Nama : Amril Mukminin
NIM : D41121606
Mata Kuliah
: Penanganan Pasca Panen
Kasus Yang Terjadi Karena Keracunan Produk Perikanan
Minamata Disease
Latar Belakang
Minamata, apa itu? Mungkin banyak
dari pembaca sekalian merasa asing dengan kata tersebut. Banyak yang belum
mengetahui apa itu minamata. Dan mungkin juga banyak yang tidak menyangka bahwa
nimamata adalah nama sebuah penyakit. Sebuah penyakit yang sempat terkenal di
Jepang.
Oleh sebab itu penulis memilih
minamata sebagai bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan banyak orang akan
mulai mengenal penyakit minamata.
Selain itu, penyakit minamata juga
mempunyai sejarah yang menarik. Dimulai dari sebuah kota yang bernama minamata,
hingga suatu ketika muncul wabah penyakit si kota itu dan diberi nama penyakit
minamata.
Penulis membuat makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas mata pelajaran biologi dari sekolah. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
A. Penyakit
Minamata
Penyakit Minamata atau Sindrom
Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracunan akut air raksa. Penyakit Minamata bukanlah penyakit yang
menular atau menurun secara genetis.
Penyakit ini mendapat namanya dari
kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang, yang
merupakan daerah di mana penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Pada waktu
itu terjadi masalah wabah penyakit di kota Minamata Jepang.
Penyakit tersebut terjadi akibat banyak mengkonsumsi ikan dan kerang dari Teluk
Minamata yang tercemar metil merkuri.
Ratusan orang mati akitbat penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan
syaraf.
B. Penyebab
Penyakit Minamata
Penyakit minamata mirip orang yang keracunan logam berat.
Kemudian dari kebudayaan setempat diketahui bahwa orang Jepang mempunyai
kebiasaan mengonsumsi ikan laut dalam jumlah banyak. Dari hipotesis dan
kebiasaan pola makan tesebut kemudian dilakukan eksperimen untuk mengetahui
apakah ikan-ikan di Teluk Minamata banyak mengandung logam berat (merkuri), dan
ternyata benar. Kemudian di susun teori
bahwa penyakit tersebut diakibatkan oleh keracunan logam merkuri yang
terkandung pada ikan. Ikan tesebut mengandung merkuri akibat adanya orang atau
pabrik yang membuang merkuri ke laut.
Penyakit ini ditemukan pertama kali di kota Kumamoto
pada tahun 1956 dan pada tahun 1968 pemerintah Jepang menyatakan bahwa penyakit
ini disebabkan pencemaran pabrik batu baterai Chisso Co.,
Ltd. oleh pembuangan limbah metil merkuri.
Metil merkuri adalah merkuri organik yang berbentuk
serbuk putih dan berbau seperti belerang pada sumber air panas. Senyawa ini
mudah terserap oleh organ pencernaan dan dibawa oleh darah ke dalam otak, liver
dan ginjal bahkan ke dalam janin. Metil merkuri yang masuk ke tubuh manusia
akan menyerang sistem saraf pusat. Merkuri anorganik dapat berubah menjadi
metil merkuri karena ditransformasi oleh bakteri di perairan, misalnya
Desulfovibrio desulfuricans LS. Merkuri organik akan terserap oleh ikan dan
kerang melalui insang atau saluran pencernaan. Metil merkuri yang terbentuk di
perairan secara bertahap diakumulasi dalam tubuh ikan dan kerang dan
konsentrasinya berlipat ganda dalam rantai makanan biota perairan. Contohnya
merkuri dalam plankton diserap oleh ikan kecil dan jumlahnya berlipat sesuai
dengan jumlah plankton yang dimakan ikan, kemudian ikan kecil dimakan oleh ikan
besar dan merkurinya berlipat ganda. Beberapa polutan seperti metil merkuri dan
dioksin yang dilepaskan ke lingkungan menunjukkan konsentrasi yang tinggi pada
organisme yang menempati puncak rantai makanan.
Methyl mercuri dalam ikan tidak dapat direduksi dengan
memasaknya karena metil merkuri dalam ikan terikat erat pada protein dan
pemanasan pada temperatur yang biasa digunakan saat memasak kecuali jika ikan
dibakar pada suhu diatas 400 dan ikan akan menjadi arang. Oleh sebab itulah
terjadi penyakit Minamata.
C. Gejala
Penyakit Minamata
Gejala awal antara lain kaki dan tangan menjadi
gemetar dan lemah, kelelahan, telinga berdengung, kemampuan penglihatan
melemah, kehilangan pendengaran, bicara cadel dan gerakan menjadi tidak
terkendali. Beberapa penderita berat penyakit Minamata menjadi gila, tidak
sadarkan diri dan meninggal setelah sebulan menderita penyakit ini.
Penderita kronis penyakit ini mengalami gejala seperti
sakit kepala, sering kelelahan, kehilangan indera perasa dan penciuman, dan menjadi
pelupa. Meskipun gejala ini tidak terlihat jelas tetapi sangat mengganggu
kehidupan sehari-hari. Yang lebih parah adalah penderita congenital yaitu bayi
yang lahir cacat karena menyerap metil merkuri dalam rahim ibunya yang banyak
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri. Ibu yang mengandung tidak
terserang penyakit Minamata karena metil merkuri yang masuk ke tubuh ibu akan
terakumulasi dalam plasenta dan diserap oleh janin dalam kandungannya.
Disamping dampak kerusakan fisik, penderita Minamata juga mengalami
diskriminasi sosial dari masyarakat seperti dikucilkan, dilarang pergi tempat
umum dan sukar mendapatkan pasangan hidup.
D.
Cara Pengobatan Penyakit Minamata
Tidak ada pengobatan tuntas bagi korban Minamata.
Korban pergi ke rumah sakit untuk mengurangi gejala dan rehabilitasi. Ketika
korban menjadi semakin tua, jumlah orang yang dirawat semakin banyak dan
kebutuhan bantuan perawatan di rumah semakin bertambah. Dalam masyarakat yang
cepat menua ini, penderita berharap untuk dapat hidup di masyarakat tanpa
khawatir dikucilkan masyarakat. Penderita yang dapat menggerakkan badannya
diberi kesempatan untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya. Meskipun
berkebun dan mencari ikan adalah pekerjaan yang cukup berat, penderita dapat
melakukannya setelah menjalani rehabilitasi. Beberapa penderita bekerja di
perusahaan dan mereka telah beradaptasi dengan kondisinya. Walaupun begitu
penilaian dan salah paham pada penderita Minamata tetap terjadi sehingga
penderita tidak memberitahu orang lain bahwa ia menderita Minamata bahkan
kepada keluarganya sendiri. Tetapi penderita lainnya malah dengan terbuka
menceritakan perasaannya dan penderitaan yang dialami sebagai korban Minamata
dengan harapan tragedi Minamata tidak akan terjadi lagi.
E.
Sejarah Penyakit Minamata
Sesuai dengan namanya, penyakit Minamata berasal dari
nama teluk Minamata di Jepang. Kasus pertama penyakit Minamata ditemukan
tanggal 21 April 1956.
Ketika itu seorang anak perempuan berusia lima tahun,
dibawa ke klinik pediatri dr.Kaneki Noda, dengan keluhan mengalami sejumlah
gejala kerusakan otak dan jaringan saraf tulang belakang. Seminggu kemudian,
adiknya yang berusia tiga tahun, juga dibawa ke klinik karena menunjukan gejala
yang sama. Karena itulah, dr.Noda pada tanggal 1 Mei 1956 merujuk kedua pasien
kecil itu ke pusat kesehatan Minamata.
Para dokter di pusat kesehatan Minamata menduga,
kasusnya tidak hanya menimpa dua anak tsb. Sebagai konsekuensinya dilakukan
penyidikan epidemiolog di kawasan Teluk Minamata. Hasilnya amat mengejutkan,
karena jumlah penderitanya amat banyak. Bulan Agustus 1956, dengan dikoordinir
Universitas Kumamoto dilakukan penelitian yang lebih serius. Ditarik kesimpulan
sementara, para penderita penyakit kerusakan otak dan saraf itu, disebabkan
cemaran logam berat dalam kadar tinggi.Sorotan langsung ditujukan ke pabrik
kimia Chisso, yang berada di kawasan Teluk Minamata. Sebuah kasus yang sulit,
karean Chisso Company, adalah pabrik kimia yang menunjang ekonomi Jepang ketika
itu.
Pabrik Chisso dimulai sebagai perusahaan energi
hidroelektrik pada akhir jaman Meiji. Perusahaan Chisso berpusat di Tokyo, dan
dua pabrik lainnya terletak di Chiba dan Okayama selain di Minamata. Pada tahun
1908 Chisso membangun pabrik karbit di Minamata menggunakan energi listrik.
Produk utama Pabrik Chisso di Minamata adalah kristal
cair, pengawet, bahan pelembab, pupuk kimia, resin sintetis dan sebagainya. Di
pabrik tsb, diproduksi asetal dehida, dengan cara reaksi gas asetilen dengan
merkuri-sulfat. Asetal-dehida diolah lagi untuk menghasilan asam asetat dan
PVC. Semua sampah bahan kimia itu, tanpa diolah terlebih dahulu, langsung
dibuang ke laut di Teluk Minamata. Dampaknya, teluk Minamata tercemar dan
sistem aquatik di sana menimbun sampah kimia dalam rantai makanannya.
Sejak jaman Taisho (1912-1926), pencemaran laut oleh
limbah Chisso telah menjadi masalah. Walaupun begitu dalam tahun 1932-1968,
Chisso tetap menggunakan merkuri anorganik sebagai katalis untuk memproduksi
asetaldehid yang digunakan untuk membuat asam asetat dan pelemas plastik dengan
menghasilkan produk sampingan metil merkuri yang dibuang ke laut tanpa
pengolahan limbah hingga tahun 1966. Bahkan setelah diketahui sebagai penyebab
penyakit Minamata, Chisso tetap menjalankan produksi. Dalam pengadilan pertama
pada kasus penyakit Minamata, sikap pabrik yang tidak peduli ini mendapat
kritikan keras.
Para penderita penyakit Minamata, menunjukan kadar
Merkuri antara 200 sampai 500 mikrogram per liter darahnya. Sementara batasan
aman menurut WHO adalah antara lima sampai 10 mikrogram Merkuri per liter
darah.
Publikasi berbagai hasil penelitian itu, memicu
kemarahan pemerintah Jepang. Dr. Hosokawa, direktur rumah sakit Minamata,
dilarang melanjutkan penelitiannya. Menteri industri dan perdagangan nasional
Jepang pada saat itu, Hayato Ikeda mengecam Universitas Kumamoto, karena
publikasinya mengenai penyakit Mimamata dinilai membahayakan pertumbuhan
ekonomi.
Tapi penyakit kerusakan otak dan saraf ini tidak hanya
terjadi di Minamata. Tahun 1965 penyakit Minamata menyerang warga yang tinggal
di sepanjang Sungai Agano di Kota Niigata akibat pembuangan limbah merkuri oleh
Showa Denko. Penyakit ini dikhabarkan juga terjadi di China dan Kanada. Sungai
dan danau di Amazon dan Tanzania juga tercemar merkuri dan menimbulkan masalah
kesehatan yang mengkhawatirkan.
Setelah ancamannya membesar, barulah pemerintah Jepang
sadar, kebijakan industrinya ternyata merugikan rakyat kecil. Didirikanlah
pusat penlitian penyakit Minamata. Para penderita yang masih hidup atau
keluarga yang meninggal diberi ganti rugi.
F.
Pemulihan terhadap Minamata
Penderita Minamata dan Chisso membuat kesepakatan
kompensasi pada bulan Juli 1973 berdasarkan keputusan pengadilan pada Maret
1973 yang menetapkan negosiasi langsung setelah persidangan. Sejak tahun 1975
kondisi keuangan Chisso semakin memburuk. Karena terancam tidak mampu membayar
hutangnya, pemerintah pusat dari daerah Kumamoto memberi dukungan dana sejak
tahun 1978 dengan jumlah 256,8 milyar yen hingga akhir Maret 2000 dalam Proyek
terpadu pemulihan penyakit Minamata. Pemerintah Kumamoto dan Kagoshima akan
membayar pengeluaran medis yang tidak tertanggung dalam asuransi kesehatannya,
serta untuk pengeluaran pengobatan lainnya sebesar 17.200 sampai 23.500 yen
perbulan sampai November 2000. Dan Chisso harus mengembalikan sebesar 161,1
milyar yen untuk Pemerintah Kumamoto.
Korban yang telah terdaftar menerima ganti rugi sebesar 16-18 juta yen, dan mendapat tambahan biaya pengeluaran tahunan untuk perawatan medis, biaya perawatan, pemakaman dan perawatan berendam di air panas, dan akupuntur . Disamping itu Chisso menggunakan bunga anggaran kompensasi untuk membiayai pemenuhan perlengkapan penderita Minamata, upah perawat, pembelian hadiah, terapi pijat dan transportasi ke rumah sakit. Bahkan bagi penderita yang belum terdaftar dan mengalami mati rasa pada tangan dan kaki akibat mengkonsumsi banyak ikan dan kerang, setiap penderita Minamata baik yang telah meninggal maupun masih hidup dan memenuhi persyaratan telah tercemar oleh metil merkuri (kecuali korban yang telah terdaftar) bersedia untuk tidak menuntut Chisso lebih lanjut dan menerima ganti rugi sebesar 2,6 juta yen.
Chisso
memiliki hutang yang sangat besar untuk membayar kompensasi korban penyakit
Minamata.
Jenis anggaran Jumlah dana termasuk bunga Keterangan :
Anggaran untuk pasien 164 milyar yen Pembayaran kompensasi bagi pasien yang telah terdaftar.
Anggaran untuk pengolahan lumpur 68,8 milyar yen Biaya pengolahan lumpur dan reklamasi pantai.
Anggaran untuk rekonstruksi Chisso 12 milyar yen Dana untuk membangun Chisso.
Anggaran pembayaran kompensasi bagi pasien yang belum terdaftar 12 milyar yen Pembayaran kompensasi bagi penderita yang belum terdaftar.
Jumlah keseluruhan 256,8 milyar yen.
Jenis anggaran Jumlah dana termasuk bunga Keterangan :
Anggaran untuk pasien 164 milyar yen Pembayaran kompensasi bagi pasien yang telah terdaftar.
Anggaran untuk pengolahan lumpur 68,8 milyar yen Biaya pengolahan lumpur dan reklamasi pantai.
Anggaran untuk rekonstruksi Chisso 12 milyar yen Dana untuk membangun Chisso.
Anggaran pembayaran kompensasi bagi pasien yang belum terdaftar 12 milyar yen Pembayaran kompensasi bagi penderita yang belum terdaftar.
Jumlah keseluruhan 256,8 milyar yen.
Sedangkan Lumpur di Teluk Minamata yang telah
mengandung merkuri di atas 25 ppm dipulihkan dengan mengeruk sebagian lumpur
dan mereklamasinya yang menghabiskan 48,5 milyar yen selama lebih dari 14
tahun. Biaya pemulihan ini ditanggung oleh pemerintah Kumamoto. Akibatnya
sebagian Teluk Minamata diurug hingga menjadi daratan seluas 58 hektar.
Kualitas air di Teluk Minamata saat ini menjadi air yang paling bersih dan
jernih di Kumamoto dan masyarakat tidak takut lagi untuk berenang dan bermain
di sana. Untuk mencegah tersebarnya ikan yang terkontaminasi merkuri,
pemerintah memasang jaring isolasi di mulut teluk pada tahun 1974 dan mendata
nelayan yang menangkan ikan di sana. Bahkan Chisso membeli ikan yang ditangkap
dari Teluk Minamata dan membuangnya.
Kandungan merkuri dalam ikan dan kerang di Minamata
telah menurun sejak Chisso berhenti memproduksi asetaldehid. Pada tahun 1994,
pemerintah Kumamoto menyebutkan bahwa tidak ada hewan yang mengandung merkuri
dalam jumlah melebihi ambang batas yang ditetapkan pemerintah yaitu 0,04 ppm
total merkuri dan 0,3ppm metil merkuri. Gubernur Kumamoto menyatakan Minamata
telah aman pada bulan Juli 1997 dan jaring isolasi dilepas pada bulan Oktober,
sehingga ikan dan kerang di Teluk Minamata telah aman seperti ikan dari daerah
lain yang tidak tercemar.
A. Kesimpulan
Penyakit Minamata terjadi karena
masyarakat banyak mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi metil merkuri dari
limbah pabrik Chisso dan menimbulkan perpecehan di masyarakat. Tidak ada
pengobatan tuntas bagi korban Minamata. Korban pergi ke rumah sakit untuk
mengurangi gejala dan rehabilitasi. Pada akhirnya penduduk Minamata telah
menyadari bahwa air dan makanan sangat penting bagi kehidupan, sehingga limbah
industri dan rumah tangga harus dijaga dan dirawat, jangan sampai merusak
lingkungan.
B. Saran
Produksi masal dan konsumsi masal
membuat hidup lebih nyaman tetapi juga menghasilkan limbah masal yang
mengorbankan lingkungan dan kesehatan. Dikelilingi oleh asap, pupuk kimia,
pengawet makanan dan bahan beracun lainnya. Kita tidak boleh mementingkan
kehidupan materialis tanpa memperhatikan hubungan satu sama lain. Penyakit
Minamata menunjukkan bahwa manusia menyebabkan terjadinya masalah sekaligus
menjadi korban dari masalah yang dibuatnya sendiri.
Penyakit Minamata juga mengajarkan
pada kita tentang kebersamaan dengan alam, bahwa kita dapat hidup karena adanya
alam semesta, membina hubungan dengan manusia, sungai, laut, dan membutuhkan
makanan yang aman, perlu mengurangi limbah rumah tangga dan industri serta
berupaya melakukan daur ulang untuk mengatasi berbagai masalah global.
Komentar
Posting Komentar