbuka lebar dengan lambat
|
2
ekor seluruh badannya memerah
|
||
39
|
|
|
||
40
|
|
|
||
50
|
41
|
10 ppt
|
|
|
42
|
|
5
ekor berdiri di permukaan
|
||
43
|
Operculum
terbuka cepat
|
|
||
44
|
|
|
||
45
|
Mata
semakin memerah dan berenang aktif
|
5
ekor tidak aktif berenang hanya berdiri di permukaan
|
||
46
|
1
ekor berenang ke permukaan
|
|
||
47
|
|
|
||
48
|
|
|
||
49
|
2
ekor ke permukaan
|
|
||
50
|
Mulut
terus terbuka
|
Seluruh
ikan mengambang di permukaan
|
Tabel.
3 Perubahan Bobot Ikan
Salinitas
|
Jenis Ikan
|
Bobot Awal
|
Bobot Akhir
|
Δ Bobot
|
Konstan 10 ppt
|
Nila
|
230,56 gr
Rata-rata
46,11 gr
|
85,26 gr
Rata-rata
17,05 gr
|
145,3 gr
|
Lele
|
160,07 gr
Rata-rata
32,01 gr
|
26,13 gr
Rata-rata
5,23 gr
|
133,94 gr
|
|
Gradual
5-25 ppt
|
Nila
|
238,63 gr
Rata-rata
47,726 gr
|
87,77 gr
Rata-rata
17,154 gr
|
150,86 gr
|
Lele
|
171,17 gr
Rata-rata
84,23 gr
|
26,13 gr
Rata-rata
5,22 gr
|
28,68 gr
|
Tabel.
4 Jumlah Ikan yang Hidup
Perlakuan
|
∑ Ikan Nila yang Hidup
|
∑ Ikan Lele yang Hidup
|
Gradual 5-25 ppt
|
5 ekor
|
5 ekor
|
Perlakuan salinitas 10 ppt
|
5 ekor
|
5 ekor
|
4.1.1.2.
Rumus Mencari Mortalitas
3.
Ikan
Lele
·
Perlakuan
10 ppt
= 0%
·
Gradual
5-25 ppt
= 0%
4.
Ikan
Nila
·
Perlakuan
10 ppt
= 0%
4.1.1.3. Rumus Mencari Survival Rate
·
Gradual
5-25 ppt
= 0%
3.
Ikan
Lele
·
Perlakuan
10 ppt
=100%
·
Gradual
5-25 ppt
= 100%
4.
Ikan
Nila
·
Perlakuan
10 ppt
= 100%
·
Gradual
5-25 ppt
= 100%
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Pengaruh Suhu Air terhadap ikan nila
dan ikan lele
Salah satu faktor fisik lingkungan
perairan adalah suhu,berdasarkan praktikum yang kami lakukan di di
Departemen Perikanan Sebelah Barat PPPPTK Pertanian Cianjur,dengan menggunakan sample ikan nila dan ikan lele
kami menemukan sesuatu ke samaan dan sedikit perbedaan dengan para ahli. Kenaikan suhu air akan dapat
menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut (Kanisius. 2005; 22-23):
a. Jumlah oksigen terlarut di dalam
air menurun.
b. Kecepatan reaksi kimia meningkat
c. Kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu.
d. Jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
Hal tersebut hampir sama seperti hasil praktikum yang
kami lakukan pada ikan nila dan ikan lele yang menjadi sample kami,bahwa ikan akan mengalami stres
manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi.Suhu tinggi
tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status
kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah,banyak
mengeluarkan feses,
kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan
menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya
sistem imun (Tunas. 2005;16-17). Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air
mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan
pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Dari
masing-masing karakteristik yang dimiliki ikan, kami berfikir bahwa suhu juga berpengaruh dalam proses hidup
ikan. Biasanya suhu berperan penting terhadap adaptasi fisiologi. Penyesuaian
fungsi alat-alat tubuh terhadap keadaan lingkungan ini yang kemudian
menyangkutkan operkulum sebagai salah satu organ tubuh yang ikut andil dalam
adaptasi fisiologi. Operkulum ikan yang membuka dan menutup sangat bergantung
terhadap suhu air sebagai media hidup ikan.seperti
sampel ikan yang kami masukkan kedalam air yang bersuhu 40°c overculum nya berkerja dengan sangat cepat
dan sangat contras bila kita melihat pada sample gradual 29-17°c
ikan dan pergerakan overculumnya sangat lambat. hal tersebut sesuai
seperti yang dikatakan oleh para ahli; Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif
tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Gerakan
operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Berarti, suhu merupakan faktor pembatas bagi
kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya
gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk
mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya. Hal
tersebutlah yang menyebabkan sample ikan lele pada suhu 40°c kami mati.
Menurut
Fujaya (1999;106) rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau
hewan air harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk
mengambil Oksigen. Fujaya menambahkan bahwa tidak hanya volume besar yang
dibutuhkan tetapi juga energi pemompaan juga semakin besar. Menurut Nolan dan
Collin (1996;4) suhu air dalam akuarium dalam percobaaan menggunakan bak
plastik yang tinggi tidak hanya mempengaruhi kelarutan oksigen tetapi
juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.
4.2.2. Pengaruh Salinitas Air Terhadap Ikan Nila
Dan Ikan Lele
Berdasarkan
hasil praktikum dan pengamatan yang telah kami lakukan pada kisaran
salinitas,5-25ppt kami juga menemukan beberapa kesamaan seprti yang dikatakan
oleh para ahli bahwa; setiap organisme walaupun menempati
habitat atau salinitas yang berbeda pada waktu yang singkat masih mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungannya, Romimohtarto dan Juwana, (2006).hal itu lah
yang terjadi pada ikan nila dan ikan lele yang menjadi sample kami. meskipun
kami yakin ikan lele pasti akan mati jika salinitasnya ditambah lagi tetapi
tidak pada ikan nila meski pada salinitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi, (2002) bahwa
organisme yang bersifat eurihaline mampu melakukan adaptasi dengan salinitas
lingkungan yang tinggi.
Salinitas yang digunakan pada saat praktikum adalah konstan 10 ppt dan gradual
5-25ppt. Tingkah laku ikan lele dan ikan nila selama pengamatan
dari menit pertama masih aktif bergerak sampai tidak bergerak (diam). Tingkah
laku lele
yang sering berada pada sumber aerasi karena pada salinitas yang tinggi
kandungan oksigen terlarut pada perairaran akan rendah. Berbeda dengan ikan
nila yang masih saja aktif bergerak dapat bertahan dengan salinitas 5-25 ppt. Ikan yang digunakan pada masa
percobaan juga semua masih hidup total survival rate nya 100% sampai akhir
percobaan selama 50
menit.
Kandungan
kadar garam dalam suatu media berhubungan erat dengan sistem (mekanisme)
osmoregulasi pada organism air tawar. Affandi (2001) berpendapat bahwa organism
akuatik mempunnyai tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya. Oleh
karena itu ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar
proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal.
Dalam pengaturan tekanan osmotik
pada setiap ikan, termasuk ikan lele melibatkan peran beberapa organ. Hal ini sesuai dengan
pendapat Affandi (2001) bahwa organ osmoregulasi pada ikan meliputi ginjal,
insang, kulit dan saluran pencernaan. Pada pengamatan tingkah laku ikan lele, cenderung terlihat pasif bergerak.
Berdasarkan
pendapat Affandi (2001) bahwa insang merupakan organ penting yang mampu
dilewati air mapun mineral, pemeabilitas tinsang yang tinggi terhadap ion-ion
dapat menyebabkan insang pasif bergerak. Untuk organ dalam yang berhubungan
dengan organ osmoregulasi tidak dapat diketahui secara pasti pengaruhnya
terhadap kadar salinitas karena hanya dilakukan pengamtan tingkah laku ikan
saja. Pengaruh organ-organ tersebut hanya dapat diketahui berdasarkan literatur
yang ada.
Selama perlakuan pertama
berlangsung, penggunaan aerasi pada saat pengamatan, sangat dibutuhkan untuk
menyuplai kandungan oksigen pada saat salinitas tinggi, khususnya bagi ikan lele. Karena pada salinitas tinggi telah
diketahui bahwa kandungan oksigen rendah, maka ikan lele sering berkumpul didaerah aerasi.
Bukaan mulut yang cepat, gerakan tapis insang yang cepat pada perlakuan yang
menggunakan kadar salinitas 10 dan 5-25 ppt dilakukan oleh ikan lele karena untuk mendapatkan oksigen.
Pada salinitas yang tinggi, ikan dalam adaptasinya akan kehilangan air melalui
difusi keluar badannya. Walaupun demikian, salinitas air sebaiknya tidak
mengalami fluktuasi (naik-turun) yang besar. Dalam budidaya ikan, nilai
salinitas harus stabil, tidak mengalami perubahan ekstrem (drastis) mencapai
angka 5.
BAB
V
PENUTUP
5.1.
KESIMPULAN
5.1.1. Suhu
Semakin
tinggi suhu air maka jumlah operkulum semakin meningkat begitu pula sebaliknya.
ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang
dapat ditoleransi. Jika
batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan
mati. suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa
suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan
akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat
sesuai kebutuhan respirasinya. Hal tersebutlah yang menyebabkan
sample ikan lele pada suhu 40°c kami
mati.
5.1.2. Salinitas
setiap
organisme walaupun menempati habitat atau salinitas yang berbeda pada waktu
yang singkat masih mampu melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku lele yang sering berada pada sumber aerasi karena pada salinitas
yang tinggi kandungan oksigen terlarut pada perairaran akan rendah. Berbeda
dengan ikan nila yang masih saja aktif bergerak dapat bertahan dengan salinitas
5-25 ppt. Perbedaan salinitas sangat mempengaruhi laju proses
osmoregulasi pada ikan. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik
cairan tubuh yang dilakukan oleh organisme air untuk mengatur kehidupannya
sehingga proses-proses fisiologis berjalan normal.
5.2. SARAN
Adapun saran yang bisa kami sampaikan pada kegiatan
praktikum kali ini adalah sebaiknya di sediakan buku penunjang di atas meja
agar ketika melakukan kegiatan praktikum kita bisa membandingkan anatara
praktikum yang kami lakukan dengan hasil praktikum dari buku penunjang. Hal ini
dilakukan agar kita dapat mengetahui apakah kegiatan praktikum yang kami
lakukan sesuai atau tidak dalam buku tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan.
Rineka Cipta : Jakarta.
Ø Kusrini, E. 2007. Adaptasi
Fisiologis Terhadap Salinitas. Rineka Cipta : Jakarta
Ø Romimohtarto dan Juwana, 2006. Biologi Laut. Erlangga
: Jakarta
Ø http://teknikbudidayaikan.blogspot.com/2012/01/laporan-praktik-fisiologi-hewan-air.html
Ø
http://wwwrizalbireuen.blogspot.com/2010/03/pengaruh-salinitas-terhadap-pertumbuhan.html. ( Diunduh pada hari kamis, 14 Desember 2012, pukul 19.30 ).
o
(
Diunduh pada hari jum’at, 14 Desember 2012, pukul 19.30 ).
Ø
http://aryansfirdaus.wordpress.com/2010/10/25/pengaruh-suhu-dan-salinitas-terhadap-keberadaan-ikan/. ( Diunduh pada hari jum’at, 14 Desember 2012, pukul 19.30 ).
Ø
http://wayanfishery.blogspot.com/2011/06/laporan-manajemen-kualitas-air.html. (Diunduh pada hari jum’at, 14 Desember 2012, pukul 19.30 ).
Ø
http://www.scribd.com/doc/42557430/ADAPTASI-IKAN. ( Diunduh pada hari jum’at, 14 Desember 2012, pukul 19.30 ).
Ø http://www.scribd.com/doc/49940458/Toleransi-Salinitas. ( Diunduh pada hari jum’at, 14 Desember 2012, pukul 19.30 ).
Komentar
Posting Komentar