Makalah Pembenihan Ikan Air Tawar Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ikan mas adalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis penting. Ikan ini telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Sumatra Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, ikan mas telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Kini di Indonesia ikan mas menduduki produksi tersebar untuk jenis ikan budidaya air tawar. Bahkan, pada tahun 1987 – 1988 ikan mas telah dicoba diekspor. Namun sayangnya, ekspor ikan tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut dikarenakan mutu dan kontinuitas produksi belum memenuhi permintaan negara pengimpor.
Penyediaan benih yang bermutu baik dalam jumlah cukup dan kontinu merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan konsumsi. Oleh karna itu, informasi teknologi pengelolahan usaha pembenihan ikan mas yang mencakup ras – ras ikan mas yang potensial, pemilihan lokasi yang tepat, pengelolahan induk yang baik, pemijahan, penetasan telur,, pendederan, pasca panen, analisis kelayakan dan pemasaran sangatlah diperlukan.  
Permintaan benih ikan mas hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen benih ikan karna produksinya yang relative terbatas, khususnya di Sulawesi Utara. Potensi produksi petani sebenarnya sangat besar, namun karena adanya berbagai kendala baik teknologi maupun alam, potensi produksi tersebut belum dapat dicapai ( Anonim 1999 ). Tersedianya teknologi pembenihan yang murah dan mudah diterapkan oleh petani ikan akan mendorong dihasilkanya benih yang berkuaitas dan  menjamin kontinuitas pasokan benih sesuai permintaan. Secara umum masalah yang dihadapi dalam pembenihan ikan mas di Sulawesi Utara adalah tak lain mencakup :

1.      Rendahnya pelaksanaan intensifikasi mina padi serta perkolaman ditingkat petani dan kelompok tani ;
2.      Kurangnya benih ikan di tingkat petani dan kelompok tani sebagai akibat kurang berkembangnya Unit Pembenihan Rakyat ( UPR ) di wilayah tersebut serta terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani mengenai tata laksana pembenihan yang baik dan berkelanjutan ( Balai Penyuluhan Petani Kecamatan Tomohon 2000 ).

Untuk menghasilkan benih bermutu, induk jantan dan betina harus berasal daru strain atau keturunan yang berbeda untuk menghindari terjadinya inbreeding  yang mengakibatkan kualitas benih rendah ( benih kerdil ). Pakan untuk induk diupayakan yang dapat menghasilkan banyak telur, terutama untuk mempercepat pematangan gonad. Pakan larva sangat penting diperhatikan terutama saat pascapemijahan, karena pakan merupakan faktor terpenting untuk kelnagsungan hidup dan pertumbuhan larva.

2.1  Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mahasiswa mampu memahami tentang pengelolahan dalam tahapan pembenihan ikan mas.
2.      Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam pembenihan ikan mas.
3.      Mahasiswa mampu mengenal jenis ikan dan habitatnya sebelum dalam tahap pembenihan.
4.      Mahasiswa mampu melakukan pembenihan ikan mas yang efektif dan efesien.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Sejarah Perkembangan Di Indonesia
Menurut Djoko Suseno (2000), di Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat penting.
Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata, (1981) ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban - subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk Jawatan Perikanan Darat dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi Selatan tahun 1935. Selain itu, pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan Perikanan Darat saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan karper dari Negeri Belanda, yakni jenis Galisia (karper gajah) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi karper jenis Frankisia (karper kaca). Menurut Djoko Suseno (2000), kedua jenis karper tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat, durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang sudah berkembang di Indonesia sebelumnya.
Pada tahun 1974, seperti yang dikemukakan Djoko Suseno (2000), Indonesia mengimpor ikan karper ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan karper ras yamato dan ras koi dari Jepang. Ras-ras ikan karper yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan karper yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk ras-ras baru.

2.2   Jenis – Jenis Ikan Mas
Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Di daerah lain,jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Dari beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal masyarakat, varietas majalaya termasuk jenis unggul. Buktinya, varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.
Jenis-jenis ikan mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan mas konsumsi dan ikan mas hias. Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan mas yang dikonsumsi atau dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal dari hewan. Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya digunakan untuk memenuhi kepuasan batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di kolam-kolam taman atau akuarium.





2.2.1 Ikan Mas Konsumsi
1. Ikan Mas Punten
Ras ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1933 di Desa Punten, Malang, Jawa Timur. Tubuhnya relatif pendek, tetapi bagian punggungnya lebar dan tinggi. Karena itu, bentuk badan ikan mas punten terkesan membuntak atau bulat pendek (big belly). Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan adalah 2,3-2,4: 1. Warna sisik hijau gelap, mata agak menonjol, gerakan tubuhnya lambat, dan bersifat jinak.
2. Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya
Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66: 1.
Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol, kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air.
Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000125.000 dan diameternya 0,3-1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasit Myxoxporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5-8,5.
3. Ikan Mas Taiwan
Ikan mas taiwan memiliki bentuk badan yang memanjang dan bentuk punggung seperti busur agak membulat. Sisiknya berwarna hijau kekuningan hingga kuning kemerahan di tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor. Ikan mas taiwan sangat responsif terhadap makanan sehingga akan saling berebut ketika diberi pakan. Diduga nenek moyang ikan mas ini berasal dari Taiwan, kemudian diintroduksi dan dikembangkan di Indonesia.
4. Ikan Mas Merah
Ciri khas dari ikan mas ini adalah sisiknya yang berwarna merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya agak menonjol.
5. Ikan Mas Majalaya
Sesuai dengan namanya, ikan mas ini berkembang pertama kali di daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ukuran badannya relatif pendek dan punggungnya lebih membungkuk dan lancip dibandingkan dengan ras ikan mas lainnya. Perbandingan antara panjang dan tinggi tubuhnya adalah 3,2: 1.
Bentuk tubuhnya semakin lancip ke arah punggung dan bentuk moncongnya pipih. Sifat ikan mas ini relatif jinak dan biasa berenang di permukaan air. Sisiknya berwarna hijau keabuan dan bagian tepinya berwarna lebih gelap, kecuali di bagian bawah insang dan di bagian bawah sirip ekor berwarna kekuningan. Semakin ke arah punggung, warna sisik ikan ini semakin gelap.
Ikan mas majalaya memiliki keunggulan, di antaranya laju pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla, rasanya lezat dan gurih, dan tersebar luas di Indonesia. Fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan ikan mas majalaya tergolong tinggi, yakni 84.000-110.000 butir per kilogram induk. Berikut ini kriteria benih ikan mas majalaya berbagai ukuran berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
6. Ikan Mas Yamato
Ikan mas ini kurang populer di kalangan petani ikan mas di Indonesia. Bentuk tubuhnya memanjang. Sisiknya berwarna hijau kecokelatan. Ikan mas ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang.
7. Ikan Mas Lokal
Ikan mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah satu ras atau jenis ikan mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini.
Bentuk tubuh dan warnanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis ikan mas yang sudah ada. Secara umum, bentuk tubuhnya memanjang dan matanya tidak sipit. Kemungkinan besar ikan ini muncul akibat perkawinan silang yang tidak terkontrol dengan jenis-jenis ikan mas lain yang ada di masyarakat.

2.2.2  Ikan Mas Hias
Jenis-jenis ikan mas yang digolongkan ke dalam kelompok ikan mas hias sebagai berikut.
1. Man Mas Kumpay
Ciri yang menonjol dari ikan mas kumpay adalah semua siripnya panjang dan berumbai sehingga tampak indah ketika sedang bergerak. Warna sisiknya sangat bervariasi, ada yang putih, kuning, merah, dan hijau gelap. Bentuk badannya memanjang seperti ikan mas sinyonya. Pertumbuhannya tergolong lambat. Kadang-kadang, ikan mas ini juga dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
2. Ikan Mas Kancra Domas
Bentuk tubuhnya memanjang. Gerakannya mirip ikan mas taiwan, yakni selalu aktif dan kurang jinak. Sisiknya berukuran kecil dan susunannya tidak beraturan. Warna sisiknya bervariasi, ada yang biru, cokelat, atau hijau. Sisik punggungnya berwarna gelap. Semakin ke arah perut, warnanya semakin terang keperakan atau keemasan.
3. Ikan Mas Kaca
Ciri khas ikan ini adalah sebagian tubuhnya tidak tertutup sisik. Bagian yang tidak tertutup sisik sepintas tampak bening, mirip kaca. Di sepanjang gurat sisi (linea lateralis) dan di sekitar pangkal siripnya terdapat sisik berwarna putih mengilap. Sisik tersebut berukuran besar dan tidak seragam.
4. Ikan Mas Fancy
Bentuk tubuh ikan mas ini memanjang. Sisiknya berwarna putih, kuning, dan merah. Pada tubuhnya terdapat totoltotol berwarna hitam. Karena warnanya yang bermacammacam itulah ikan mas ini disebut fancy.
5. Ikan Mas Koi
Ikan mas koi atau yang lebih populer disebut koi ini berasal dari Jepang. Mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980. Bentuk badannya bulat memanjang. Warna sisiknya beragam, ada putih, kuning, merah menyala, hitam, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Hobis ikan mas umumnya menyukai ikan koi jenis bastar karena warna dan pola totolnya yang indah dan menarik. Ikan koi disukai hobiis karena gerakannya lambat dan cukup jinak.
Ikan koi memiliki beragam nama yang disesuaikan dengan pola dan warna tubuhnya, misalnya platinum nishikigoi, shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku nishikigoi, dan taishusanshoku nishikigoi.

2.3 Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
2.4  Perkembangbiakan.
Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.

2.5  Kebiasaan Makan
Biasanya, petani ikan lebih suka memberikan pakan tumbuhan terhadap ikan mas berupa dedak atau pellet. Padahal, ikan ini tergolong ikan pemakan segala ( omnovora ). Hal ini bisa dibuktikan dengan pemberian pakan dari sisa – sisa dapur atau tanaman air yang lunak.
Biasanya, benih ikan mas akan memakan Protozoa dan Crustacean. Benih yang berukuran 10 cm memakan jasad dasar seperti Chironomidae, Oligochaete, Epemenidae, Trichotera, Tubificidae, Mulusca dan lain sebagianya. Jasad – jasad tersebut dimakan bersama – sama dengan tanaman air yang membusuk dan bahan – bahan organik lainya.












BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Pemilihan Induk dan Persiapan Pemijahan
Induk ikan  mas betina dapat dipijahkan berumur 1.50 – 3 tahun dengan bobot minimum 1.50 kg/ekor, sedangkan induk jantan berumur 6 bulan keatas dengan bobot minimum 0.50 kg/ekor. Badan tidak cacat, termasuk sirip, dengan sisik yang besar dan  letaknya teratur. Kepala relative kecil dibandingkan panjang badan. Tubuh relative besar sehimgga mampu menghasilkan banyak telur. Pangkal ekor normal ( pangkal ekor lebih panjang dibandingkan tingginya ), lebar dan tebal yang menggambarkan sifat yang kuat serta cepat tumbuh.
Induk betina matang gonad dapat ditandai dengan gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit kearah belakang, jika diraba terasa lunak, lubang anus agak membengkak atau menonjol dan bila perut diurut perlahan kearah anus akan keluar cairan kuning kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan gerakanya lincah, badannya langsing dan jika diurut bagian perutnya akan keluar cairan sperma berwarna putih seperti susu dari lubang kelamin. Dalam persiapan pemijahan, perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1 ( kg/m2 ) artinya untuk satu ekor induk betina berbobot 2 kg/ekor maka jumlah induk jantan adalah 3 ekor dengan bobot 600-700 g/ekor.
Pakan yang biasa diberikan oleh petani adalah biji jagung kecambah dosis 2 – 3 % dari total bobot ikan / hari. Pakan diberikan dua kali ( Mantau et al. 2001 ).
Sebelum pemijahan dilakukan, induk jatan dan betina yang matang kelamin ( gonad ) biasanya dipisahkan terlebih dahulu di kolam khusus ( kolam pemberokan ). Namun, cara ini memiliki kendala, yaitu sulit mengontrol dan memindahkan larva dan induk serta memerlukan waktu yang lama mulai dari pengeringan sampai pengairan kolam. Untuk itulah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ) Sulawesi Utara memperkenalkan cara pembenihan yang efesien dan efektif dengan menggunakan rumah pemijahan. Rumah pemijhan berfungsi sebagai tempat pemberokan ( selama 2  - 3 hari ), pemijahan iduk dan penetasan telur.
Rumah pemijahan terdiri atas rangka rumah dari bambu, atap dari daun kelapa kering untuk melindungi telur dari sinar matahari dan hujan, aliran air ( pancuran ) yang berfungsi sebagai aerator alami, kakaban yang merupakan tempat menempelnya telur hail pemijahan dan happa untuk pemijahan dan penetasan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penggunaan happa cukup menguntungkan karena pemanenan larva lebih mudah dibandingkan di kolam, begtu pula pengontrolan telur dan larva serta pemindahan induk ke kolam induk.

3.2 Modifikasi Pakan Larva
Larva ikan mas memerlukan pakan yang sesuai dengan ukuran mulutnya, seperti plankton dan suspensi kuning telur ayam (pakan buatan). Pakan larva yang dikenal oleh petani pembenih ikan adalah suspensi kuning telur. Salah satu modifikasi pakan larva adalah suspensi kuning telur masak +  tepung pellet. Pakan ini sudah dikaji oleh BPTP Sulawesi Utara dan secara spesifik lokasi telah direkomendasikan kepada pembenihan ikan. Pakan tersebut dibuat dengan cara sebagai berikut. Telur ayam yang sudah direbus diambil kuningnya, diencerkan dengan air matang satu liter, kemudian disaring dengan kain tile.
Selanjutnya kuning telur masak tadi dicampurkan dengan pellet yang sudah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1 ( bagian ). Dosis ini dapat memenuhi kebutuhan 10.000 ekor larva/hari.
Pakan campuran kuning telur masak + tepung pellet dapat diberikan kepada larva ikan mas yang berumur 2 hari setelah penetasan telur. Cara pemberianya dengan menggunakan semprotan atau ditebar merata pada permukaan happa. Pakan diberikan selama 1 – 2 minggu sebanyak 10 % dari total ikan yang ditebar. Setelah itu benih hanya diberi pellet halus sampai mencapai ukuran siap jual. ( Mantau et al. 2001 )


3.3 Pengelolaan Telur dan Larva
Air yang digunakan untuk penetasan telur harus bersih atau tidak mengandung lumpur. Air mengandung oksigen yang cukup, karena itu air perlu terus mengalir , agar air terus mengalir, pada saluran masuk di atas happa ditambahkan sebatang bambu yang telah dilubangi berjarak 50 cm. air akan melewati lubang – lubang tersebut sehingga terjadi percikan air sebagai tambahan penyediaan oksigen. Bahan – bahan yang membusuk harus dibuang, demikian pula sampah yang menyumbat saluan air. Suhu air diusahakan stabil pada kisaran 19 – 30 0C ( Zonneveld et al. 1991; mantau et al. 2001 ). Kolam penetasan atau happa diberi tutup atau sebagai pelindung dari terik matahari dan air hujan.
Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke happa pemeliharaan. Larva dipelihara selama satu bulan kemudian dilakukan penjarangan benih. Larva yang baru menetas akan menyerap nutrisi dari telur sebagai makananya. Setelah 2 – 3 hari, larva akan mencari makan diperairan, saat itulah larva perlu diberi pakan tambahan.
Pakan larva dianjurkan yaitu suspensi kuning telur masak + tepung pellet. Pakan diberikan setiap hari selama 1 – 2 minggu pada pukul 07.30, 10.00, 12.30, 14.30, dan 17.30 dengan dosis 10 % dari bobot populasi setiap happa. Sebagai patokan, untuk happa ukuran 1 m3, padat tebar optimum adalah 400 ekor. Larva yang telah menjadi benih ( 2-3 cm ) diberi pakan tepung pellet dengan dosis dan waktu pemberian yang sama hingga benih berukuran 3 – 5 cm. setelah itu dilakukan penjarangan dan pemindahan benih kekolam benih sesuai ukurannya. Keuntungan menggunakan happa adalah dapat diperoleh benih yang relative seragam dan lebih mudah dalam melakukan penjarangan. Pemberian pakan diusahakan tepat waktu dan suspensi pakan yang tersisa tidak diberikan keesokan harinya.
Hasil kajian penggunaan pakan suspensi kuning telur masak + tepung pellet menunjukan bahwa pakan larva ini memberikan pertumbuhan harian larva ikan  mas yang paling tinggi dibanding pakan larva lainya seperti suspensi kuning telur masak, suspensi kuning telur mentah, dan suspensi kuning telur mentah + tepung pellet. Pertumbuhan harian larva ikan mas yang tinggi disebabkan pakan tersebut mengandung zat gizi cukup tinggi karena merupakan gabungan dua jenis pakan berprotein tinggi yaitu kuning telur dan pellet. Protein merupakan zat yang essensial dalam pakan disamping zat – zat lainnya misalnya karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan dengan komposisi zat gizi yang demikian memungkinkan larva ikan memiliki pertumbuhan lebih cepat dibanding yang mendapat ketiga jenis pakan lainnya.

Tabel 1. Rata – rata pertumbuhan harian dan efesiensi pakan larva ikan  mas dengan pemberian beberapa jenis pakan larva.

Jenis pakan
Pertumbuhan
(%bobotbadan/ekor/hari )
Efesiensi pakan ( % )
Suspensi kuning telur masak
7,93
55
Suspensi kuning telur mentah
7,39
51.13
Suspensi kuning telur masak + tepung pellet
8.38
54.05
Suspensi kuning telur mentah + tepung pellet
8.12
59.76

Sumber. Mantau et al ( 2001 )

Bila dilihat dari keterangan tabel 1 semua pakan yang diberikan mempunyai nilai efesiensi yang tidak jauh berbeda, tetapi pertumbuhan harian tertinggi dihasilkan oleh pakan larva suspensi kuning telur masak + tepung pellet. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komposisi zat gizi yang dikandung oleh masing – masing pakan tersebut.  
Selain dipengaruhi oleh pakan , pertumbihan ikan dipengaruhi pula oleh suhu air, ketersediaan oksigen dalam air, kepadatan populasi (padat tebar) dan ukuran kolam atau wadah pemeliharaan ( Swift 1993 ). Kualitas air yang mendukung untuk pertumbuhan larva ikan mas menurut Zonneveld et al    ( 1991 ) adalah suhu air 20 – 30 oC dan pH 6 – 9. Wardoyo dalam Tamanampo ( 1994 ) menyatakan bahwa pertumbuhan larva ikan mas pada suhu 30 oC  mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20 oC.
Selain dari aspek teknis memberikan pertumbuhan harian yang tinggi, dari aspek ekonomi, penggunaan pakan suspensi kuning telur masak  + tepung pellet juga sangat menguntungkan. Keuntugan bersih pertahun  mencapai tiga kali lipat lebih besar dibanding cara petani. Menurut keterangan petani setempat, keuntungn rata – rata pertahun dari kegiatan pembenihan ikan mas dengan cara mereka hanya berkisar Rp. 13 juta dengan tingkat kematian benih 70 – 80 %.
Berdasarkan analisa MBCR diperoleh nilai 30.54 artinya setiap pengeluaran investasi Rp. 1 , nilai yang kembali sebesar 30.54. dengan demikian, teknologi ini layak diterapkan petani, karena teknologi anjuran akan diterima petani jika mampu member nilai tambah minimum 30 % lebih tinggi dari teknologi petani. Berdasarkan hal tersebut maka teknologi ini sangat layak diusahakan. Hal ini didukung dengan nilai R/C yang sangat tinggi ( 7.17 ). Jika nilai R/C > 1 maka suatu usaha dikategorikan layak dilaksanakan.















BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Paket teknologi pembenihan ikan yang direkomendasikan oleh BPTP Sulawesi Utara meliputi penggunaan rumah pemijahan dan kakaban, happa, pengelolaan induk, telur, dan larva serta penggunaan pakan induk dan pakan larva yang berkualitas. Selain dapat meningkatkan produktivitas ikan juga dapat meningkatkan penghasilan yang besar.
Pakan yang mempunyai efesiensi paling tinggi adalah pakan suspensi telur masak + tepung pellet yakni 54.05.
Pada teknologi yang direkomendasikan oleh BPTP juga dapat mengefiensikan ruang pembenihan ikan. Satu kolam dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan ika, mulai dari pemberokan induk, pemijahan,penetasan dan pemeliharaan larva, karena hanya dengan menggunakan happa.

4.2 Saran
            Adapun saran yag dapat dituangkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Diharapkan mahasiswa mampu merelisasikan pembenihan ikan yang direkomendasikan oleh BPTP dengan baik sebagai bahan kajian lebih lanjut guna pembuktian.
2.      Diharapkan para petani ikan dapat mengembangkan usaha perikanan yang efektif dan seefesien mungkin khususnya yang dapat meningkatkan produktivitas dan financial bagi petani ikan.
3.      Diharapkan adanya dukungan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam meningkatkan kinerja petani ikan guna produktifitas ikan yang tinggi.



DAFTAR PUSTAKA

  ·  Agus Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan
  ·   Budi Daya Ikan Mas Secara Intensif. Khairuman, SP, Ir. Dodi Sudenda, MM, & Ir. Bambang Gunadi, M.Sc. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 2008

 ·   http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_karper.  Diunduh desember 2010. Jam 19.00    WIB.
·      Anonim. 1999. Membangun perbenihan ikan yang lebih maju. Sinar tani no. 2789- tahun XXIX – 1999. Rabu 12 mei 1999.
·       Mantau, Z. A. Supit, Sudarty, J.B.M. Rawung, U. Buchari, L. Oroh, J. Sumampow, dan A. Mamentu. 2001. Penelitian Adaptif Pembenihan Ikan Mas dan maskulinasi ikan nila di Sulawesi Utara. Laporan Hasil Penelitian. IPPTP Kalasey, Sulawesi Utara.
·      Tamanampo, J.F.W.S. 1994. Ekologi Perairan ( Ekologi Perairan Tawar ). Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi ), Manado.

Komentar

  1. WinMGM launches online sports betting in Maryland - JT Marriott
    The state has 부천 출장샵 launched its online 포항 출장마사지 sports betting 안양 출장안마 experience in Maryland. 원주 출장안마 The state launched its 공주 출장마사지 online sports betting  Rating: 4 · ‎Review by JT Marriott

    BalasHapus

Posting Komentar