BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ikan mas adalah salah satu jenis ikan
bernilai ekonomis penting. Ikan ini telah memasyarakat dan tersebar hampir di
seluruh provinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Sumatra Barat, Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tengah, ikan mas telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat
setempat. Kini di Indonesia ikan mas menduduki produksi tersebar untuk jenis
ikan budidaya air tawar. Bahkan, pada tahun 1987 – 1988 ikan mas telah dicoba
diekspor. Namun sayangnya, ekspor ikan tersebut hanya berlangsung dalam waktu
yang sangat singkat. Hal tersebut dikarenakan mutu dan kontinuitas produksi
belum memenuhi permintaan negara pengimpor.
Penyediaan benih yang bermutu baik dalam
jumlah cukup dan kontinu merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan
budidaya ikan konsumsi. Oleh karna itu, informasi teknologi pengelolahan usaha
pembenihan ikan mas yang mencakup ras – ras ikan mas yang potensial, pemilihan
lokasi yang tepat, pengelolahan induk yang baik, pemijahan, penetasan telur,,
pendederan, pasca panen, analisis kelayakan dan pemasaran sangatlah diperlukan.
Permintaan
benih ikan mas hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen benih ikan
karna produksinya yang relative terbatas, khususnya di Sulawesi Utara. Potensi
produksi petani sebenarnya sangat besar, namun karena adanya berbagai kendala
baik teknologi maupun alam, potensi produksi tersebut belum dapat dicapai (
Anonim 1999 ). Tersedianya teknologi pembenihan yang murah dan mudah diterapkan
oleh petani ikan akan mendorong dihasilkanya benih yang berkuaitas dan menjamin kontinuitas pasokan benih sesuai
permintaan. Secara umum masalah yang dihadapi dalam pembenihan ikan mas di
Sulawesi Utara adalah tak lain mencakup :
1. Rendahnya pelaksanaan intensifikasi
mina padi serta perkolaman ditingkat petani dan kelompok tani ;
2. Kurangnya benih ikan di tingkat
petani dan kelompok tani sebagai akibat kurang berkembangnya Unit Pembenihan
Rakyat ( UPR ) di wilayah tersebut serta terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan petani mengenai tata laksana pembenihan yang baik dan berkelanjutan
( Balai Penyuluhan Petani Kecamatan Tomohon 2000 ).
Untuk
menghasilkan benih bermutu, induk jantan dan betina harus berasal daru strain
atau keturunan yang berbeda untuk menghindari terjadinya inbreeding yang
mengakibatkan kualitas benih rendah ( benih kerdil ). Pakan untuk induk
diupayakan yang dapat menghasilkan banyak telur, terutama untuk mempercepat
pematangan gonad. Pakan larva sangat penting diperhatikan terutama saat
pascapemijahan, karena pakan merupakan faktor terpenting untuk kelnagsungan
hidup dan pertumbuhan larva.
2.1
Tujuan
Adapun
tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
mampu memahami tentang pengelolahan dalam tahapan pembenihan ikan mas.
2. Mahasiswa
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam pembenihan ikan mas.
3. Mahasiswa
mampu mengenal jenis ikan dan habitatnya sebelum dalam tahap pembenihan.
4. Mahasiswa
mampu melakukan pembenihan ikan mas yang efektif dan efesien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah
Perkembangan Di Indonesia
Menurut Djoko Suseno (2000), di
Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang
kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat penting.
Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata,
(1981) ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari
Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang
di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat
setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban - subtrat untuk pelekatan telur
ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan
karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun
sebelumnya.
Sedangkan penyebaran ikan karper di
daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama
sesudah terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari “Kementrian Pertanian”
(Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke
Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano
(Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun
1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain
itu, pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan Perikanan Darat saat itu juga
mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia
(karper gajah) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis Frankisia
(karper kaca). Menurut Djoko Suseno (2000), kedua jenis karper tersebut sangat
digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit
dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang
di Indonesia sebelumnya.
Pada tahun 1974, seperti yang
dikemukakan Djoko Suseno (2000), Indonesia mengimpor ikan karper ras Taiwan,
ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan
Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan karper ras yamato dan ras
koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimpor tersebut dalam
perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan
ras-ras ikan karper yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi
persilangan dan membentuk ras-ras baru.
2.2 Jenis – Jenis Ikan Mas
Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas
yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu
tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit,
misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas
majalaya. Di daerah lain,jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya.
Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan
para petani yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Dari
beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal masyarakat, varietas majalaya
termasuk jenis unggul. Buktinya, varietas ini telah dilepas oleh Menteri
Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.
Jenis-jenis
ikan mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan mas
konsumsi dan ikan mas hias. Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan mas
yang dikonsumsi atau dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
berasal dari hewan. Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya digunakan untuk
memenuhi kepuasan batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di
kolam-kolam taman atau akuarium.
1. Ikan Mas Punten
Ras ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1933 di Desa
Punten, Malang, Jawa Timur. Tubuhnya relatif pendek, tetapi
bagian punggungnya lebar dan tinggi. Karena itu, bentuk badan ikan mas punten
terkesan membuntak atau bulat pendek (big
belly). Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan adalah 2,3-2,4:
1. Warna sisik hijau gelap, mata agak menonjol, gerakan tubuhnya lambat, dan bersifat
jinak.
2. Ikan Mas Sinyonya atau Putri
Yogya
Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini.
Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut
sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long
bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas
punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66: 1.
Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk
sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol, kemudian berubah menjadi sipit
ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan
dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di
permukaan air.
Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000125.000
dan diameternya 0,3-1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin
pertama pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas
ini tahan terhadap parasit Myxoxporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5-8,5.
3. Ikan Mas Taiwan
Ikan mas taiwan memiliki bentuk badan yang memanjang dan
bentuk punggung seperti busur agak membulat. Sisiknya berwarna hijau kekuningan
hingga kuning kemerahan di tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor. Ikan mas
taiwan sangat responsif terhadap makanan sehingga akan saling berebut ketika
diberi pakan. Diduga nenek moyang ikan mas ini berasal dari Taiwan, kemudian
diintroduksi dan dikembangkan di Indonesia.
4. Ikan Mas Merah
Ciri khas dari ikan mas ini adalah sisiknya yang berwarna
merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk
dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras
sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya
agak menonjol.
5. Ikan Mas Majalaya
Sesuai dengan namanya, ikan mas ini berkembang pertama kali
di daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ukuran badannya relatif pendek dan
punggungnya lebih membungkuk dan lancip dibandingkan dengan ras ikan mas
lainnya. Perbandingan antara panjang dan tinggi tubuhnya adalah 3,2: 1.
Bentuk tubuhnya semakin lancip ke
arah punggung dan bentuk moncongnya pipih. Sifat ikan mas ini relatif jinak dan
biasa berenang di permukaan air. Sisiknya berwarna hijau keabuan dan bagian
tepinya berwarna lebih gelap, kecuali di bagian bawah insang dan di bagian
bawah sirip ekor berwarna kekuningan. Semakin ke arah punggung, warna sisik
ikan ini semakin gelap.
Ikan mas majalaya memiliki
keunggulan, di antaranya laju pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap
infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla, rasanya
lezat dan gurih, dan tersebar luas di Indonesia. Fekunditas atau jumlah telur
yang dihasilkan ikan mas majalaya tergolong tinggi, yakni 84.000-110.000 butir
per kilogram induk. Berikut ini kriteria benih ikan mas majalaya berbagai
ukuran berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
6. Ikan Mas Yamato
Ikan mas ini kurang populer di kalangan petani ikan mas di
Indonesia. Bentuk tubuhnya memanjang. Sisiknya berwarna hijau kecokelatan. Ikan
mas ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang.
7. Ikan Mas Lokal
Ikan mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah
satu ras atau jenis ikan mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak
ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini.
Bentuk tubuh dan warnanya merupakan kombinasi dari beberapa
jenis ikan mas yang sudah ada. Secara umum, bentuk tubuhnya memanjang dan
matanya tidak sipit. Kemungkinan besar ikan ini muncul akibat perkawinan silang
yang tidak terkontrol dengan jenis-jenis ikan mas lain yang ada di masyarakat.
Jenis-jenis ikan mas yang
digolongkan ke dalam kelompok ikan mas hias sebagai berikut.
1. Man Mas Kumpay
Ciri yang menonjol dari ikan mas kumpay adalah semua
siripnya panjang dan berumbai sehingga tampak indah ketika sedang bergerak.
Warna sisiknya sangat bervariasi, ada yang putih, kuning, merah, dan hijau
gelap. Bentuk badannya memanjang seperti ikan mas sinyonya. Pertumbuhannya
tergolong lambat. Kadang-kadang, ikan mas ini juga dimanfaatkan sebagai ikan
konsumsi.
2. Ikan Mas Kancra Domas
Bentuk tubuhnya memanjang. Gerakannya mirip ikan mas taiwan,
yakni selalu aktif dan kurang jinak. Sisiknya berukuran kecil dan susunannya
tidak beraturan. Warna sisiknya bervariasi, ada yang biru, cokelat, atau hijau.
Sisik punggungnya berwarna gelap. Semakin ke arah perut, warnanya semakin
terang keperakan atau keemasan.
3. Ikan Mas Kaca
Ciri khas ikan ini adalah sebagian tubuhnya tidak tertutup sisik.
Bagian yang tidak tertutup sisik sepintas tampak bening, mirip kaca. Di
sepanjang gurat sisi (linea lateralis) dan di sekitar pangkal siripnya terdapat
sisik berwarna putih mengilap. Sisik tersebut berukuran besar dan tidak
seragam.
4. Ikan Mas Fancy
Bentuk tubuh ikan mas ini memanjang. Sisiknya berwarna
putih, kuning, dan merah. Pada tubuhnya terdapat totoltotol berwarna hitam.
Karena warnanya yang bermacammacam itulah ikan mas ini disebut fancy.
5. Ikan Mas Koi
Ikan mas koi atau yang lebih populer disebut koi ini berasal
dari Jepang. Mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980. Bentuk badannya
bulat memanjang. Warna sisiknya beragam, ada putih, kuning, merah menyala,
hitam, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Hobis ikan mas umumnya menyukai ikan koi jenis bastar karena
warna dan pola totolnya yang indah dan menarik. Ikan koi disukai hobiis karena
gerakannya lambat dan cukup jinak.
Ikan koi memiliki beragam nama yang disesuaikan dengan pola
dan warna tubuhnya, misalnya platinum nishikigoi, shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku nishikigoi, dan taishusanshoku nishikigoi.
2.3
Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat)
di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu
deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di
daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut
(dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas
terkadang ditemukan di perairan payau
atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Ikan mas tergolong jenis omnivora,
yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari
tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan
binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
2.4 Perkembangbiakan.
Siklus hidup ikan mas dimulai dari
perkembangan di dalam gonad
(ovarium
pada ikan betina yang menghasilkan telur
dan testis
pada ikan jantan yang menghasilkan sperma).
Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada
awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang
tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada
tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif
mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi
permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat
menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel
pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter
1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari
umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio
akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur
akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva
ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai
cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam
waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran
larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul
(larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas
memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami
kebul terutama berasal dari zooplankton,
seperti rotifera,
moina,
dan daphnia.
Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi
burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu
kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang
berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus.
Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100
gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi
induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500
gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur
15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar
perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.
2.5 Kebiasaan Makan
Biasanya, petani ikan lebih suka
memberikan pakan tumbuhan terhadap ikan mas berupa dedak atau pellet. Padahal,
ikan ini tergolong ikan pemakan segala ( omnovora ). Hal ini bisa dibuktikan
dengan pemberian pakan dari sisa – sisa dapur atau tanaman air yang lunak.
Biasanya, benih ikan mas akan memakan Protozoa dan Crustacean. Benih yang
berukuran 10 cm memakan jasad dasar seperti Chironomidae,
Oligochaete, Epemenidae, Trichotera, Tubificidae, Mulusca dan lain
sebagianya. Jasad – jasad tersebut dimakan bersama – sama dengan tanaman air
yang membusuk dan bahan – bahan organik lainya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Pemilihan
Induk dan Persiapan Pemijahan
Induk ikan mas betina dapat dipijahkan berumur 1.50 – 3
tahun dengan bobot minimum 1.50 kg/ekor, sedangkan induk jantan berumur 6 bulan
keatas dengan bobot minimum 0.50 kg/ekor. Badan tidak cacat, termasuk sirip,
dengan sisik yang besar dan letaknya
teratur. Kepala relative kecil dibandingkan panjang badan. Tubuh relative besar
sehimgga mampu menghasilkan banyak telur. Pangkal ekor normal ( pangkal ekor
lebih panjang dibandingkan tingginya ), lebar dan tebal yang menggambarkan
sifat yang kuat serta cepat tumbuh.
Induk betina matang gonad dapat ditandai
dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit kearah belakang, jika
diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol dan bila perut
diurut perlahan kearah anus akan keluar cairan kuning kemerahan. Sedangkan
untuk induk jantan gerakanya lincah, badannya langsing dan jika diurut bagian
perutnya akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang
kelamin. Dalam persiapan pemijahan, perbandingan induk jantan dan betina adalah
1 : 1 ( kg/m2 ) artinya untuk satu ekor induk betina berbobot 2
kg/ekor maka jumlah induk jantan adalah 3 ekor dengan bobot 600-700 g/ekor.
Pakan yang biasa diberikan oleh petani
adalah biji jagung kecambah dosis 2 – 3 % dari total bobot ikan / hari. Pakan
diberikan dua kali ( Mantau et al.
2001 ).
Sebelum pemijahan dilakukan, induk jatan
dan betina yang matang kelamin ( gonad ) biasanya dipisahkan terlebih dahulu di
kolam khusus ( kolam pemberokan ). Namun, cara ini memiliki kendala, yaitu
sulit mengontrol dan memindahkan larva dan induk serta memerlukan waktu yang
lama mulai dari pengeringan sampai pengairan kolam. Untuk itulah Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian ( BPTP ) Sulawesi Utara memperkenalkan cara pembenihan yang
efesien dan efektif dengan menggunakan rumah pemijahan. Rumah pemijhan
berfungsi sebagai tempat pemberokan ( selama 2
- 3 hari ), pemijahan iduk dan penetasan telur.
Rumah pemijahan terdiri atas rangka
rumah dari bambu, atap dari daun kelapa kering untuk melindungi telur dari
sinar matahari dan hujan, aliran air ( pancuran ) yang berfungsi sebagai
aerator alami, kakaban yang merupakan tempat menempelnya telur hail pemijahan dan
happa untuk pemijahan dan penetasan. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
penggunaan happa cukup menguntungkan karena pemanenan larva lebih mudah
dibandingkan di kolam, begtu pula pengontrolan telur dan larva serta pemindahan
induk ke kolam induk.
3.2 Modifikasi Pakan
Larva
Larva
ikan mas memerlukan pakan yang sesuai dengan ukuran mulutnya, seperti plankton
dan suspensi kuning telur ayam (pakan buatan). Pakan larva yang dikenal oleh
petani pembenih ikan adalah suspensi kuning telur. Salah satu modifikasi pakan
larva adalah suspensi kuning telur masak +
tepung pellet. Pakan ini sudah dikaji oleh BPTP Sulawesi Utara dan
secara spesifik lokasi telah direkomendasikan kepada pembenihan ikan. Pakan
tersebut dibuat dengan cara sebagai berikut. Telur ayam yang sudah direbus
diambil kuningnya, diencerkan dengan air matang satu liter, kemudian disaring
dengan kain tile.
Selanjutnya
kuning telur masak tadi dicampurkan dengan pellet yang sudah dihaluskan dengan
perbandingan 1 : 1 ( bagian ). Dosis ini dapat memenuhi kebutuhan 10.000 ekor
larva/hari.
Pakan
campuran kuning telur masak + tepung pellet dapat diberikan kepada larva ikan
mas yang berumur 2 hari setelah penetasan telur. Cara pemberianya dengan
menggunakan semprotan atau ditebar merata pada permukaan happa. Pakan diberikan
selama 1 – 2 minggu sebanyak 10 % dari total ikan yang ditebar. Setelah itu
benih hanya diberi pellet halus sampai mencapai ukuran siap jual. ( Mantau et al. 2001 )
3.3 Pengelolaan Telur
dan Larva
Air
yang digunakan untuk penetasan telur harus bersih atau tidak mengandung lumpur.
Air mengandung oksigen yang cukup, karena itu air perlu terus mengalir , agar
air terus mengalir, pada saluran masuk di atas happa ditambahkan sebatang bambu
yang telah dilubangi berjarak 50 cm. air akan melewati lubang – lubang tersebut
sehingga terjadi percikan air sebagai tambahan penyediaan oksigen. Bahan –
bahan yang membusuk harus dibuang, demikian pula sampah yang menyumbat saluan
air. Suhu air diusahakan stabil pada kisaran 19 – 30 0C ( Zonneveld et al. 1991; mantau et al. 2001 ). Kolam penetasan atau happa diberi tutup atau sebagai
pelindung dari terik matahari dan air hujan.
Setelah
telur menetas, larva dipindahkan ke happa pemeliharaan. Larva dipelihara selama
satu bulan kemudian dilakukan penjarangan benih. Larva yang baru menetas akan
menyerap nutrisi dari telur sebagai makananya. Setelah 2 – 3 hari, larva akan
mencari makan diperairan, saat itulah larva perlu diberi pakan tambahan.
Pakan
larva dianjurkan yaitu suspensi kuning telur masak + tepung pellet. Pakan
diberikan setiap hari selama 1 – 2 minggu pada pukul 07.30, 10.00, 12.30,
14.30, dan 17.30 dengan dosis 10 % dari bobot populasi setiap happa. Sebagai
patokan, untuk happa ukuran 1 m3, padat tebar optimum adalah 400
ekor. Larva yang telah menjadi benih ( 2-3 cm ) diberi pakan tepung pellet
dengan dosis dan waktu pemberian yang sama hingga benih berukuran 3 – 5 cm.
setelah itu dilakukan penjarangan dan pemindahan benih kekolam benih sesuai ukurannya.
Keuntungan menggunakan happa adalah dapat diperoleh benih yang relative seragam
dan lebih mudah dalam melakukan penjarangan. Pemberian pakan diusahakan tepat
waktu dan suspensi pakan yang tersisa tidak diberikan keesokan harinya.
Hasil
kajian penggunaan pakan suspensi kuning telur masak + tepung pellet menunjukan
bahwa pakan larva ini memberikan pertumbuhan harian larva ikan mas yang paling tinggi dibanding pakan larva
lainya seperti suspensi kuning telur masak, suspensi kuning telur mentah, dan
suspensi kuning telur mentah + tepung pellet. Pertumbuhan harian larva ikan mas
yang tinggi disebabkan pakan tersebut mengandung zat gizi cukup tinggi karena
merupakan gabungan dua jenis pakan berprotein tinggi yaitu kuning telur dan
pellet. Protein merupakan zat yang essensial dalam pakan disamping zat – zat
lainnya misalnya karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan dengan
komposisi zat gizi yang demikian memungkinkan larva ikan memiliki pertumbuhan
lebih cepat dibanding yang mendapat ketiga jenis pakan lainnya.
Tabel 1. Rata – rata
pertumbuhan harian dan efesiensi pakan larva ikan mas dengan pemberian beberapa jenis pakan
larva.
Jenis pakan
|
Pertumbuhan
(%bobotbadan/ekor/hari
)
|
Efesiensi pakan ( % )
|
Suspensi kuning telur masak
|
7,93
|
55
|
Suspensi kuning telur mentah
|
7,39
|
51.13
|
Suspensi
kuning telur masak + tepung pellet
|
8.38
|
54.05
|
Suspensi
kuning telur mentah + tepung pellet
|
8.12
|
59.76
|
Sumber. Mantau et al ( 2001 )
|
Bila
dilihat dari keterangan tabel 1 semua pakan yang diberikan mempunyai nilai
efesiensi yang tidak jauh berbeda, tetapi pertumbuhan harian tertinggi
dihasilkan oleh pakan larva suspensi kuning telur masak + tepung pellet. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan komposisi zat gizi yang dikandung oleh masing –
masing pakan tersebut.
Selain
dipengaruhi oleh pakan , pertumbihan ikan dipengaruhi pula oleh suhu air,
ketersediaan oksigen dalam air, kepadatan populasi (padat tebar) dan ukuran
kolam atau wadah pemeliharaan ( Swift 1993 ). Kualitas air yang mendukung untuk
pertumbuhan larva ikan mas menurut Zonneveld
et al
( 1991 ) adalah suhu air 20 –
30 oC dan pH 6 – 9. Wardoyo
dalam Tamanampo ( 1994 ) menyatakan bahwa pertumbuhan larva ikan mas pada
suhu 30 oC mengalami
penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20 oC.
Selain
dari aspek teknis memberikan pertumbuhan harian yang tinggi, dari aspek
ekonomi, penggunaan pakan suspensi kuning telur masak + tepung pellet juga sangat menguntungkan.
Keuntugan bersih pertahun mencapai tiga
kali lipat lebih besar dibanding cara petani. Menurut keterangan petani
setempat, keuntungn rata – rata pertahun dari kegiatan pembenihan ikan mas
dengan cara mereka hanya berkisar Rp. 13 juta dengan tingkat kematian benih 70
– 80 %.
Berdasarkan
analisa MBCR diperoleh nilai 30.54 artinya setiap pengeluaran investasi Rp. 1 ,
nilai yang kembali sebesar 30.54. dengan demikian, teknologi ini layak
diterapkan petani, karena teknologi anjuran akan diterima petani jika mampu
member nilai tambah minimum 30 % lebih tinggi dari teknologi petani.
Berdasarkan hal tersebut maka teknologi ini sangat layak diusahakan. Hal ini
didukung dengan nilai R/C yang sangat tinggi ( 7.17 ). Jika nilai R/C > 1
maka suatu usaha dikategorikan layak dilaksanakan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Paket teknologi pembenihan ikan yang
direkomendasikan oleh BPTP Sulawesi Utara meliputi penggunaan rumah pemijahan
dan kakaban, happa, pengelolaan induk, telur, dan larva serta penggunaan pakan induk
dan pakan larva yang berkualitas. Selain dapat meningkatkan produktivitas ikan
juga dapat meningkatkan penghasilan yang besar.
Pakan yang mempunyai efesiensi paling
tinggi adalah pakan suspensi telur masak + tepung pellet yakni 54.05.
Pada teknologi yang direkomendasikan
oleh BPTP juga dapat mengefiensikan ruang pembenihan ikan. Satu kolam dapat
digunakan untuk kegiatan pembenihan ika, mulai dari pemberokan induk,
pemijahan,penetasan dan pemeliharaan larva, karena hanya dengan menggunakan
happa.
4.2 Saran
Adapun
saran yag dapat dituangkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan
mahasiswa mampu merelisasikan pembenihan ikan yang direkomendasikan oleh BPTP
dengan baik sebagai bahan kajian lebih lanjut guna pembuktian.
2. Diharapkan
para petani ikan dapat mengembangkan usaha perikanan yang efektif dan seefesien
mungkin khususnya yang dapat meningkatkan produktivitas dan financial bagi
petani ikan.
3. Diharapkan
adanya dukungan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam
meningkatkan kinerja petani ikan guna produktifitas ikan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Agus Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan
Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan
· Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif.
Khairuman, SP, Ir. Dodi Sudenda, MM, & Ir. Bambang Gunadi, M.Sc. AgroMedia
Pustaka. Jakarta. 2008
·
Anonim. 1999. Membangun perbenihan ikan yang lebih maju.
Sinar tani no. 2789- tahun XXIX – 1999. Rabu 12 mei 1999.
·
Mantau, Z. A. Supit, Sudarty, J.B.M. Rawung,
U. Buchari, L. Oroh, J. Sumampow, dan A. Mamentu. 2001. Penelitian Adaptif Pembenihan Ikan Mas dan maskulinasi ikan nila di
Sulawesi Utara. Laporan Hasil Penelitian. IPPTP Kalasey, Sulawesi Utara.
·
Tamanampo, J.F.W.S.
1994. Ekologi Perairan ( Ekologi Perairan
Tawar ). Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi ), Manado.
WinMGM launches online sports betting in Maryland - JT Marriott
BalasHapusThe state has 부천 출장샵 launched its online 포항 출장마사지 sports betting 안양 출장안마 experience in Maryland. 원주 출장안마 The state launched its 공주 출장마사지 online sports betting Rating: 4 · Review by JT Marriott