PRODUKSI BLOODWORM DARI HASIL SAMPING BUDIDAYA MOINA
Larva chironomida yang biasa dikenal sebagai bloodworm adalah salah satu pakan alami yang cukup populer dan banyak digunakan. Kandungan nutrisinya yang kaya protein membuat pakan alami ini sangat disukai oleh pembudidaya ikan khususnya ikan hias. Kandungan protein bloodworm dapat mencapai 56,60% dan lemak 2,80%, selain itu juga bloodworm mengandung pigmen karoten berupa astaxanthin (Priyambodo dan Wahyuningsih, 2003).
Dalam kegiatan budidaya masal moina, bloodworm banyak ditemukan pada saat
proses panen, baik dalam keadaan melayang ataupun masih melekat dalam kepompong
di dasar bak. Untuk mendapatkannya sebagai
hasil samping dari budidaya moina maka perlu dilakukan sortasi pada saat
pemanenan moina, dengan demikian produktivitas wadah budidaya moina menjadi
meningkat.
BUDIDAYA
MASSAL MOINA
Ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan dalam budidaya massal moina, proses tersebut diantaranya adalah
sterilisasi wadah, kultur massal chlorella sebagai media budidaya, inokulasi
dan pemeliharaan moina sampai dengan pemanenan.
Wadah yang digunakan dalam hal ini
adalah bak beton berkapasitas 30 ton, dalam proses sterilisasinya dilakukan pengeringan
dan penjemuran selama minimal 24 jam kemudian dilakukan klorinisasi air media
dengan dosis 30 ppm. Untuk menghilangkan residu klorin maka ke dalam air media
budidaya diberi aerasi kuat selama minimal 24 jam.
Proses selanjutnya adalah pemupukan
air media untuk menumbuhkan phytoplankton yang dalam hal ini adalah chlorella sp. Jenis dan jumlah pupuk
tersebut dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jenis dan dosis pupuk yang
digunakan
NO
|
JENIS
PUPUK
|
JUMLAH
|
1
|
UREA
|
3 KG
|
2
|
TSP
|
3 KG
|
3
|
Dedak
|
3 kg
|
4
|
Tepung kedelai
|
1,5 kg
|
5
|
Tepung ikan
|
1,5 kg
|
Gambar Jenis pupuk
Setelah dilakukan pemupukan maka pada
hari berikutnya dimasukan inokulan chlorella
sp ke dalam air media kultur, jumlah
inokulan yang dimasukan sebanyak 20 liter dengan kerapatan sel 3.106 –
5.106 sel/ml. Inokulasi moina dilakukan pada hari keempat saat chlorella sp berada dalam fase eksponen
dengan kerapatan sel 5,1x106 - 8,3x106 sel/ml.
Grafik Pola pertumbuhan Chlorella sp pada kultur massal dalam
bak 30 ton
Jumlah moina yang dimasukan sebagai
inokulan adalah sebanyak 1 kg, hal yang harus diperhatikan dalam proses
inokulasi adalah inokulan moina yang digunakan bukan berada dalam tahap naupli
ataupun remaja akan tetapi harus merupakan induk produktif yang siap
bereproduksi, hal ini bertujuan untuk mempercepat siklus budidaya. Semakin lama
proses perkembangan moina dapat beresiko untuk kemungkinan terjadinya kekurangan
media Chlorella yang diakibatkan oleh berkurangnya nutrien dalam media
tersebut.
Gambar Induk Moina
sp
PENGAMATAN
CHIRONOMIDA
Pada hari ketiga biasanya telur-telur
Chironomida mulai banyak terlihat dipermukaan media budidaya moina, Menurut
Hersey dan Lamberti (2001), Telur tersebut terdapat dalam kantung-kantung
bergelatin yang merupakan pelindung massa telur, kemudian diletakkan di permukaan
air dan biasanya menetas setelah 24-36
jam. Krisanti M (2012) juga menambahkan bahwa dalam setiap massa telur terdapat
100-2000 butir telur tergantung pada spesiesnya. Telur-telur tersebut
kemudian tenggelam dan menempel pada
substrat-substrat yang tenggelam untuk kemudian menetas dan membuat kepompong.
Untuk menunjang pertumbuhannya dalam
kepompong, Pinder dalam
Krisanti, M. (2012) menjelaskan bahwa ada beberapa cara makan yang dilakukan
oleh larva chironomida diantaranya adalah ada yang bersifat detrivor yaitu memakan organisme atau
algae yang sudah mati, grazer yaitu memakan algae dan fitoplankton, dan
beberapa ada yang bersifat predator
atau memangsa avertebrata lain yang lebih kecil.
PANEN DAN SORTASI BLOODWORM
Setelah 3-4 hari proses kultur maka
moina dapat dipanen dan dilakukan sortasi, indikator secara visualnya adalah
warna perairan media mulai transparan hingga kecoklatan. Pemanenan moina
dilakukan dengan menggunakan planktonet yang diletakan pada outlet bak kultur.
Sortasi pertama dilakukan untuk
memisahkan moina dengan bloodworm
yang sudah lepas dari kepompongnya, dari proses panen ini akan didapatkan bloodworm yang bersih dan siap dikemas
dalam bentuk beku.
Gambar panen moina
Gambar sortasi pertama
Gambar bloodworm hasil sortasi
Sortasi kedua adalah memisahkan bloodworm dari kepompong dan sisa pupuk pada
dasar bak setelah dilakukan pemanenan total, proses panen total dilakukan
dengan mengalirkan bloodworm yang
masih tertinggal pada sedimen/dasar bak dan menampungnya dalam hapa colector untuk dilakukan penyaringan kasar,
penyaringan kedua dilakukan kembali seperti
pada saat sortasi pertama dengan menggunakan serok halus, setelah itu bloodworm siap untuk di kemas dan
disimpan dalam kondisi beku.
Gambar panen total bloodworm
Gambar bloodworm colector pada outlet bak
Dari hasil panen dan sortasi tersebut,
jumlah moina yang didapatkan sebanyak 3,5-9 kg dan jumlah total bloodworm setelah melalui dua kali
penyaringan mencapai 2-3,5 kg. Ukuran moina saat dipanen adalah 0,4-0,6 mm
sedangkan variasi panjang bloodworm saat panen berkisar antara 0,5-1,0 cm.
Ada beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi jumlah produksi moina dan bloodworm,
salah satunya yang paling utama adalah kondisi cuaca/presipitasi. Kondisi
presipitasi baik ringan hingga besar dapat menghambat pertumbuhan Chlorella sp sebagai media budidaya moina. Selain itu hujan juga dapat
mengganggu proses perkawinan serangga chironomida yang kemudian berpengaruh
terhadap produksi telur dan kelimpahan larva chironomida pada media budidaya.
PENGEMASAN
BLOODWORM
Bloodworm yang sudah dipanen dan dibersihkan
kemudian dikemas dalam plastik klip untuk selanjutnya disimpan dalam freezer,
jumlah bloodworm dalam setiap kemasan
sebanyak 100 gr dan dikemas sedemikian rupa hingga membentuk lempeng agar mudah
dalam penggunaannya.
Gambar pengemasan bloodworm
Harsey, AE and Lamberty, GA, (2001). Aquatic insect ecology. In Thorp
JH and Covich AP. (Eds) Clasification of north american freshwater
invertebrates. 2nd Edition. Academic Press. San diego.
Krisanti, M. (2012). Produktivitas larva Chironomidae pada substrat
buatan di kedalaman perairan dan kandungan bahan organik berbeda. Disertasi
Pascasarjana IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Pinder. (1986). Biology of
freshwater Chironomidae. Ann. Ref. Entomol. 31: 1-23
Tridayanti, S. 2000. Daur hidup dan pertumbuhan Chironomus sp.
(Chironomidae: Diptera) pada kondisi laboratorium. Skripsi. Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ward. (1992). Aquatic insect ecology : Biology and Habitat. John
Wiley and Sons inc. New York.
Komentar
Posting Komentar