BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan Arwana
Super Red (Scleropages formosus) merupakan ikan hias air tawar asli Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Eksploitasi yang berlebihan terhadap ikan
ini menyebabkan ikan ini masuk dalam daftar merah satwa langka. Mengingat nilai
ekonomisnya yang tinggi maka perdagangan ikan ini masih diperbolehkan asalkan
merupakan generasi F3 dari penangkaran. Oleh karena itu peran budidaya sangat
berpengaruh terhadap keberlanjutan konservasi dan pemanfaatan Arwana Super Red.
Budidaya Ikan Arwana Super Red terutama teknologi perbenihan membutuhkan
keahlian yang memadai dalam persiapan wadah, pemeliharaan induk, pemanenan
larva, pemeliharaan larva dan benih, pengelolaan kualitas air dan penanganan
terhadap penyakit. Dalam persiapan wadah yang harus diperhatikan adalah
kesesuaian wadah dan kesterilan wadah dari patogenpatogen berbahaya bagi ikan.
Dengan wadah pemeliharaan yang baik akan menghasilkan produk yang berkualitas
dan menurunkan tingkat kecemaran penyakit serta kematian ikan. Selain itu,
induk harus dipelihara dengan baik karena akan menentukan keberhasilan dalam
pemijahan dan pengeraman larva. Pemanenan larva menentukan kelangsungan hidup
selanjutnya yang akan bernilai tinggi jika dilakukan kurang lebih 40 hari
setelah pengeraman induk pertama. Pada waktu itu larva masih mempunyai sedikit
kuning telur di tubuhnya. Selanjutnya, dalam pemeliharaan larva dan benih
diperlukan teknologi dalam pengelolaan air, pakan dan kesehatan karena ikan
pada stadia ini sangat rentan terhadap penyakit dan perubahan kualitas air. Ikan
Arwana Super Red (Scleropages formosus) merupakan ikan hias air tawar asli
Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Eksploitasi yang berlebihan
terhadap ikan ini menyebabkan ikan ini masuk dalam daftar merah satwa langka.
Mengingat nilai ekonomisnya yang tinggi maka perdagangan ikan ini masih
diperbolehkan asalkan merupakan generasi F3 dari penangkaran. Oleh karena itu
peran budidaya sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan konservasi dan
pemanfaatan Arwana Super Red. Budidaya Ikan Arwana Super Red terutama teknologi
perbenihan membutuhkan keahlian yang memadai dalam persiapan wadah,
pemeliharaan induk, pemanenan larva, pemeliharaan larva dan benih, pengelolaan
kualitas air dan penanganan terhadap penyakit. Dalam persiapan wadah yang harus
diperhatikan adalah kesesuaian wadah dan kesterilan wadah dari patogenpatogen berbahaya
bagi ikan. Dengan wadah pemeliharaan yang baik akan menghasilkan produk yang
berkualitas dan menurunkan tingkat kecemaran penyakit serta kematian ikan.
Selain itu, induk harus dipelihara dengan baik karena akan menentukan
keberhasilan dalam pemijahan dan pengeraman larva. Pemanenan larva menentukan
kelangsungan hidup selanjutnya yang akan bernilai tinggi jika dilakukan kurang
lebih 40 hari setelah pengeraman induk pertama. Pada waktu itu larva masih
mempunyai sedikit kuning telur di tubuhnya. Selanjutnya, dalam pemeliharaan
larva dan benih diperlukan teknologi dalam pengelolaan air, pakan dan kesehatan
karena ikan pada stadia ini sangat rentan terhadap penyakit dan perubahan
kualitas air.
Gambar 1. Ikan Arwana Super Red (Scleropages formosus)
1.2. 1.2
Tujuan
Memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan untuk
mengeksplorasi teknik pembenihan
Arwana Super Red sehingga kelestarian ikan ini dapat dijaga dan nilai ekonomisnya dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan manusia.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan
artikel ini berupa data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui 3
pendekatan :
1.
Mengikuti secara langsung seluruh kegiatan pembenihan Ikan Arwana Super Red di
PT Inti Kapuas Arwana, Tbk. berupa persiapan kolam, penebaran induk, pemeliharaan
induk, pemijahan induk, pemanenan larva, persiapan inkubator larva,
pemeliharaan larva, pemberian chip, pengemasan larva dan pengobatan ikan.
2.
Melakukan diskusi dengan pimpinan tambak, teknisi lapangan, staf pegawai, staf
RND dan pihak-pihak lain yang berkompeten di bidangnya.
3. Mencari keterangan ilmiah dan teoritis dari
berbagai literatur untuk mendapatkan solusi dari permasalahan atau kendala yang
dihadapi dalam usaha pembenihan Arwana Super Red.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil dan Pembahasan
Ikan arwana termasuk ikan yang sulit
untuk diidentifikasi ciri kelaminnya. Ada beberapa ciri-ciri yang dapat
dijadikan pedoman untuk membedakan jantan dan betina yang selengkapnya tertera
pada Tabel 1.
Tabel
1. Perbedaan Morfologi Jantan dan Betina Ikan Arwana Super Red
Jantan
|
Betina
|
Mulut lebih lebar
|
Mulut lebih keceil
|
Pipi lebih besar
|
Pipi lebih kecil
|
Badan lebih ramping
|
Badan agak gemuk
|
Gambar 2. Perbedaan Induk Jantan dan Betina Arwana
Super Red
v
Persiapan kolam
Persiapan kolam untuk induk arwana
terdiri dari beberapa langkah. Pertama kolam dikeringkan terlebih dahulu,
kemudian lumpur pada kolam tersebut dibuang dengan cara menyemprotkan air
bertekanan tinggi. Setelah itu konstruksi kolam seperti kaki lima, tanggul,
kelamir inlet dan outlet yang rusak diperbaiki. Kolam yang telah
dirombak diisi dengan pasir sebanyak 0,2 l/m3
untuk meningkatkan alkalinitas yang berfungsi sebagai penyangga (buffer)
pH air. Setelah kolam diisi air kemudian ditambahkan soda kue sebanyak 48
gram/m3
untuk meningkatkan pH, dan didiamkan selama 1 tahun untuk kolam baru dan 1
minggu untuk kolam lama. Setelah itu kolam dikeringkan kembali dan ditambahkan
kapur sebanyak 96 gram/m3 dan
pupuk kandang sebanyak 19,2 gram/m3 dan
direndam kembali selama 2 bulan untuk kolam baru dan 1 minggu untuk kolam lama.
v
Penebaran induk
Sebelum ditebar ke kolam, induk
diaklimatisasi terlebih dahulu agar tidak mengalami stres akibat kondisi
lingkungan yang baru, terutama terhadap parameter suhu dan pH air. Induk yang
ditebar di kolam merupakan induk yang memiliki kriteria yang baik seperti
sehat, tidak cacat, dan berumur lebih dari empat tahun. Proses aklimatisasi
dilakukan dengan cara ikan yang dibungkus dalam plastik packing dimasukkan
ke kolam dalam posisi terapung selama 1-5 menit kemudian sedikit demi sedikit
air dari kolam pemeliharaan dimasukkan ke dalam wadah plastik tersebut agar
ikan terbiasa dengan lingkungan barunya. Selanjutnya ikan dilepas secara
perlahan-lahan ke dalam kolam. Induk ditebar ke kolam dengan padat tebar 7-10
ekor/100 m2.
Dalam penebaran perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1 : 1.
v
Pemeliharaan induk
Induk
Arwana Super Red dipelihara secara masal dalam satu wadah. Pemeliharaan Arwana
Super Red yang dilakukan meliputi pemberian pakan, pengelolaan kualitas air,
dan pemeriksaan kesehatan ikan.
v
Pemberian pakan induk
Pemberian pakan dilakukan 1-2 hari
sekali pada sore hari berupa kodok sawah atau udang. Metode yang digunakan
untuk pemberian pakan induk merupakan gabungan dari metode retricted (jumlah
pakan 1,25% dari bobot tubuh ikan) dan ad satiation (pemberian pakan sekenyangnya
ikan). Jumlah pakan yang diberikan harus tepat dengan kebutuhan ikan karena
pemberian pakan yang berlebih akan membuat kualitas air menurun akibat
pencemaran bahan organic dan sisa pakan yang akan menjadi racun bagi ikan dan
menjadi tempat berkembangbiaknya penyakit. Kekurangan jumlah pakan yang
diberikan akan menyebabkan proses reproduksi terganggu atau terhenti bahkan
telur yang sedang berkembang dapat diserap kembali oleh induk sebagai pengganti
sumber energi.
v
Pengelolaan Kualitas Air Kolam Induk
Pengelolaan kualitas air pada
pemeliharaan induk dilakukan dengan mempertahankan pH pada kisaran 5,5 sampai
6,5 dengan cara mengganti air secara teratur sebanyak 40-60% dari total air di
kolam setiap tiga sampai tujuh hari sekali atau disesuaikan dengan kualitas air
kolam. Pergantian air juga bergantung pada kualitas air sungai Kapuas, jika
kualitas air sungai memburuk akibat hujan lebat, surut atau kemarau panjang
yang mengakibatkan pH turun dan air keruh maka pergantian air harus ditunda
hingga kualitas air sungai membaik. Jika dalam waktu lama kualitas air sungai
tidak membaik sedangkan kualitas air kolam telah kritis maka dilakukan
pergantian air dengan menggunakan air dari penampungan.
v
Pemeriksaan Kesehatan Induk
Kesehatan induk yang ditebar di kolam
dipantau setiap hari dengan cara dilihat dari pos pemantauan atau dari tempat
yang agak tinggi di dekat kolam tersebut. Jika ditemukan ikan yang terlihat
sakit maka ikan tersebut harus diambil dari kolam lalu dilakukan karantina agar
penyakit tidak menular pada ikan lain dan dilakukan pengobatan terhadap ikan
tersebut.
v
Pemijahan Induk
Pemijahan Arwana dilakukan secara masal
yang merupakan turunan dari teknik pemijahan alami dengan cara menyatukan induk
jantan dan betina pada suatu komunitas dalam sebuah kolam pemijahan dengan
perbandingan satu jantan dan satu betina. Arwana merupakan ikan yang memiliki
waktu pematangan telur yang cukup lama yaitu kurang lebih 8 bulan. Ikan ini
juga merupakan jenis ikan mouthbreeder yang mengerami telurnya di mulut
induk jantan sampai menetas dan anaknya mampu berenang dengan sempurna dan
berburu makanan sendiri.
v
Pemantauan Induk Mengeram
Pemantauan induk yang mengeram dilakukan
pada malam hari dengan bantuan cahaya lampu halogen. Pada malam hari ikan
Arwana cenderung untuk mengapung di permukaan dan ikan ini memiliki sifat
fototaksis positif (menghampiri cahaya). Induk jantan yang mengeram dapat
ditandai dari menggembungnya rahang bagian bawah. Pada umumnya panen larva
dapat dilakukan 40 hari sejak induk ditemukan mengeram. Selama 40 hari tesebut
ikan yang mengeram dipantau terus menerus karena ada kemungkinan ikan membuang
telur yang dierami disebabkan tekanan dari ikan lain, persaingan teritorial
atau insting memelihara anak yang belum berkembang.
v
Pemanenan Larva
Panen dilakukan dengan menjaring semua
ikan dalam kolam oleh minimal 6 orang. Ikan yang telah dijaring kemudian
dipilih oleh kepala tambak untuk menemukan ikan yang sedang mengerami telur.
Setelah ikan yang mengeram ditemukan maka telur dikeluarkan dari mulut induk
oleh kepala tambak dengan cara memutar-mutarkan ikan agar ikan tersebut tenang,
kemudian mulut ikan dibuka dengan sekali hentakan agar larva keluar dari mulut
induk. Ikan Arwana dewasa merupakan ikan yang agresif, yaitu bila merasa
terganggu akan meloncat kepermukaan. Jika sampai loncatan induk Arwana tersebut
mengenai tubuh akan mengakibatkan luka yang fatal. Oleh karena itu proses
pemanenan larva Arwana harus dilakukan dengan hati-hati dan konsentrasi tinggi.
v
Persiapan Inkubator dan Akuarium
Inkubator digunakan untuk memelihara
larva sampai kuning telurnya habis. Alat ini berupa akuarium berukuran 30x 30 x
20 cm yang keadaannya dikondisikan agar mirip dengan kondisi di dalam mulut
induk. Dalam incubator disediakan arus buatan dengan cara memasang pipa segi
empat berlubang didalam inkubator. Arus tersebut dibuat oleh pompa yang
dirangkai bersama pipa. Air yang digunakan dalam inkubator berasal dari air
sungai yang diendapkan karena baku mutu kualitas airnya mirip dengan kualitas
air kolam. Penggunaan air olahan pada larva ditakutkan akan mengakibatkan
iritasi akibat residu klorin. Untuk mencegah terjadinya perubahan kualitas air
yang mendadak dalam inkubator
maka air disimpan dalam akuarium besar yang kemudian inkubator diletakkan di
kolam air dalam akuarium
tersebut. Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam persiapan inkubator adalah
dengan menyiapkan dan membersihkan semua peralatan berupa akuarium besar
berukuran 50 x 35 x 20 cm, inkubator , pipa yang telah dilubangi, pompa
(Aquilla P950-1300 L/jam), aerasi, pemanas air (water heater) dan sistem
filter. Setelah semua bahan siap, maka peralatan tersebut dirakit dengan
merakit sistem filter, kemudian meletakkan pipa berlubang dalam akuarium besar.
Selanjutnya inkubator diletakkan diatas pipa, lalu pompa dipasang pada pipa
dalam inkubator. Setelah semua sistem terpasang maka akuarium besar diisi
dengan air kolam sampai inkubator terendam 10 cm. Langkah terakhir adalah
memasang aerasi dan heater. Setelah sistem diadaptasi selama satu hari
maka inkubator tersebut siap digunakan untuk pemeliharaan larva.
Gambar 3. Inkubator tampak dari samping
v
Penebaran Larva
Sebelum ditebar larva diaklimatisasi
untuk mencegah stres larva akibat perubahan kualitas air yang mendadak.
Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan larva ke dalam plastik kemudian
plastik tersebut diapungkan pada permukaan air selama kurang lebih 5 menit atau
sampai embun air dalam plastic menghilang sebagai tanda suhu di akuarium sama
dengan suhu di dalam plastik. Setelah itu plastik dibuka lalu air dari dalam
akuarium sedikit demi sedikit dimasukkan dalam plastik dengan tujuan agar ikan
tidak mengalami stres akibat perubahan sifat kimia air. Langkah terakhir adalah
dengan menenggelamkan plastik dan membiarkan larva keluar dengan sendirinya
dari dalam plastik.
v
Pemeliharaan Larva dan Benih
Larva yang dipanen dari dalam mulut
induk disebut juga dengan larva prematur. Larva tersebut biasanya masih sangat
lemah karena belum mampu berenang bebas dan suplai nutrisinya masih bergantung
pada kuning telur. Oleh karena itu larva yang dikeluarkan tersebut perlu
ditempatkan pada inkubator untuk pemeliharaannya. Setelah larva mampu berenang
atau kurang lebih larva berumur 18-21 hari dari panen, larva dipindahkan ke
dalam akuarium hingga ukurannya mencapai 11-15 cm. Selama pemeliharaan larva
dilakukan pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan.
v
Pengelolaan Kualitas Air Inkubator Larva
Pengelolaan kualitas air dalam inkubator
dan akuarium dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan filter fisik dan
pergantian air secara rutin. Pada sistem inkubator dan akuarium dilakukan
pergantian air setiap hari sebanyak 30- 50% pada pagi hari. Air yang dimasukkan
ke dalam inkubator adalah air sungai yang telah diendapkan dan difilter
terus-menerus minimal selama 3 hari.
v
Pemberian Pakan Larva
Pemberian pakan pada larva dilakukan 4
kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00; 10.00; 13.00 dan 16.30. Larva yang
mulai kehabisan kuning telur sampai dengan umur 3 minggu diberikan pakan berupa
cacing beku (Chironomus sp.) dengan metode sekenyangnya (ad satiation).
Untuk ikan yang sudah bias berenang sempurna diberikan pakan berupa kodok biji,
jangkrik, ulat hongkong sesuai dengan bukaan mulut ikan secara ad satiation (pemberian
pakan sekenyangnya).
v
Chiping
Pemberian chip (chipping)
pada ikan Arwana bertujuan untuk memberikan identitas pada ikan tersebut untuk
tujuan sertifikasi karena ikan ini merupakan satwa yang dilindungi dan harus
dikontrol perdagangannya. Proses chipping dilakukan pada ikan-ikan yang
berukuran minimal 12 cm. Chip yang dimasukkan harus dalam keadaan steril untuk
menghindari infeksi. Chip tersebut dimasukkan dengan menggunakan injektor pada
sisik punggung ketiga dari kepala dibagian sebelah kanan ikan pada bagian
daging paling tebal.
Gambar 4. Proses Pemasukan chip
v
Pengemasan dan Transportasi Benih
Pengemasan (packing) merupakan
salah satu tahap pascapanen yang mempengaruhi keberhasilan produksi. Cara
pengemasan yang benar akan memperkecil resiko kematian ikan selama proses
transportasi. Pada saat pengemasan sebelumnya ikan harus dipuasakan terlebih
dahulu selama 2-3 hari. Pemuasaan bertujuan untuk mengeluaran kotoran dari
saluran pencernaan ikan. Diharapkan selama pengangkutan benih tidak
mengeluarkan kotoran yang akan mencemari wadah pengemasan. Apabila ikan yang
dikemas banyak mengeluarkan kotoran maka kualitas air akan menurun karena
meningkatnya jumlah amoniak yang dapat mengakibatkan kematian. Plastik yang
digunakan untuk mengemas ikan harus tebal, tidak kaku, tidak mudah sobek dan
berwarna putih bening. Langkah pertama dalam pengemasan adalah dengan melapisi
plastik yang jumlah lapisanya sesuai ukuran ikan. Untuk benih ikan cukup
menggunakan dua lapis plastik sedangkan untuk induk harus menggunakan empat
lapis plastik. Setelah plastik dilapisi maka ujung dari plastic kemasan diikat
dengan karet agar tidak terbentuk sudut yang dapat menghimpit ikan saat proses
transportasi. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari tempat
pemeliharaan ikan. Hal ini bertujuan untuk mencegah stres ikan akibat perubahan
air yang mendadak. Pemberian air cukup ¼ bagian dari tinggi plastik kemasan.
Setelah benih dimasukkan maka plastik kemasan diberi oksigen dengan jumlah dua
kali lipat dari air lalu plastik diikat dengan karet.
v
Penyakit dan Kesehatan Ikan Arwana Super Red
Penyakit merupakan permasalahan yang
bersifat teknis dalam pemeliharaan arwana. Beberapa penyakit yang sering muncul
dalam budidaya arwana yaitu telur rusak, kembang sisik, kutu bulat, kutu jarum,
dan katarak.
v Telur rusak
Busuk telur atau telur rusak hanya
terjadi pada larva yang masih menggendong kuning telur. Busuk telur sebenarnya
merupakan rusaknya kuning telur ikan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti
infeksi bakteri dan jamur maupun penurunan kualitas air saat telur berada dalam
mulut induk. Telur yang busuk dapat dilihat dari munculnya warna putih atau merah
kehitaman pada kuning telur. Cara pengobatan busuk telur adalah dengan
melakukan pemotongan kuning telur dan pemberian antibiotik oxytetracyclin dan
sulfadiazin (5 ppm) sebelum pemotongan.
v Kembang Sisik
Kembang sisik merupakan penyakit dengan
gejala terbukanya sisipan antar sisik. Penyakit ini biasanya terjadi sebagai
bentuk stres akibat penurunan suhu yang mendadak. Kembang sisik sendiri bukan
merupakan penyakit yang membahayakan tetapi saat ikan mengalami kembang sisik
maka daya tahan ikan akan sangat menurun sehingga rawan terhadap infeksi
bakteri patogen. Untuk menyikapi hal tersebut maka selama kembang sisik ikan
dipelihara dalam air yang direndam dengan tetracyclin (20 ppm) +
Acriflavin® (5ppm)
melalui metode long bath (perendaman jangka panjang).
v Katarak
Katarak ditandai dengan mata ikan yang
terlihat seperti berkabut. Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri pada
mata ikan. Pengobatan dapat dilakukan dengan merendam ikan dengan oxytetracyclin
(20 ppm) dan garam (0,5 ppt) dalam jangka waktu yang panjang.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Arwana Super Red merupakan ikan endemik
Indonesia yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi sebagai ikan hias populer
di dunia. Hal ini menyebabkan eksploitasi berlebihan yang mengakibatkan
kepunahan dihabitat aslinya. Budidaya merupakan salah satu solusi yang bisa
diambil untuk menjaga kelestarian Arwana Super Red sekaligus tetap memanfaatkan
nilai ekonomisnya. Ekplorasi terhadap teknologi pembenihan budidaya Arwana
Super Red akan menjamin keberlangsungan kegiatan budidaya ikan ini. Teknologi
dalam pembenihan budidaya meliputi pemeliharaan induk, pengelolaan kualitas
air, pemanenan larva, pemeliharaan larva, pengendalian penyakit dan teknik pemberian
pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Emilia,
SP. 2002. Mengenal Lebih Dekat Arowana si Ikan Naga. PT. AgroMedia
Pustaka.
Jakarta.
Haryono
dan Agus Hidaiat T. 2005. Metode Survei dan Pemantauan Populasi
Satwa,
Seri Kedua - Ikan Siluk. Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI. Bogor.
The
International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources
(IUCN) Report. 2000.
The World Conservation Union on the Effectiveness of Trade Measures Contained
in The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora (CIT).
Kak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
BalasHapushttp://publish.lycos.com/arwanasss/2018/08/15/arwanas/
.