1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagian besar dari permukaan bumi kita
tertutup oleh air.Air yang ada dipermukaan bumi kita ini memiliki kegunaan masing-masing.Baik
itu untukkonsumsi maupun untuk budidaya, air mesti memenuhi syarat-syarat
tertentu yang dinamakan tingkat kualitas air.Kualitas air merupakan aspek yang
sangat penting untuk diperhatikan dan dijaga agar dapat dimanfaatkan dengan
baik oleh kita maupun oleh generasi kita kedepan.
Dalam melakukan pembudidayaan tidak dapat dilakukan secara
sembarangan.Tetapi terlebih dahulu harus mengetahui tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pemeliharan atau pembudidayaan.Salah satu faktor
yang mempengaruhi yaitu air itu sendiri karena air merupakan media hidup
organisme akuatik. Kualitas air ini sangat didahulukan sebelum melakukan
pembudidayaan.
Berdasarkan kenyataan tersebut serta
mengingat bahwa saat ini kulitas air merupakan salah satu masalah yang sangat
krusial baik itu dikalangan masyarakat pada umumnya maupun masyarakat
perikanan pada khususnya, maka penting kiranya bagi kita untuk
mempelajari tentang kualitas itu sendiri dan menganalisa air tersebut agar
pengaruh yang ditimbulkan akibat penurunan tingkat kualitas itu sendiri dapat
diminimalisir. Salah satu jenis analisa air adalah analisa alkalinitas air
1.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum Laboratorium mengenai alkalinitas air yaitu
untuk mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya alkalinitas itu serta bagaimana
cara perhitungannya.
Kegunaan praktikum Laboratorium mengenai alakalinitas air
yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai alkalinitas dan
mengerti cara perhitungan alkalinitas
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat fisika air
2.1.1 Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan
proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi
menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga
sebaliknya
2.1.2 Suhu
Suhu air
adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahabn dan kedalaman. Air
yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan
suhu perairan
2.2 Sifat kimia
air
2.2.1
Alkalinitas
2.2.1.1
Sumber alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukan jumlah ion carbonat dan bicarbonat yang mengikat logam golongan
alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk
menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagaikapasitas penyangga (buffer
capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandungalkalinitas ≥20 ppm
menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahanasam/basa
sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada
pH,alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion.
Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilaikesadahan yang tinggi
atau kadar garam natrium yang tinggi alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah
melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya
diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang
tinggi. (http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As)
Air dengan alkalinitas tinggi jarang dijumpai dalam
akuakultur, penggunaan kolam semen baru memang akan menyebabkan pH meningkat,
sehingga untuk pengoprasian kolam semen diperlukan tindakan pengisian air dan
pengurasan berulang-ulang sebelum kolam semen siap digunakan untuk budidaya.
Lanjut dikatakan bahwa pemberian kapur atau atau aliran air yang tidak baik
setelah pemberian kapur dapat berakibat alkalinitas air tinggi dan dapat
bersifat fatal terhadap ikan (http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As)
Alkali ialah zat yang melepaskan ion hidroksil dalam air dan
mempunyai pH lebih besar dari 7, antara lain kapur (kalsium hidroksil) yang
ditambahkan pada tanah untuk menetralkan sifat asam yang berlebihan (Effendi,2003)
2.2.1.2
Manfaat alkalinitas
Alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan
sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion
tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikan pH, Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui
alkalinitas dengan proses sbb:
CO2 + H2O <==> H2CO3<==> H+ + HCO3-<==> CO3-- + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman (http://www.o-fish.com/parameter_air.htm)
CO2 + H2O <==> H2CO3<==> H+ + HCO3-<==> CO3-- + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman (http://www.o-fish.com/parameter_air.htm)
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam
satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium
karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas
sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan
nilai alkalinitas di atas 20 ppm. Kapasitas pem-buffer-an alam dilengkapi
dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap
berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap
berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH (http://www.o-fish.com/parameter_air.htm)
Perairan
yang mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat akan mempunyai
pH diatas netral dan dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastic.
Pada perairan tertutup, penambahan karbonat dari sel-sel kerang atau dolomite
dapat memperbaiki alkalinitas dan sistem buffer perairan itu. Penambahan sodium
bikarbdonat secara periodik juga akan menghasilkan hal yang sama
(http://www.scri/doc/72981207/Alkali-Nit-As).
Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya
fluktuasi pHyang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2untuk
proses fotosintesisfitoplankton.Nilai
alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik,sedangkan
ketersediaan CO2
yang
dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai.Sumber alkalinitas air tambak
berasal dari proses difusi C2di udara ke dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yangmenghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuransecaramerata
di seluruh dasar tambak atau permukaan air .Jenis kapur yang biasadigunakan adalah CaCO3(kalsium karbonat), CaMg(CO3) 2(dolomit), CaO(kalsium oksida), atau Ca(OH)2 (kalsium
hidroksida). Pada budidaya perairanalkalinitas
dinyatakan dalam mg CaCO3/liter
air (ppm). Kisaran optimumalkalinitas bagi pertumbuhan udang adalah
75-200 mg CaCO3/liter http://www.scribd.com/doc/24943983/Laporan-Praktikum-Laboraturium-Lingkungan-2-Asidi-Alkalinitas
2.2.1.3
Kadar alkalinitas
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion
karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan
tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa
juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan
pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut
relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa
lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah
melebihi 500 mg/iter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya
diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi
( http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As)
Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-),karbonat
(CO3-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh
pengasaman
Alkalinitas atau yang dikenal dengan
total alkalinitas adalah konsentrasi total unsur basa-basa yang terkandung
dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan CaCO3.
Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO32-)
merupakan parameter total alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas
juga dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion
bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang
bersifat asam, sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan
terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan
melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.
Digambarkan dalam reaksi berikut :
HCO3-
H+ + CO3P2
CO32-
+
H2O
HCO32- + OH-
Lanjut dikatakan bahwa untuk tumbuh optimal, pklankton
menghendaki total alkalinitas sekitar 80-120 ppm. Tambak yang diberi pengapuran
alkalinitasnya mencapai 150-300 ppm. konsentrasi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya total
alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan.
(Effendi,2003)
Kapasitas air
menerima protein disebut alkalinitas. Air yang alkali atau bersifat basa
sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan terlarut yang tinggi.
Alkalinitas merupakan faktor kapasitas untuk menetralkan asam. Oleh karena
kadang-kasang penambahan alkalinitas lebih banyak dibutuhkan untuk mencegah
supaya air itu tidak menjadi asam (Effendi,2003)
2.2.1.4
Kekurangan Dan Kelebihan Alkalinitas
Apabila jumlah kadar karbondioksida
terlalu tinggi justru membahayakan biota perairan. CO2 yang dapat di
toleransi oleh organisme perairan adalah 10 ppm. Sedangkan kandungan CO2
yang melebihi 15 ppm akan sangat berbahaya. Kelebihan Karbondioksida
dalam perairan dapat mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan
sehingga organism budidaya akan mengalami kematian (http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As).
Alkalinitas secara umum menunjukkan
konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air.Secara
khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan
hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3).Air dengan
kandungankalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan
air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat
alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan
adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As)
Penanggulangan
apabila alkalinitas rendah perlu diadakan pengapuran dengan menggunakan Ca(OH)2,
pengapuran tersebut dapat menaikkan alkalinitas sekaligus kenaikan pH.
Sedangkan untuk alkalinitasnya tinggi diberikan asam mineral yang akan
menetralisir alklinitas air,
(http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As)
Asam
mieral yang dimaksud yaitu sejenis asam yang diturunkan dari reaksi kimia
mineral-mineral anorganik (berlawanan dengan asam organik). Asam ini memiliki
atom hidrogen yang berikatan kovalen dengan anion, seperti
misalnya sulfat atau klorida
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_mineral)
2.2.1.5
Hubungan alkalinitas dengan parameter lain
Tinggi atau rendahnya alkalinitas
dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti pH, atau
kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka kedua parameter tersebut
akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas mempunyai
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain bergantung
pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan
kekuatan ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer
(penyangga) pH (Effendi,2003).
Alkalinitas relatif sama jumlahnya dengan kesadahan dalam suatu perairan.
Alkalinitas juga berpengaruh terhadap pH dalam suatu perairan. Dalam kondisi
basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen
yang bersifat asam sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila keadaan
terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolis menjadi ion bikarbonat dan
melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.
Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai
oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi (http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As)
2.3 Sifat biologi
2.3.1 Flora
Tumbuhan air atau hidrofolik ialah
golongan yang mencakup semua tumbuhan yang hidup di air Bersauh (berakar dalam lumpurr
dan dasar air) atau tidak. Disamping tipe mikroskopik yang mengapung bebas dan
berenang-renang yang merupakan dasar utama pembentukan kategori tersendiri yang
di sebut plankton.Golongan hidrofolok cenderung melintas memotong golongan
lainnya dan dengan itu sering ditiadakan dari spectrum biologi (Polunin, 1994).
Flora di suatu wilayah yang biasanya
dijelaskan dalam istilah biologi untuk menyertakan genus dan spesies tanaman
hidup, pilihan mereka tumbuh berkembang biak atau kebiasaan, dan sambungan ke
satu sama lain di lingkungan juga.(http://ferrytaryono.wordpress.com/2009/08/06/pengertian-flora-fauna/).
2.3.1 Fauna
Pada perairan danau, hewan yang paling umum mendominasi
danau adalah hewan dari golongan hewan bertulang belakang (hewan vertebrata)
yakni ikan.Ikan-ikan tersebut berada pada setiap lapisan perairan baik pada
zona litoral dan zona limnetik.Hal ini di sebabkan oleh kemampuan gerak ikan.
Biasanya ikan-ikan bergerak bebas antar zona litoral dan limnetik, akan tetapi
bagian besar ikan-ikan meenghabiskan waktunya di derah litoral dan kebanyakan
daei mereka berkembang biak di daerah tersebut (Odum, 1996).
2.3.1 Produktifitas primer
Produktivitas
primer dari suatu ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energicahaya yang diserap dan kemudian disimpan oleh
organisme-organisme produsermelalui kegiatan fotosintesis dan kemosintesis
dalam suatu periode waktu tertentu(
Widianingsih, 2002).
Cahaya disimpan dalam bentuk zat-zat organik yang dapatdigunakan sebagai bahan makanan oleh
organisme heterotrofik (Setyapermana, 1979)
III METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktek mata kuliah Limnologi tentang
Alkalinitas dilaksanakan pada hari jum,at, tanggal 11 November 2011, pukul
01.30 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktek yaitu :
NO.
|
ALAT
|
FUNGSI
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Labu
Erlenmeyer 50 – 125 ml
Gelas ukur 50
ml
Pipet
tetes
Karet
penghisap
Botol
aquades
Termometer
pH meter
Alat
tulis
|
Menyimpan
larutan yang dititrasi
Mengukur skala
larutan
Mengambil
sampel larutan
Untuk
Mengisap Larutan
Untuk
membersihkan alat-alat praktikum
Untuk
mengukur suhu
Mengukur
pH dalam air
Untuk
menulis hasil praktikum
|
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktek yaitu :
- Indikator Larutan PP,
- Indikator Larutan MO (Metil Orange),
- Indikator Larutan H2SO4.
_ Air sampel
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur kerja alkalinitas
Prosedur kerja tentang pengukuran alkalinitas adalah
sebagai berikut :
1. Mengambil
air sampel 100 ml dan memberikan 5 tetes indikator PP. Jika tidak
berwarna, maka tidak ada PP alkalinitas. Menambahkan indikato MO (Metil
Orange). Langkah berikut, menitrasi dengan larutan H2SO4 hinggadari
warna kuning sampai berubah menjadi warna orange. Kemudian menghitung larutan H2SO4
yang digunakan (M).
2. Apabila berwarna, maka langsung
menitrasi dengan larutan H2SO4 sampai berwarna kuning.
Lalu menghitung larutan H2SO4 yang digunakan (P).
3. Memasukkan indikator MO (metil
Orange), lalu menitrasi dengan larutan H2SO4 sampai warna
orange. Menghitung larutan H2SO4 yang digunakan (B).
3.3.2 Prosedur kerja suhu
1. Memasukan termometer kedalam akuarium.
2. Mengaktifkan termometer lalu memasukan kedalam akuarium.
3. Mencatat skala dalam termometer.
3.3.3 Prosdur kerja pH
1. Mengaktifkan termometer.
2. Memasukan termometer kedalam akuarium praktikum.
3. Melihat perubahan skala thermometer yang dimasukan
kedalam akuarium.
4. Mencatat hasil yang didaptkan dari termometer tersebet,
dan kemudian.
5. Menghitung termomete
3.4 Analisa Data
Perhitungan :
PP alkalinity = mg/l CaCO3
PP
alkalinity = mg/l CaCO3
Keterangan
:
P =
volume peniter (H2SO4 ml)
B =
volume peniter (H2SO4 ml)
N =
normalitas peniter (H2SO4 0,02 ml)
V = volume
air sampel
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
perhitungan alkalinitas pada akarium A dan akuarium B maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Grafik
1. Kadar PP Alkalinitas.
Grafik
2. Total Alkalinitas.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Alkalinitas Hasil
Pengamatan dengan Kadar Optimal
Pada
percobaan alkalinitas yang di lakukan di lakukanpada akuarim A dan akuarium B
ternyata terjadi perbedaan karena jumlah total alkalinitas yang di dapat
pada akuarium A yaitu 29,16 sendangkan total alkalinitas
di akurium B yaitu 74. Alkalinitas optimal pda nilai 90-150
ppm.Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur
yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak
membuat Ph air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya (http://www.scribd.com/doc/24943983/Laporan-Praktikum-Laboraturium-Lingkungan-2-Asidi-Alkalinitas)
4.2.2 Perbandingan Alkalinitas
Akuarium A dan B
Perbedaan kadar total alkalinitas
pada kedua akuarium tersebut yaitu terletak pada sumber air dan kapur yang
terbawa oleh air pada akuarium. Pada akuarium A lama kosong tanpa ada organisme
hidup di dalamnya, 2 hari berikut setelah pengisian air pada akuarium baru
di masukkan organisme. Ukuran organisme akuarium A lebih besar di bandingkan
organisme akuarium B Tinggi rendahnya kandungan alkalinitas dalam perairan
dapat menyebabkan pertumbuhan organisme akan terhambat. Perbandingan
alkalinitas akuarium A dan akuarium B yaitu 1 : 2 dimana kadar total
alkalinitas akuarium B lebih tinggi dari kadar total alkalinitas akuarium B
yaitu 74 sedangkan akuarium B hanya 29,16. pada akurium B kadar total
alkalinitas hampir optimal, sedangkan pada akuarium A kadar total alkalinitas
kurang optimal. Pada akuarium A organisme akuatik masih bisa hidup dan bertahan
namun, pertumbuhannya terhambat. Akuarium yang baik untuk proses pertumbuhan
organisme akuatik yaitu akuarium B dibandingkan akuarium A, dimana kadar total
alkalinitasnya hampir optimal yaitu 74. Tinggi atau rendahnya alkalinitas dalam
suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti pH, atau
kesadahan. Di mana semakin tinggi alkalinitas, maka kedua parameter tersebut
akan mengikuti. konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi total kesadahan air. Umumnya total alkalinitas mempunyai
konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan. Selain bergantung
pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan
ion. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH
((Effendi,2003)
4.2.3
Hubungan Alkalinitas dengan Parameter lain
Jumlah pengukuran suhu pada akuarium A dan
akuarium B yaitu 26 derajat dan Ph berkisar 8,1- 8,8. Hubungan
alkalinitas dengan pH yaitu apabila alkalinitas tinggi maka pH juga tinggi,
sesuai dengan hasil pengamatan yang di lakukan di laboratorium yaitu pada
akuarium A pH lebih rendah dibandingkan akuarium B dan alkalinitas juga
rendah,sebaliknya pada akuarium B pH lebih tinggi dan alkalinitas juga tinggi.Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau
bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air.Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari
ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam
air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH
(http://www.scribd.com/doc/24943983/Laporan-Praktikum-Laboraturium-Lingkungan-2-Asidi-Alkalinitas)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan mengenai alkalinitas maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1 Air pada akuarium A ikanya lebih
besar dari akuarim B sehingga dalam praktikum mendapatkan hasil yang
berbeda karena disebabkan juga oleh suhu dan pH.
2. Di dalam akuarium A airnya masih bagus dan belum
terkontaminasi dengan bakteri-bakteri.
3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan
karbonat (CO32-) merupakan parameter total alkalinitas.
Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH.
Dimana reaksi keduanya dapat menetralkan pH.
5.2
Saran
Kedisiplinan dan
kerjasama dalam pelaksanaan praktikum perlu ditingkatkan, sehingga pelaksanaan
praktikum lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi,
S., 1986.Pemeliharaan Ikan di Dalam Keramba. PT. Gramedia; Jakarta
Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. USU-Press. Medan
Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture.Birmingham
publishing Co. Birmingham, Albama.
Efendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber
Daya danLingkungan Perairan. Kanisius; Yogyakarta.
Fujaya,
Y., 2004. Fisiologi ikan.Rineka
Cipta; Jakarta.
Hendra, 1988. MembuatdanMembudidayakanIkandalamKantongJaring.
CV.Simplex, Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/72981207/Alkali-Nit-As
Irawan,
A., 2004. Menanggulangi Hama dan Penyakit
Ikan. Aneka; Solo.
Irianto, A., 2004. Patologi Ikan Teleostei.Gajah Mada
University Press; Yogyakarta.
Jangkaru. Z,
1999. Memelihara Ikan di Kolam Tadah
Hujan. Penebar Swadaya; Jakarta.
Kordi,
2004. Pakan Udang Windu (Paneus Monodon).
Kanisius; Yogyakarta.
---------, 2004. PenanggulangHamadanPenyakitIkan. Bina Adiaksara, Jakarta.
Lesmana, D.S., 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar.Penebar
Swadaya; Jakarta.
Sastrawijaya, 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
Setiapermana,
D. 1979.Produktivitas Primer dan Beberapa Cara Pengukurannya
.
Oseana.Lembaga LON LIPI, Jakarta
Sitanggang, M & Sarwono, B.,
2001.Budidaya Gurami. Penebar
Swadaya; Jakarta.
Summawidjaya,
K., 1978. Dasar-Dasar Limatologi.IPB;
Bogor.
Susanto,
1987. Budidaya Ikan di Pekarangan.Penebar
Swadaya; Jakarta.
Susanto, 1990. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soeyasa, 2001. Ekologi perairan
departemen kelautan dan perikanan dirjen pendidikan menengah atas, jakarta.
Widianingsih,
N. 2002.
Produktivitas
Primer Fitoplankton Tambak Udang (Penalis monodon)di Desa Ayah Kabupaten
Kebumen
.
Skripsi Fakultas Biologi, Purwokert
Zonneveld,
N., Husiman, E.A., dan Boon, J.H., 1991.Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar